Cerita hanya fiktif, berdasarkan imajinasi, jika ada kesamaan tempat, nama, dan kejadian, hanya kebetulan semata.•-•
Pagi pagi sekali, Prabu sudah mengetuk pintu kamar Anna, dan mereka berdua melangkah cepat masuk ke dalam kamar tempat Raden berada.
Suster Anna bergerak dengan gesit menangani Raden yang menggerang sakit karena demam tinggi. Prabu tidak tahan melihat itu, dia keluar dari kamar.
Baru beberapa menit melamun, handponenya bergetar di saku celana, segera Prabu mengangkat panggilan itu, "Radit, maaf gue gak bisa datang kemarin."
"Kenapa?"
"Ada urusan penting," jawab Prabu seadanya.
Terdengar suara dengusan disebrang, "memang urusan apa yang lebih penting dari ini? Si Aca demam, dia rindu ibunya. Gue sebenarnya gak mau ikut campur, Prab. Tapi, Aca udah kayak adik gue sendiri, dan kalau niat Lo cuma mau ambil ibu Lo, tapi nelantarin anaknya, gue gak habis pikir."
Prabu menarik nafas dalam, "Aca juga adik gue, dia penting, tapi urusan gue di rumah lebih penting."
Tubuhnya yang lelah karena tidak tidur semalaman bersandar di sofa, "gue gak sejahat itu, dan ibu Aca ada di rumah gue, lagi istirahat, hari ini juga gue anter pulang, sekalian gue mau bicara sama Aca."
"Hah…. Lo tau kan, gimana paniknya gue liat Aca pulang pulang begitu kondisinya sambil nangis-nangis di antar sama teman temannya ke rumah gue. Gue harap Lo datang hari ini, bicara sama dia, dan bawa pulang ibunya, gue tau, itu ibu Lo juga, tapi Aca lebih butuh."
Prabu berdehem, "nanti gue kesana."
"Kemana?" Tubuh Prabu menegang, dia langsung berbalik, Marcel bertanya dengan wajah serius.
"Ke rumah temen," Prabu memperhatikan Marcel yang meletakkan segelas susu putih ke atas meja.
"Kondisi ibu gue gimana?"
Marcel tetap berdiri di sebelah Prabu, "tadi gue liat udah sadar, cuma belum mau di ajak bicara. Kenapa? Mau Lo antar pulang?"
Prabu berdehem, "sebanyak apa yang Lo dengar tadi?" Dia menegak susu putih itu setelah mengucapkan terima kasih kepada Marcel.
"Lo jaga Raden dulu, gue mau pergi sebentar," Prabu bangkit berdiri.
"Dapat izin dari tuan Agung dulu kalau Lo mau pergi," sahut Marcel.
Prabu merenung di tengah jalan, "Oke."
Setelah memastikan Prabu masuk ke dalam kamarnya, remaja berkulit putih cerah itu mengambil gelas susu di atas meja. Langkahnya berhenti ketika menyadari ada yang memperhatikannya dari pintu.
Seorang remaja dengan pakaian santai tapi terlihat bercahaya masuk dengan senyuman lembut.
"Lama banget Lo dateng," Marcel mendekat, menepuk pundak sahabatnya itu.
"Ada gotong royong di mesjid," balas Fajar. "Dimana Raden?"
Mereka masuk ke dalam kamar. Marcel menutup pintu di belakangnya dan duduk di pinggir tempat tidur. Fajar mengeluarkan botol air kemasan dari plastik kuning, meletakkannya di atas meja. Setelah menyentuh dahi Raden dengan punggung tangannya, Fajar berdehem ringan.
"Lo jaga dia, gue keluar sebentar."
Fajar segera menoleh, "kemana?"
"Ada anak itik mau jalan jalan, takut gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
LILBROTHER [SELESAI]
Teen Fiction"Tentangnya yang berusaha menjaga apa yang belum di rebut darinya" ____ • Terdapat adegan kekerasan dan kata kata kasar Raden cowok galak, kasar, pemarah, dan menakutkan, leader dari kelompok kecil cowok nakal SMA RAJAWALI. Dia tidak pandang bu...