Mature Content 21+
Happy reading, semoga suka.
Ebook sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
You can find my new story on wattpad too. A billionaire romance.
Luv,
Carmen
___________________________________________________________________________
Mereka kini berbaring di ranjang, sama-sama polos tanpa sehelai benangpun. Tangan pria itu sedang menjelajahi tubuh Alaina sebelum wajahnya muncul di bidang pandang Alaina. Tareq turun untuk kembali mengecupnya dan pria itu berbisik serak padanya, membuat Alaina mengerang pelan.
"I wanna kiss you for hours, Alaina. Aku tidak bisa tidur di istana utama tanpa kehadiranmu. Sebenarnya, kalaupun Habiba tidak memintaku, I would still come and make love to you tonight."
Alaina kembali mengerang, tapi ia tidak tahu apakah itu hanya erangan buatan untuk membuat Tareq percaya bahwa dia telah memiliki Alaina di bawah kontrol atau memang ini bukan erangan yang dibuat-buat olehnya. Alaina sudah sulit membedakan.
Ia membiarkan lidah pria itu menguasai dan menjelajahinya, membiarkan mulut pria itu memuaskan hasratnya dan mencuri pergi napasnya. Ia membiarkan pria itu mencecap dan merasakannya. Ciuman Tareq selalu dominan dan menuntut, persis seperti kepribadian pria itu. Dia memang penguasa, seperti dia menguasai bibir dan mulut Alaina sampai Alaina terkesiap dan gelagapan.
"Ohh..."
Tangan Tareq turun untuk menjelajah dan pria itu berbisik lagi padanya, bahwa malam ini dia ingin menyentuh setiap inci kulit mulus Alaina, menciumi setiap jengkal tubuhnya hingga Alaina bersemu merah. Saat Tareq mengangkat wajah untuk menatap Alaina, ia merasakan pipinya memanas dan tahu bahwa itu bukanlah tindakan yang dibuat-buat. Cara Tareq menatapnya membuat Alaina tersipu.
"Kau sangat cantik, Alaina-ku. Aku bisa bercinta denganmu sepanjang malam."
Alaina tahu bahwa ia tidak seharusnya tersentuh. Tapi kata-kata Tareq menggetarkan sesuatu di dalam dadanya. Bel peringatan berbunyi di dalam kepala Alaina, menyentaknya agar tersadar kembali bahwa apapun yang mereka bagi bersama di sini akan dan harus menjadi kenangan.
"Aku juga suka melihatmu tersipu seperti ini, you're so sweet and beautiful," puji pria itu lagi serak.
Ia kembali mengerang, terutama ketika jari-jari pria itu mulai menggoda dadanya.
"Yes... mengeranglah untukku, Alaina," bujuk Tareq dengan suara yang semakin parau.
Segera, Alaina terseret dalam badai yang diciptakan pria itu. Mulut, tangan, tubuh pria itu, sentuhan kulit mereka, aroma Tareq, semua itu membuat Alaina serasa melayang. Ia baru sadar saat sesuatu yang keras menekan jalan masuknya. Alaina membuka mata dan melihat pria itu sudah berada di antara kedua kakinya yang terbuka.
"Tatap aku, Alaina. Don't look away."
Kata-kata pria itu seperti mantra sihir yang melemahkan semua pertahanan Alaina dan ia mendapati dirinya mematuhi perintah tersebut. Mata mereka bertatapan ketika pria itu mulai mendesakkan dirinya.
"Please... please..."
Alaina tidak yakin apa yang ingin dikatakannya pada pria itu. Please... jangan berhenti? Atau... please stop?
Tapi saat pria itu mulai bergerak, Alaina sudah melupakan segalanya. Ia fokus merasakan pria itu, yang bergerak keluar masuk.
Lagi dan lagi...
Sampai Alaina tidak tahu siapa di antara mereka yang mencapai puncak terlebih dahulu. Ia hanya tahu bahwa ia bergetar hebat ketika pelepasan itu menerjangnya dan Tareq menggerung saat menyemburkan benihnya di dalam tubuh Alaina. Dalam kesadarannya yang masih setengah melayang, Alaina masih ingat ia berdoa agar ia tidak hamil.
Jangan...
Jangan sampai...
Sepertinya itu adalah pikiran terakhirnya sebelum kantuk menyeretnya ke alam mimpi.
Dan mimpinya penuh dengan kebingungan, ia ada di Wyoming, tapi bersama dengan pria itu. Saat terbangun lagi, Alaina jadi bertanya-tanya, apakah alam bawah sadarnya mencoba memberitahunya tentang sesuatu yang penting?