1

17.7K 998 20
                                    


Nafasnya memburu, dan jantungnya berdegup dengan kencang, pemuda itu tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, rahangnya yang jelas terlihat mengeras tanda emosinya sudah naik ke atas kepala.

Dua orang sedang bercumbu mesra di sofa ruang tamu, bahkan baju perempuan itu sudah naik sampai memperlihatkan perutnya yang terbentuk dengan bagus. Mereka tidak menyadari adanya orang lain disana.

"RADEN!"

Suara tegas pemuda itu menggelegar ke seluruh rumah, pemilik nama menarik bibirnya secara perlahan lalu membalikkan tubuhnya, bibir tipis itu tersenyum penuh menantang, matanya menyorotkan peperangan yang panas. Gadis yang ada di pangkuannya langsung berdiri dan menunduk, tangannya bergetar ketakutan, karena dia sudah bermain di belakang pacarnya

"BANGSAT!" Teriak pemuda itu, sebuah pukulan mendarat tepat di rahang Raden. Dengan santai, Raden mengelap bibirnya yang berdarah lalu menatap tajam adik kembarnya, Prabu simaharaja putra Agung.

"Ngapain Lo sama dia, anjing?! Dia itu pacar gue!" Prabu berteriak dengan marah, satu lagi pukulan melayang membuat Raden mundur dua langkah.

"Ya terus kenapa?" Ucap Raden dengan malas, "cewek Lo aja mau sama gue"

Prabu tidak habis pikir, dengan frustasi dia membalas, "manusia gak punya hati, Lo!" Merasa tidak puas, Prabu kembali melayangkan tinju nya ke wajah Raden, cowok yang terkenal dengan kenakalannya itu menerima semua pukulan dari Prabu, dia tidak membalas sama sekali

"Udah?" Raden mengangkat semua rambutnya ke atas, memperlihatkan dahi putih cowok itu, dia menggerakkan rahangnya beberapa kali, "jangan over, cowok penyakitan kayak Lo harus di bawa ke rumah sakit nanti, ngurus Lo itu repot"

Nafas Prabu terhengah hengah, dia menatap dua orang di depannya dengan tatapan membunuh yang sangat ketara, api kemarahan belum hilang dari matanya, padahal wajah Raden sudah penuh dengan luka luka. Emosinya kembali meninggi saat bertemu mata dengan pacarnya, Clarissa.

"Kurang apa gue sama Lo?" Gumam Prabu yang sudah kehilangan tenaganya, Clarissa memutuskan kontak mata itu, dia mengambil tasnya ingin cepat cepat pergi dari sana.

"Semua udah gue kasih ke lo, apa lagi?" Penglihatannya tiba tiba kabur, tapi kakinya tetap berusaha kuat menopang tubuhnya, "udah puas Lo ngambil satu satunya yang gue punya?" Raden memutar bola matanya dengan malas.

"Drama banget, dari pada sibuk pacaran, lebih bagus berobat aja ke rumah sakit, waktu Lo kan gak lama lagi"

Clarisa menatap Prabu dengan sedih, dia melangkah pergi dari rumah itu sambil menahan tangis, suara hak sepatu yang di gunakannya perlahan lahan menghilang. Setelah Clarissa pergi, Prabu tidak sanggup lagi menahan berat badannya, dia terjatuh ke lantai.

"Mana ada cewek yang mau pacaran dengan cowok penyakitan? Malah kayak ngurus orang tua"

Nafas pemuda itu sesak, bahkan suara tarikan nafasnya terdengar memenuhi rumah besar itu, tidak merasa kasihan sama sekali, Raden mengambil kunci motornya di atas meja lalu berhenti di sebelah Prabu, "gak gue sentuh aja udah begini, apa lagi gue mukul Lo? Pasti mati di tempat" desis Raden.

Dia berjalan dengan pasti menuju pintu rumah, motor kesayangan milik Raden mengeluarkan suaranya yang merdu, perlahan suara deru motor itu menghilang karena pemiliknya sudah semakin jauh. Di saat itu lah, Prabu benar benar ambruk ke lantai.

Tidak lama kemudian, pintu kembali terbuka, "Ya Allah, Den Prabu! Kenapa Den? Tunggu, bibi telfon Ibu dulu"

"Bentar Den!" Bi Yus berbicara dengan panik di telefon, dia terus menerus melirik Prabu yang begitu pucat. Bi Yus adalah pembantu yang berkerja untuk keluarga Agung sejak lama.

"Tas.."

"Apa den?" Bi Yus mendekat

"Di dalam tas.. ada obat.." ucap Prabu dengan lirih, bahkan membuka mata saja cowok itu tidak sanggup.

Bi Yus langsung menyambar tas hitam Prabu yang tergeletak di depan pintu, dia menemukan obat asma disana.

"Ini den, pelan pelan"

Prabu menarik nafas panjang saat obat asma sudah menempel di mulutnya, dengan lemas mendudukkan dirinya di lantai.

Mengidap asma dan hemofilia adalah cobaan terberat untuk Prabu, kedua penyakit mengerikan itu bisa sewaktu waktu mengambil nyawanya, dan untuk bertahan dari penyakit ini adalah hal yang rumit, Prabu tidak seperti pemuda lain yang fisiknya kuat, terutama kakak nya sendiri, Raden.

"Den Prabu, gak papa?"

"Prabu gak papa, Bi. Makasih udah nolong Prabu"

Prabu pemuda itu memiliki tubuh yang lemah, dia akan pingsan atau sesak nafas saat dia stres, bagaimana pemuda yang lemah seperti itu di paksa kuat oleh keadaan? Sanggupkah dia bertahan sampai akhir?

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang