Bab 17

2.5K 344 8
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa ya. Untuk bab per bab, boleh cari di seri di karyakarsa. Silakan follow akun saya di karyakarsa : carmenlabohemian

 Silakan follow akun saya di karyakarsa : carmenlabohemian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Saat memasuki istal pria itu, Alaina terkesiap keras. Ia tidak pernah melihat istal yang begitu bersih dan... mahal. Ia mungkin tidak akan terkejut jika mendapati lantainya terbuat dari marmer emas sekalipun. Kuda-kuda di istal itu adalah jenis kuda Arab terbaik, begitu jelas Tareq bangga tapi tanpa pria itu menjelaskan pun, Alaina bisa melihatnya sendiri. Dan kuda-kuda gagah itu juga dijaga dengan sangat sempurna, sampai-sampai Alaina yakin kalau bulu-bulu kuda itu tidak hanya bersih, tapi juga berkilau. Kudah-kuda itu jelas dari kelas berbeda, hampir bisa dikatakan sama royalnya dengan sang pemiliknya. Alaina menahan diri untuk tidak memutar bola matanya.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Tareq dari sampingnya.

Alaina melirik pria itu. "Jujur?"

"Tentu saja."

"Ini adalah istal termewah yang pernah kulihat."

Mendengar itu, Tareq tertawa. "Terima kasih, tapi maksudku... kuda-kudanya. Aku tahu kau memiliki peternakan cukup besar di Wyoming, yang juga menternakkan kuda, bukan?"

Alaina mengangguk. "Kami juga memiliki kuda-kuda pacu, tapi aku yakin kau tahu kalau kuda-kuda Arab milikmu ini berada di kelas yang berbeda."

"Nah, kau membuatku terdengar seolah aku sedang menyombongkan diri," gelak pria itu. "Tapi iya, kurasa aku ingin membuatmu... terkesan."'

Kali ini Alaina tidak tahan untuk tidak memutar bola matanya. Tapi ia akui, pria itu benar. Alaina memang terkesan, untuk sesaat ia bahkan lupa kalau pria yang ada di sampingnya ini adalah pria yang sama yang ada di pasar pelelangan budak.

"Tunggu sampai kau melihat ini," lanjut Tareq antusias lalu meraih tangan Alaina.

Secara insting, Alaina ingin menepisnya tapi entah kenapa, kehangatan telapak pria itu cukup menyenangkan juga untuk dirasakan. Jadi Alaina membiarkan pria itu membimbingnya ke kandang kuda yang ada di ujung. Dari luar saja, kandang itu tampak istimewa. Tareq lalu membukanya. Alaina terkesiap saat melihat hewan yang ada di dalam kandang tersebut. Oh ya, itu salah satu kuda Arab tapi hewan yang satu ini sangat cantik dan mempesona. Warna badannya mendekati cokelat emas dengan surai-surai hitam yang berkilau indah.

"Wow..." desis Alaina tanpa sadar.

"Indah, bukan?" tanya Tareq. Ada kebanggaan dalam suaranya. Pria itu mendekati sang kuda dan membelai hewan tersebut dengan lembut. "Namanya Sand Storm dan dia memang secepat badai pasir. Dia adalah kuda pacu terbaik milikku, selalu memenangkan tempat pertama."

"Dia benar-benar indah," ujar Alaina setuju lalu maju untuk memperkenalkan dirinya pada sang hewan. Sand Storm adalah kuda yang cerdas. Dia tahu Alaina datang bersama pemiliknya dan bahwa wanita itu bukanlah ancaman baginya. Tak lama, Alaina sudah dibiarkan bebas menyentuhnya.

"Dia menyukaimu," ujar Tareq lembut dan Alaina menoleh dan tersenyum pada pria itu.

"Aku juga menyukainya."

"Aku akan membiarkanmu menungganginya seandainya saja aku tidak khawatir kalau kau akan bertambah tidak nyaman nantinya. I know you are still a little sore from last night."

Alaina membuang wajah dan bersemu, tapi ia tidak membantah ucapan Tareq, karena pria itu memang benar. Dan karena Alaina menunjukkan minat pada tempat ini, Tareq dengan senang hati membawanya berkeliling seluruh tempat ini, melihat-lihat lumbungnya, fasilitas-fasilitas yang ada sebelum membawa Alaina kembali ke istana kediamannya.

"Aku ada pertemuan lain," ujar pria itu saat mereka tiba di istana. "Kau ingin kembali saja ke kamar atau ke ruang kerja pribadiku? Ada perpustaan di sana yang..."

Tentu saja Alaina memilih opsi kedua. Siapa yang tahu, ia mungkin akan mendapatkan kesempatan mencari cara untuk segera kabur. "Aku... kurasa aku sebaiknya ke ruang kerjamu saja. Aku bisa membaca buku di sana, jadi tidak terlalu bosan."

Tareq mengangguk dan membawanya ke ruang kerja pria itu dengan janji akan menjemputnya saat makan malam ketika pertemuannya berakhir. Alaina menyetujui dengan cepat.


HOW TO PLEASE A SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang