13

4.9K 512 54
                                    


  Di tengah lelapnya malam, saat bulan bersembunyi dibalik awan gelap, langit sepi tanpa bintang, suara air terdengar. Tidak ada yang tersadar, karena aktifitas siang membuat tidur begitu terlelap.

  Seorang remaja berusia 17 tahun terbangun dan masuk kedalam kamar mandi kecil di dalam kamarnya. Mengguyur wajah nya dengan air dingin hingga rasa kantuk menghilang. Dia menghela nafas, menghalau dingin yang menusuk kulit, menatap wajahnya yang tercermin di air. Kosong. Hanya suara jangkrik yang bernyanyi menemaninya, di kamar mandi kecil peninggalan orang tua. Sudut kamar mandi itu di penuhi lumut tipis, dia tidak sempat membersihkannya.

  Setelah tenang, dia berwudhu untuk melakukan solat malam.

  "Udah bangun?" Dia mengusap wajahnya, setelah berdoa selesai wudhu dan keluar kamar mandi. Pertanyaan dengan nada lembut itu di tujukan kepada seorang remaja laki laki yang duduk di tempat tidur, tanpa sehelai kain menampilkan tubuh bagian atas yang bagus. Matanya mesih berat untuk terbuka, jadi dia hanya berdehem sebagai jawaban.

  Fajar mendekat ke arah meja, mengambil sajadah dan peci, dia melirik sekilas ke arah Raden, tanpa mengatakan apapun melakukan solat sunnah nya.

  Raden sudah tiga hari ini menginap di rumah kecil Fajar. Setelah dia menghajar Yoga, Raden pulang terpisah, dengan yang lain. Tapi entah kenapa, dia merasa tidak enak badan, dan berhenti di pinggir jalan, duduk dengan kepala menunduk, menghalau pusing yang menyerang. Raden baru pertama kali mengalami itu, kepala pusing, ingin muntah, mata seperti di tekan, dan jantung berdetak hebat. Linglung, Raden duduk di pinggir jalan lebih dari dua jam. Hari sudah malam, pundaknya di tepuk pedagang nasi goreng yang khawatir dengannya, dari Abang Abang itu datang, sampai warungnya sudah ramai, Raden tidak bergerak barang seinci pun.

  Raden di tawari sebungkus nasi goreng karena Abang itu khawatir melihat wajah pucat dan sedikit lebam di wajahnya. Tapi Raden menolak dan pergi mengendarai motornya, menabrak angin malam yang dingin, menyalip pengendara lain menuju jalanan sepi, motor merahnya berbelok beberapa kali memasuki lorong hingga dia sampai di sebuah perkampungan kecil.

  Raden mengendarai motornya dengan pelan, karena sudah malam, jalanan sunyi dengan kanan kiri di penuhi rumah penduduk yang kecil, terbuat dari kayu, bahkan beberapa reyot hampir roboh. Banyak rumah yang bergempetan satu sama lain karena memiliki lahan tanah yang sempit. Dia melirik kepada sekumpulan bapak bapak yang duduk di warung kecil, dengan tivi menyala tapi kabur, menampilkan siaran sepak bola. Jalanan dengan aspal bolong bolong ini membawanya jauh kedalam pemukiman penduduk yang lebih padat, hingga dia melihat sebuah mesjid dengan kubah berwarna hijau, pagarnya tidak tinggi bahkan beberapa bagian temboknya keropos, cat putih di dinding juga kotor dan terkelupas.

  Raden menghentikan motornya, dia melepaskan helm lalu masuk kedalam halaman mesjid. Sejenak dia ragu, ketika lantunan ayat ayat suci dikeraskan dengan toak mesjid hingga terdengar jelas di telinganya, menerobos masuk kedalam hatinya, hingga jantung yang sudah tenang, berdetak lebih keras lagi. Raden berbalik, dia tidak tahan. Tapi, sebuah suara memanggilnya,

  "Raden?"

  Dan begitulah, Raden berakhir di rumah Fajar.

  "Berapa kali sehari Lo ngelakuin itu?" Raden melirik Fajar yang sedang melipat sajadahnya. Raden penasaran. Selama dia tinggal di rumah Fajar, berkali kali dia melihat Fajar masuk kamar mandi dan beribadah.

  "Wajibnya di lakuin lima kali sehari" jawab Fajar santai

  "Oh"

  Raden bangkit dari tempat tidurnya, berjalan melewati Fajar dan masuk kedalam kamar mandi. Beberapa menit dia habiskan, Raden keluar dengan wajah yang lebih segar dan rambut basah, dia meraih handuk yang digantung di dinding sebelah pintu lalu menggosok rambutnya.

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang