Happy reading, semoga suka.
Yang mau baca duluan, silakan ke Karyakarsa. Bab 31-32 sudah update.
Luv,
Carmen_____________________________
Previous:
"Siapa yang memaksamu? Your Highness?!"
...
Alaina ragu sejenak. Lalu menghela napas pelan. "Aku tidak tahu apakah aku boleh bercerita jujur, Your Highness-mu mungkin akan murka."
"Memangnya apa yang dilakukan Your Highness padamu?"
Alaina menimbang sejenak. "Sebelum aku bercerita, bolehkah aku tahu siapa itu Tareq? Mengapa kau memanggilnya dengan sebutan Your Highness?"
Habiba tampak terkejut. "Kau tidak tahu, Anakku?"
Alaina menggeleng.
"Oh, apa yang sudah dilakukan Tuanku padamu. Your Highness adalah Tareq Ghiath Al-Syaikh, Putra Mahkota dan calon Sultan Kerajaan Zimmdabbad. Dalam waktu dekat, Your Highness akan segera naik takhta."
Alaina butuh beberapa saat untuk memproses. Apa ia salah dengar? Tidak, tentu saja ia tidak salah dengar, Alaina yakin itu. Pria itu... Putra Mahkota? Akan menjadi Sultan? Ia sedikit terhuyung, tapi Habiba menangkap lengannya. Ia tahu pria itu bukan pria sembarangan tapi tidak pernah menyangka kalau dia adalah seorang putra mahkota.
"Kau baik-baik saja, Anakku?"
Alaina tidak tahan lagi. Ia tidak peduli kalau wanita ini bisa dipercaya ataukah tidak. Bibirnya bergetar ketika ia bertanya. "Apakah... Tolong katakan padaku... apakah aku dibeli untuk dijadikan gundik di harem Your Highness-mu?!"
"Dibeli?" Wanita itu tampak kaget.
Alaina mengangguk.
"Apakah aku akan dijadikan budak seks Sang Sultan nanti di dalam haremnya?"
"Astaga, tentu saja tidak. Tidak ada harem di kerajaan ini, Anakku."
"Lalu kenapa aku dibawa ke sini? Mengapa Your Highness-membeliku?"
Habiba membelai lengan Alaina lembut. "Maukah kau bercerita dulu, apa yang terjadi padamu? Mungkin ini hanya sebuah kesalahpahaman."
Alaina tidak tahan lagi. Ia tidak peduli siapa Habiba. Ia tidak peduli jika wanita itu hanya berpura-pura baik. Alaina lalu menceritakan semuanya, ia tidak melewatkan satu detail pun. Dari saat kedatangannya ke Zhajibah, kemudian bagaimana ia diculik lalu dipersiapkan untuk dijual, bagaimana ia dipamerkan seperti barang dagangan, bagaimana terhinanya ia ditawar dan dilelang. Ia menceritakan semuanya. Semakin Alaina bercerita, ia merasa semakin sesak. Air mata membasahi wajahnya tapi Alaina menghapusnya kasar. Ia lalu mengangkat wajah dan menatap Habiba, dan melihat simpati di wajah wanita itu hanya membuat Alaina semakin sesak. Ia mulai terisak tak terkendali, tubuhnya bergetar oleh tangisannya. Ia merasa begitu merana dan malu, ia merasa terhina dan harga dirinya diinjak-injak. Dan perhatian lembut yang diberikan Habiba membuat Alaina merindukan ibunya. Ia lalu membiarkan wanita itu membimbingnya untuk duduk di ranjang.
"Menangislah sampai kau puas, Anakku, itu akan membuatmu merasa lebih baik," ujar Habiba lembut sambil menepuk punggung Alaina lembut. "Aku akan pergi mengambilkan pakaian ganti layak untukmu sehingga kau bisa merasa lebih nyaman. Dan aku akan menyuruh pelayan menyiapkan makanan untukmu. Setelah itu, beristirahatlah. Jangan takut, Your Highness adalah pria yang adil dan baik. Aku mengerti rasa takutmu, tapi ia tidak akan pernah melecehkanmu. Aku mengenal pria yang kubesarkan, aku pengasuhnya sejak dia masih bayi."
Entah kenapa, kata-kata Habiba membuat Alaina lebih tenang. Ia ingin mempercayai wanita itu. Tapi tetap saja, sesak di dadanya meminta untuk dikeluarkan. Ia lelah, ketakutan, cemas dan tak berdaya. Menangis membantunya mengeluarkan emosi yang menyesakinya, membantunya untuk mengurangi rasa sakit dan terhinanya.
Lalu setelah agak tenang, ia membersihkan wajahnya dengan tisu dan duduk menunggu Habiba kembali dengan pakaian ganti.