Bab 18 A

2.5K 323 2
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook lengkap bisa didapatkan di Playstore dan Karyakarsa ya. You can follow me on Karyakarsa : carmenlabohemian

 You can follow me on Karyakarsa : carmenlabohemian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,

Carmen

___________________________________________________________________________

Begitu pria itu keluar dan menutup pintu di belakangnya, Alaina bergegas menuju ke meja kerja pria itu dan menghidupkan komputer. Sayangnya, ia harus kecewa setengah mati karena benda itu diproteksi dengan kata kunci.

Shit!

Untuk beberapa saat, Alaina duduk terhenyak di kursi pria itu. Lalu ia mulai menyemangati dirinya sendiri. Tidak apa-apa, ia bisa mencari jalan lain. Sekarang lebih baik ia mulai mencari alasan jika pria itu bertanya mengapa ia duduk di meja kerjanya dan menghidupkan komputer. Alaina sadar kalau ruangan itu dilengkapi dengan kamera pengintai. Hanya untuk berjaga-jaga seandainya pria itu memeriksa rekaman.

Tak lama, ia kemudian bangun dan berjalan menuju rak buku. Jika nantinya pria itu bertanya, Alaina bisa menjawab bahwa ia hanya ingin mengecek akun media sosialnya, karena ia bosan. Cukup pertahankan saja wajah polos dan tak bersalah, pria itu pasti akan percaya. Bukankah itu yang dilakukan oleh hampir semua orang? Siapa yang bisa tahan untuk tidak mengecek dunia maya setiap harinya, mengecek akun-akun media sosial yang dimilikinya? Sementara Alaina sudah berminggu-minggu tidak melakukannya, jadi ia hanya bertindak menurut insting. Wajar, bukan?

Sambil terus menyempurnakan dan melatih alasan yang akan disampaikannya bila pria itu bertanya, mata Alaina membaca judul-judul buku di rak-rak tersebut. Ia menemukan satu buku yang menarik perhatiannya, buku tentang ras-ras kuda terbaik di dunia, lalu Alaina memutuskan untuk duduk di kursi sofa berlengan tunggal dan mulai membaca.

Mata dan sikap tubuhnya memang tampak sibuk membaca, tapi sebenarnya pikirannya sibuk memikirkan rencana pelariannya. Alaina tahu ia harus kabur secepat mungkin sebelum orang-orang mulai mengenali dirinya. Saat ini, fokus semua orang sepertinya berada pada Tareq dan juga upacara penobatan pria itu sebagai Sultan Zimmdabbad. Bukan itu saja, semakin lama Alaina berada di sini, itu juga semakin beresiko baginya. Ia takut ia mulai menjadi terbiasa dan menerima pernikahan aneh mereka ini lalu mulai menerima dan menjalaninya seolah ini adalah sesuatu yang normal.

Ya ampun, Alaina, itu tidak mungkin terjadi, kau masih waras, bukan?

Ya, ya, ya, Alaina tentu saja masih waras. Ia hanya takut pria gila itu yang akan membuatnya tidak waras. Siapa yang tahu apa yang bisa dilakukan pria itu untuk mencuci otaknya, bukan? Anyway, Alaina tidak ingin berdebat dengan dirinya sendiri. Saat ini ia harus fokus. Sudah berapa lama dan ia bahkan belum pernah keluar dari istana ini? Mungkin Alaina bisa membujuk pria itu untuk mengizinkannya pergi berjalan-jalan? Tentu ia memiliki kesempatan untuk kabur jika ia diizinkan keluar. Alaina bisa naik taksi ke bandara udara lalu terbang kembali ke negaranya.

Sounds easy, batin suara dalam kepalanya lagi. Tapi kau bahkan tidak punya paspor.

Sial! Benar juga. Ia harus mencari cara untuk mendapatkan paspornya dari pria itu, dan juga uang. Alaina tidak memiliki uang sama sekali.

Mendesah dalam diam, ia lalu menyandarkan dirinya pada punggung sofa sebelum akhirnya benar-benar larut dalam bacaan yang dipilihnya. Alaina begitu menikmati buku tersebut sehingga nyaris saja ia tak mendengar bunyi pintu yang terbuka. Saat ia mendongak, Tareq sudah berjalan mendekatinya. Dan dengan bodohnya, Alaina menyunggingkan senyum pada pria itu. Kenapa pria gila ini sungguh memesona? Apa Alaina memang sudah mulai tidak waras?

"Have fun reading?" tanya pria itu sambil membalas senyuman Alaina, dan suaranya yang dalam menggetarkan sesuatu dalam tubuh Alaina.

Oh, my Lord...

Alaina mereguk ludah pelan sebelum menjawab. "Ya, buku ini... sangat menarik."

Tareq kembali tersenyum saat membaca judul buku yang dipilih oleh Alaina.

"Interesting choice, Alaina. You keep surprising me."

Ya, begitu juga pria itu, bukan? batin Alaina dalam hati.

"Shall we have dinner now?"

Tareq menjulurkan tangan padanya dan Alaina terdiam sesaat. Seberapa jauh hidupnya telah berubah semenjak ia memutuskan untuk berlibur ke bagian dunia ini? Hanya dalam waktu yang sangat singkat, ia mengalami begitu banyak kejadian yang mengalahkan semua pengalamannya selama hidupnya di Wyoming. Dan lihatlah di mana ia berada sekarang. Siapa yang menyangka kalau ia akan menikah dengan seorang calon sultan sebuah kerajaan kecil yang eksotis dan kaya? Bahkan bermimpipun Alaina tidak pernah membayangkannya. Dan siapa juga yang akan menyangka kalau seorang sultan memiliki penampilan seperti raja iblis yang tampan?

"Alaina?"

Ia terkesiap dari lamunannya.

"Apa yang kau pikirkan?"

Alaina bergegas menggeleng.

"Tidak, tidak ada."

Tareq kembali tersenyum. Lalu pria itu menarik buku dari tangan Alaina dan meletakkannya di atas meja di samping kursi yang diduduki oleh Alaina. Dan kembali pria itu mengulurkan tangannya.

"Then come on, let's have dinner together, Alaina."


HOW TO PLEASE A SULTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang