33

2.9K 397 100
                                    

Cerita hanya fiktif, berdasarkan imajinasi, jika ada kesamaan tempat, nama, dan kejadian, hanya kebetulan semata.

•-•





  Canggung.

  Prabu duduk di tempat tidur, menggeser geser layar handphone sesekali melirik Raden yang bertumpang dagu melihat jendela, tatapan matanya terlihat bosan tapi mesih setia duduk di sana dari sepuluh menit yang lalu.

  Kesunyian ini pasti berlanjut sampai besok pagi, Prabu mengalah, "gimana badan Lo?"

  Alis Raden terangkat sedikit, "sehat."

  Prabu meneliti, kulit pucat, mata lelah, bibir kering, seperti itu sehat? "Lo yakin? Keliatannya Lo lebih sakit dari gue."

  Raden menoleh, tangannya di letakkan di atas paha, bersandar santai di sofa, "seperti yang Lo liat, gue mesih bernafas."

  Mata Prabu menyipit, dia mendesah tidak mau melanjutkan, suka suka Raden.

  "Udah mau maghrib." Prabu bangkit berdiri untuk menutup jendela, Raden yang tidak terima menusuk pinggang Prabu dengan jari telunjuknya, "gue nungguin sunset."

  "Anginnya gak baik," Prabu acuh aja sambil mengunci jendela itu.

  Raden berdehem, dia menahan Prabu yang bergerak pergi dengan menarik bajunya, Raden menunjuk keluar, "Lo liat itu?" Sudut bibir Raden terangkat lembut.

  Prabu menepis tangan Raden sejenak sebelum memperhatikan apa yang di tunjuk Raden, "itu bianglala, bukan?"

  "He'um"

  Alis Prabu naik sebelah, "terus?"

  "Dia muter."

  Prabu berdecak, langsung melangkah pergi, menutup jendela lainnya yang tidak jauh dari Raden. Cowok itu mesih memandang bianglala yang bersinar penuh lampu lampu, "cantik," gumamnya.

  Prabu menggeleng, sangat tidak memaklumi Raden bisa mengagumi bianglala seperti itu. Matanya yang lelah terlihat berbinar, sudut bibirnya juga terangkat.

  "Memang sebelumnya Lo gak pernah liat bianglala apa? Keliling sama temen Lo emang kemana aja?" Prabu bertanya sambil merapikan selimut.

  Raden terkekeh, "lo pernah liat?"

  "Pernah lah," Prabu menepuk nepuk bantal, "pernah naik juga, Lo kan ikut naik."

  Raden memiringkan kepalanya, "kapan?"

  Gerakan Prabu berhenti sejenak, dia berdehem pelan, "dua tahun lalu."

  Terdengar suara, 'oh' dari Raden, cowok itu bertumpang dagu lagi memandang dari jendela, "gak ingat."

  Tempat tidur lebar itu sudah rapi seperti pertama kali di tiduri, Prabu tersenyum puas, "pindah, jangan di situ, duduk sini," perintah dari Prabu sambil menepuk nepuk pinggir tempat tidur.

  Melihat Raden tidak bergerak, Prabu memiringkan kepalanya, "kenapa Lo?"

  Raden menunjuk kakinya, "manja." Kaki panjang yang di balut celana berwarna hitam tidak bergerak.

  "Gue gak sanggup jalan," tambahnya.

  Seperti kebohongan yang tidak dapat di terima, Prabu berkacak pinggang, "terus, gimana caranya Lo duduk disitu? Terbang?"

  "di bantu Anna," jawab Raden ringan sambil mengangkat bahunya.

  Prabu mendesah, seingatnya cuma di suruh tidur sama Raden dengan Adnan, kenapa dia jadi ngurusin Raden? "bentar, gue panggil Anna."

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang