27

3K 363 32
                                    

Cerita hanya fiktif, berdasarkan imajinasi, jika ada kesamaan tempat, nama, dan kejadian, hanya kebetulan semata.

•–•


 
  "Udah nyampe," Ucap Prabu sambil memakai tasnya. Tapi dia berhenti bergerak ketika menyadari Raden tidak menghiraukan perkataannya. Matanya terpejam dengan lembut, tidur dengan kepala miring ke jendela dan tangan terlipat di depan dada.

  "Den? Turun." Prabu menepuk lengan Raden sekali dan cowok itu langsung membuka matanya, dia tersentak, langsung menarik tubuhnya menjauh dari Prabu, sehingga suara tabrakan punggungnya dengan pintu mobil terdengar.

  Setelah beberapa detik mereka berdua terdiam, Raden berkedip sekali, menyadari orang itu adalah Prabu, dia melemaskan ototnya, "turun deluan, gue ada urusan." Dia melambaikan tangan, lalu berbalik memunggungi Prabu, kembali melipat tangannya di depan dada.

  Prabu tidak bersuara lagi, segera dia keluar dari mobil, lalu berdiri di tempatnya memperhatikan mobil hitam itu bergerak lagi, berjalan keluar dari gerbang rumah. Pak Rudi melambai sejenak setelah mobil itu membunyikan klakson.

  Prabu segera berbalik dan masuk ke dalam rumah.

  Tapi, setelah hari itu hingga besok hari, Raden belum pulang ke rumah.

_____

  "Habis dari mana bi, pagi pagi?" Prabu masuk ke ruang makan, dia sudah fresh dengan pakaian santai di minggu pagi ini. Melihat bi Yus membawa sekeranjang besar buah, Prabu segera mendekat.

  "Halaman belakang, den. Pohon mangganya berbuah banyak banget. Mau bibi kupasi?" Bi Yus berucap dengan semangat, menyodorkannya pada Prabu

  "Mau, bi"

  Sambil bekerja, bi Yus melirik Prabu sejenak, "den Prabu mau kemana?"

  Prabu menarik kursi ke belakang dan perlahan duduk, "Mau ketempat temen bi, kayaknya pulang sore," jawab Prabu sebelum minum susu hangatnya.

  "Oh.. mau bawa makan siang?"

  Prabu segera menggeleng, "nanti Prabu beli makan aja disana."

  "Siap, den."

  Prabu mengetuk ngetuk jarinya di atas meja, bersenandung menunggu buah mangga yang sedang di potong bi Yus. Saat sepiring buah mangga ada di depannya Prabu meraih potongan mangga itu, sesaat gerakan tangannya berhenti, dia menoleh ke arah bi Yus.

  "Raden mana, bi?"

  "Tuan Raden?" Bi Yus mengelap tangannya dengan kain, terlihat berfikir, "belum pulang den, gak ada kabari bibi."

  Prabu terdiam sejenak sebelum mengangguk.

  "Bibi, Prabu pergi dulu." puas makan buah mangga yang manis itu, Prabu bangkit berdiri. Bi Yus mengangguk, "hati hati den."

  Prabu berjalan keluar rumah sambil menenteng tasnya, segera dia mendekati mobil hitam yang sudah di cuci dan di panaskan dari pagi buta. Prabu masuk ke dalam dan dengan cepat berucap, "ketempat kemarin ya, pak"

_____

  "Gini gini, di tangan ada sepuluh, di dalam mulut ada lima, jadi berapa?" Radit menunjukkan semua jarinya di depan seorang anak kecil, umurnya mungkin mesih empat atau tiga tahun.

  "Lima" anak kecil itu menunjuk mulutnya lalu memegang jari Radit, menurunkannya satu persatu, "enam.. tujuh... Delapan.. sembilan... Sepuluh.. sebe...lash.. dua blash..." Dan seterusnya sampai dia menemukan jawabannya.

  Prabu tersenyum, dia menoleh ke arah anak anak yang lain, "bisa?"

  "Bisa, dong! Aca mau siap nih, bang." Aca menuliskan angka 25 di buku tulisnya lalu menyodorkan buku itu kepada Prabu, "pasti bener semua."

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang