3

7K 631 14
                                    


  "Udah, Den, udah. Bisa mati adek Lo"

  "Den, inget keluarga, Den"

  "Raden! Banyak yang liat, kalau Lo terus mukul dia, bakal ribet urusannya"

  Marcel mencengkram pundak Raden dengan kuat, dia menarik tubuh Raden yang begitu keras menjauh dari Prabu, adik kembar Raden yang sudah terkena beberapa kali pukulan di tubuhnya

  "Cari mati" desis Raden yang bisa di dengar semua orang.

  "Kakak macam apa Lo? Cuma gara gara cewek, tega Lo mukul adek sendiri? itu tangan seharusnya untuk ngelindungi keluarga, bukan nyiksa keluarga Lo sendiri, gak habis pikir gue!" Gempar menarik Prabu dan mendudukkan cowok itu di kursinya.

   "Kenapa lagi? Gak takut Lo ngeliat itu anak udah sekarat abis nantang gue, Lo juga?" Raden kembali mendekat

  "Gak takut gue sama Lo, anjing!" Teriak Gempar dengan keras, dia melayangkan sebuah pukulan dengan tiba tiba, Raden langsung mundur beberapa langkah, "orang kayak Lo pantes di pukul"

  "Udah, Gempar" Arlan ikut menahan Gempar yang sudah benar benar marah, tidak pernah cowok yang selalu melempar candaan berubah menjadi tidak kenal takut kepada Raden.

  "Lo bawa Clarissa pergi dari sini" ucap Arlan dengan pelan, dia berhasil menenangkan Gempar, "cewek Lo yang tiba tiba meluk Prabu"

  "Pagi pagi udah tegang aja urat" Dama menghela nafas, dia menepuk pundak Raden, "ayoklah, skuy cabot"

  "Sekali lagi Lo cari gara gara, gak bakal selamat Lo" ucap Raden dengan tegas ke arah Prabu, pemuda tinggi itu langsung berbalik pergi

  "Sorry ges, si Raden baru puber" Dama melambaikan tangan, menyusul Raden, akhirnya semua cowok itu keluar dari kelas.

  "Prabu? Aku minta maaf, pasti sakit, kan? Aku obati ya?" Clarissa berjalan mendekat, tangannya terulur untuk menyentuh wajah tampan Prabu, tapi cowok itu langsung memalingkan muka, penolakan yang terang terangan itu membuat Clarissa merasa sangat sedih.

  "Balik aja ke kelas, udah masuk dari tadi" gumam Prabu

  "Tapi muka kamu berdarah, aku obati bentar, baru balik ke kelas, ya?"

  "Gak perlu, aku gak papa"

  "Prabu.. aku minta maaf" Clarissa kembali menangis, dia langsung berbalik pergi. Prabu menghela nafas melihat perempuan itu menghilang di balik pintu.

  Arlan membantu Prabu untuk duduk di kursinya yang berada di pojok kelas bersandar di dinding, dengan begitu, Prabu bisa menyandarkan kepalanya. "Mana si Atlas?"

  "Atla, woi" Seorang perempuan bangkit berdiri dari tempat duduknya, dia menghela nafas.

  "Suka banget ganti nama orang" kesal gadis itu, tau tau dia sudah berdiri di sebelah Prabu, meneliti lukanya

  "Ol, tolong ambilin tas gue" Ola menyerahkan tas hitam kepada Atla, isinya adalah alat alat p3k

  "Nih, kayaknya kemana mana Prabu harus bawa P3k deh" Ola ikut berdiri di sebelah Atla, membantu gadis itu

  "Seminggu berapa kali tu anak ngangkat tinju? Gak waras, adiknya sendiri dipukul" desis Atla saat dia membersihkan darah yang terus mengalir dari sudut bibir Prabu

  "Emang dia gak waras, cowok yang taunya berantem kek gitu, pasti bermasalah sarafnya" balas Gempar

  "Lo juga, ngapain tiba tiba nonjok dia?"

  "Lo kira gue bisa diem aja liat temen gue dipukul padahal dia gak salah? Tegang urat gue liatnya"

  "Masalahnya, pukulan Lo gak terasa di muka dia, gak biru njing, kurang itu" Gempar memukul lengan Arlan dengan keras

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang