17

4.1K 462 57
                                    


Langit sedang marah malam ini. Lidah guntur menyambar nyambar, mengait antara awan, bersamaan dengan suaranya yang teriak memekakkan telinga. Ribuan rintik kecil menghantam atap rumah layaknya batu, serta angin kencang menantang kuatnya akar pohon. Semua terlihat jelas dari jendela besar yang belum di tutup kain gordennya. Di kaca yang tebal dan tinggi itu, menempel beberapa daun pohon yang terbang tak kuat di terpa angin, air membuatnya kuat disana. Terlihat kotor tapi sedikit indah dan alami.

Raden menatap kesal ke luar, alisnya berkerut ketika mendengar suara Guntur yang entah ke berapa kali. Pemuda tinggi itu berbalik, menggosok rambut dengan handuk yang ada di atas kepalanya. Langkah yang tidak terdengar itu membawanya ke seorang wanita tua yang berisi, gerakan tangannya cepat meletakkan beberapa piring kotor ke wastafel.

"Tuan ..." Panggil bi Yus tanpa melihat Raden, cowok itu membuka kulkas dan meraih sebotol air dingin. Raden berdehem sebagai jawaban.

"Den Prabu manggil nama Tuan Raden"

Raden membuka matanya, jakunnya yang bergerak naik turun saat minum berhenti tiba tiba, mengisyaratkan betapa terkejutnya pemilik tubuh itu. Beberapa saat, Raden melanjutkan minumnya, perlahan dia bertindak seolah tidak mendengar apapun.

"Sekarang gimana?" Tanya Raden sambil menurunkan handuk putih itu ke pundaknya.

Bi Yus mengelap tangannya dengan kain, "tadi, abis tuan keluar kamar, gak lama den Prabu kebangun, kayaknya mimpi, manggil nama Tuan" Raden terlihat tidak puas mendengar penjelasan itu, dia mesih berdiri di sana menatap bi Yus lekat lekat. Wanita itu berfikir sejenak, lanjut berbicara, "sekarang udah tidur"

"Oh" singkat, Raden langsung berbalik pergi. Tapi belum genap lima langkah, Raden berbalik, membuat bi Yus yang ingin mengelap piring menghentikan gerakannya.

"Kalau hujan deras, tidurnya gak nyenyak. Temani dia" Raden melanjutkan langkahnya.

Bi Yus mengangguk patuh, bibirnya membuat senyuman manis, membuat kerutan di sekitar matanya terlihat jelas. Wanita itu bergerak cepat menyelesaikan pekerjaannya.

Sementara Raden, setelah keluar dari dapur, tangannya meraih permen coklat yang ada di meja makan, sembari membuka bungkus permen Raden berjalan ke ruang tengah. Kata kata bi Yus sedikit mengambil alih isi kepalanya, mungkin, tidak ada salahnya Raden untuk melihat sebentar, toh, Prabu sedang tidur. Tapi langkahnya berhenti, kepalanya terangkat saat beberapa orang tak dikenal masuk kedalam rumah, senter mobil yang terang menyorot masuk, dan beberapa pria berjas hitam memegang payung membuka pintu.

Raden menonton pemandangan itu sambil memasukkan permen kedalam mulut, dia tidak peduli Adnan telah pulang dan masuk kedalam rumah, duduk di sofa dengan gaya duduk yang khas, satu kaki di atas kaki yang lain. Bi Yus lewat di sebelahnya, wanita itu membawa handuk kering dan asbak.

Bertatapan mata dengan Adnan, Raden tidak mungkin berlalu begitu saja, dia mengangguk singkat dan melangkah pergi menuju tangga. Tapi suara yang berat menghentikan langkahnya

Adnan baru kembali menyelesaikan sebuah bisnis kecil dan dia ingin bersantai tapi anaknya sudah ingin pergi, Adnan berdecak, " saya datang, tapi kamu malah pergi, di mana kesopanan kamu?" Pria itu mengambil sebatang rokok dan menjepitnya di antara bibir, Xiu Huan mendekat dan menghidupkan sebuah korek. Setelah rokok itu menyala, Adnan menatap Raden lagi,

"Ayah ingin membicarakan sesuatu?"

Adnan menghembuskan asap rokok, "kamu mau tidur?"

Raden sudah berdiri di anak tangga pertama, dia menggeleng, "saya mau lihat Prabu"

Adnan mencondongkan tubuhnya, alisnya yang tebal terlihat berkerut dalam, dia memperhatikan Raden dengan mata sedikit menyipit, sebuah pertanyaan keluar dari mulutnya yang gantian membuat Raden mengerutkan alis,

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang