22

2.9K 353 30
                                    


Cerita hanya fiktif, berdasarkan imajinasi, jika ada kesamaan tempat, nama, dan kejadian, hanya kebetulan semata.

•–•

  Prabu mendesah keras di dalam mobil, kondisi lapar, panas, di tambah kesal karena Raden di telfon tidak angkat angkat.

  "Gimana, den Prabu?" Ucap pak supir sambil menutup handponenya, lebih tiga kali nelfon Raden.

  "Sebentar, pak"

  Prabu mengeluarkan handphone dan ngetik nama di sana, dengan gurat kesal dia menunggu panggilan itu di angkat.

  Tuk

  "Halloooooo prabu, my lovely brother, ada perlu apaaa?"

  "Gama, ada Raden?"

  "Oh, ada ada— den! Di telfon sama Adek tercintAH!— Prab, Raden nanya, kenapa?"

  "Sama siapa dia pulang?"

  "Ntar— Raden! Udah cukup main catur nya, pulang woi pulang! Di tunggu adek Lo, kapok di repetin!— dah, tunggu bentar ya prabu my lovely brother, Raden otw"

  Prabu berdehem, langsung mematikan panggilan, dengan tangan terlipat menunggu di dalam mobil. Tidak lama, pintu terbuka, Prabu merasa ada pergerakan di sebelahnya, dia membuka mata, menatap sengit Raden yang menghela nafas setelah duduk dengan nyaman di mobil

  "Lo liat udah sepi? Jam segini gue udah makan di rumah"

  "Hah? Jam segini bi Yus mesih di pasar beli bahan"

  "Sok tau!"

  "Gue yang nganter bi Yus naik Rexie"

  Memang ya, Raden di peringkat pertama kalau menyulut emosi Prabu. Dia geram, tapi tidak membalas lagi, menghela nafasnya dan melihat pemandangan dari jendela.

____

  Prabu lebih dulu masuk ke dalam rumah, karena Raden tidur sepanjang perjalanan pulang, jadi di tinggal aja dengan Prabu. Dia masuk ke dalam kamar, beres beres dan langsung turun buat makan. Membawa piring makanan, Prabu berjalan ke ruang tamu dan duduk di atas sofa, sudah lama tidak menonton tivi.

  Gonta ganti channel, tiba tiba satu berita menarik perhatiannya, Prabu langsung membesarkan volume.

  Dia mendengarkan dengan seksama, hatinya merasa hangat karena rasa bangga, untuk berkali kalinya, Adnan di beritakan lagi, sukses besar sebagai pengusaha, melebarkan sayapnya kemana mana, namanya sudah tersohor di perusahaan utama, tepatnya di China.

  Prabu harap, dia bisa sehebat Adnan, bahkan lebih hebat lagi.

  "Ayah keren banget ya, bi?" ucap Prabu tanpa mengalihkan pandangannya dari tivi

  Bi Yus yang meletakkan segelas air tersenyum tipis, "dari dulu memang hebat banget, den. Semoga den Prabu bisa seperti tuan besar ya, bahkan lebih hebat lagi"

  Hatinya merasa hangat, "makasih, bi. Prabu akan berusaha kayak ayah"

  "Semoga tercapai, den... Semoga"

  Selesai makan, Prabu mesih tinggal di sofa, menonton kartun tokoh utama kembar, tengah asyik, Prabu melirik bi Yus yang membawa baskom kecil berjalan ke arah tangga

  "Buat apa itu, bi?"

  "Ini, air dingin, buat kompres muka tuan Raden" bi Yus melirik baskom kecil di tangannya.

  "Hah? Memangnya untuk apa?"

  Bi Yus tertawa sejenak, "bibi gak tau, tapi tuan Raden suka di kompres mukanya pake air dingin, kadang sampai ketiduran. Kalau den Prabu mau, bibi antar ke kamar juga"

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang