Bab 7B

2.6K 376 6
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan, silakan ke Karyakarsa ya. Bab 36-39 sudah update. Part ini mengandung adegan dewasa ya 21+

 Part ini mengandung adegan dewasa ya 21+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Enjoy

Luv,

Carmen

__________________________________________________________________________

Seperti yang diduga oleh Tareq, Ghassan sama sekali tidak peduli dari mana ia mendapatkan calon pengantinnya. Bagi pria itu, asalkan semua syarat terpenuhi, mana Tareq bebas memilih wanita manapun. Prioritas pria itu hanya satu - memuluskan jalan Tareq menuju takhta dan menobatkab Tareq sebagai Sultan baru Zimmdabbad. Dan penobatan itu harus berjalan lancar, tanpa konflik, tanpa perseteruan ataupun perpecahan dukungan.

"Bagus, bagus sekali, Your Highness. Sekarang aku bisa bernapas lega."

Tareq mengangguk. Jujur saja, ia juga demikian.

"Aku akan mengadakan pertemuan resmi dengan para dewan menteri dan penasihat untuk membahas masalah ini."

"Saya akan mengaturnya, Your Highness."

"Baiklah. Sudah malam, aku capek dan ingin beristirahat. Pulanglah dulu."

Ghassan langsung bangkit dengan cekatan.

"Baik. Sekali lagi, selamat untuk Anda, Your Highness."

Sepeninggal Ghassan, Tareq pergi untuk memenuhi janjinya pada Habiba. Sebenarnya, ia juga ingin melihat wanita itu lagi. Ia masuk ke kamar yang ditempati Alaina, bahkan tanpa mengetuk lagi.

Tareq menemukan wanita itu berbaring di ranjang, mungkin setengah terlelap. Ia lalu duduk di sana dan menatapnya. Tak bisa menahan diri, ia menjulurkan badan dan membungkuk di atas wajah cantik itu sambil mengelusnya halus.

"Tak ada yang perlu kau khawatirkan, Alaina. Semua akan baik-baik saja."

Ajaib, bagaimana bisikannya kemudian membangunkan wanita itu. Alaina mengerjap keras, tersentak lalu memekik kecil. Tareq menjauhkan badannya sementara wanita itu buru-buru duduk dan memeluk dirinya sendiri.

"Apa... apa yang kau lakukan di sini?" cicit wanita itu.

Tareq bisa melihat wajah sembap wanita itu dan ia tidak ingin membuat Alaina lebih takut padanya. Bagaimanapun, mereka akan segera menikah. Ia tentu tidak ingin Alaina terus menerus bersikap seolah-olah ia seorang penjahat kelamin.

"Untuk mengecek keadaanmu, Alaina. Apakah kau nyaman di kamar ini?" tanyanya lembut.

Wanita itu masih menatapnya dengan was-was. Gurat wajahnya masih dipenuhi rasa takut dan cemas.

"Kalau kau tidak ingin menjawab, aku tidak akan tahu."

"Aku... aku baik-baik saja, Your Highness."

Sudut bibir Tareq terangkat mendengar cara wanita itu memanggilnya. Tapi ia mengabaikannya. Biarkan saja wanita itu merasa nyaman terlebih dulu.

Ia mengangguk. "Baguslah. Aku ingin kau nyaman di sini."

"Kenapa orang terhormat seperti Anda mau membeli dan membawaku ke sini? Apa yang akan Anda lakukan padaku?" tanya wanita itu lagi, suaranya tercekik.

Tareq terkekeh kecil. "Apapun itu, kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun."

"Bolehkah Anda membebaskanku?"

Dengan pelan, Tareq menggeleng. "Itu tidak mungkin, Alaina. Kau adalah milikku."

Wajah wanita itu agak memucat.

"Tapi jangan cemas, aku tidak akan pernah melakukan sesuatu yang akan menyakitimu. Sebaliknya, segera, kau akan merasa sangat beruntung."

"Aku... aku bukan milik siapapun."

"Kau milikku," jawab Tareq singkat.

"Aku tidak sudi!"

Tareq tidak begitu terbiasa menerima penolakan. Jadi mungkin karena itu ia bereaksi sedikit berlebihan. Ia tidak marah, ia hanya ingin menunjukkan pada Alaina bahwa wanita itu memang miliknya dan tak ada gunanya Alaina berusaha mengabaikan fakta itu. Bibir wanita itu masih setengah terbuka karena emosi yang memenuhinya, dia sedang menarik napas ketika Tareq meraihnya lalu mencium bibir wanita itu. Tanpa aba-aba, ia menyelipkan lidahnya ke dalam untuk mengeksplorasi kemanisan tersebut.

Wanita itu sepertinya membeku terkejut ketika bibir Tareq menyerbunya. Bahkan dalam keterkejutannya, dia mengizinkan lidah Tareq menjelajah. Dan mungkin saja Tareq hanya membayangkannya, tapi sepertinya ia mendengar desah lembut wanita itu. Tapi kesadaran mungkin kembali menghantam wanita itu. Begitu dia menyadari apa yang tengah terjadi, Alaina langsung mendorong dada Tareq keras. Dan ia menjauhkan diri, tak ingin membuat wanita itu lebih panik.

"Beraninya kau!" bentak Alaina. Wajah wanita itu memerah.

"Kenapa?" tanya Tareq sambil tersenyum.

"Mengapa kau menciumku?!" tuntut wanita itu marah sambil menggosok bibirnya kasar.

"Karena aku menginginkannya," jawab Tareq sederhana.

Wanita itu harus belajar mulai dari sekarang, untuk mematuhinya.

"Kau tidak berhak."

"Oh ya, tentu saja aku berhak."

Ia lalu bangun dari ranjang dan berdiri. "Kelihatannya kau memang baik-baik saja, masih memiliki semangat untuk membantah. Aku akan meninggalkanmu agar kau bisa beristirahat, Alaina."

Lalu dengan cepat ia kembali menunduk, bergerak meraih wanita itu dan mengecupnya singkat sebelum berbalik meninggalkan kamar dengan senyum puas tercetak di wajah. Seperti dugaannya, bibir wanita itu semanis madu. Ia tidak sabar untuk mencoba bagian tubuh Alaina yang lainnya. Pasti terasa lebih nikmat.

HOW TO PLEASE A SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang