Cerita hanya fiktif, berdasarkan imajinasi, jika ada kesamaan tempat, nama, dan kejadian, hanya kebetulan semata.•–•
Ini wajib di pertanyakan atau sebaiknya di biarkan saja?
"Bibi, Raden belum pulang?" Ya, jawabannya pertanyakan saja. Sudah tiga hari Raden tidak pulang, sedikit kabar pun tidak ada, di sekolah dia juga tidak muncul, tapi anehnya, teman teman Raden, khususnya Marcel tidak bertanya padanya.
"Belum, den" jawaban sederhana dari dapur.
Prabu mengangguk saja, lanjut menulis di bukunya, di tengah sibuknya memikirkan jawaban dari soal latihan, handponenya bergetar sejenak, Prabu langsung meraihnya, di buka dengan cepat pesan masuk itu.
Ada rasa yang aneh saat tau pesan itu dari orang lain,
'Besokkan tanggal merah, Prab. Gak mau ke rumah gue? Disini lagi panen rambutan, gass aee'
Prabu mengetik balasan, 'gue kesana, kayak biasa gue datengnya'
'sip'
Prabu mematikan ponselnya dan detik itu juga alisnya berkerut, dia ingin mengatakan sesuatu tapi lupa, suatu hal yang mengganggunya dari kemarin. Beberapa detik melamun, akhirnya Prabu temukan jawabannya. Anak yang mengintip di balik pohon sawit itu.
Mungkin Radit tahu?
_____Radit tersedak, buru buru dia mengelap mulutnya dengan tangan dan menoleh ke arah Prabu dengan mata melotot kaget, dia segera mendekat, suaranya berbisik seperti menceritakan rahasia negara, "Lo liat penampakan?"
Lengan Radit di pukul membuatnya mendesis, Prabu menghela nafas, "gue nanya sama Lo"
"Mana gue tau gue gak di situ" balas Radit cepat.
Dia meraih satu buah rambutan, sambil membukanya Radit berbicara lagi, "logika Lo, anak kecil mana yang berdiri di belakang pohon sawit? Mau magrib lagi," Radit melihat Prabu yang fokus mendengarkan, "ini perkampungan, Prab, beda sama kota, malam malam pun anak anak keliling orang tuanya santai aja, tapi kalau di sini, jam enam sore, anak kecil di tarik masuk ke rumah, kalau udah ngaji, jalanan pasti sepi" Radit mengusap pundaknya merasa merinding
"Apa lagi coba yang Lo liat kalau bukan jin?"
Prabu meringis, "Lo nakutin gue"
"Bukan nakutin!" Radit menghela nafas, "anak kecil itu gak transparan, kan?"
Prabu menggeleng cepat, "engga, gue merasa itu orang. Dan tubuhnya gak keliatan kayak anak kecil"
"Maksud Lo? Bukan kayak Aca?"
"Bukan," Prabu mengedarkan pandangannya melihat anak anak yang bermain tidak jauh dari mereka, "tuh, kayak anak kecil yang lagi makan jagung"
Setelah melihatnya, Radit berdecak, "bukan anak kecil itu mah, udah remaja."
"Setidak nya lebih pendek dari kita." tambah Prabu
"Gue lebih dominan mikir itu hantu, tapi coba Lo sebutin ciri cirinya. Kalau hantu paling putih pucet, tatapannya kosong, terus kurus kering—"
"Punya tompel"
Radit tersedak yang kedua kali, biji rambutan di dalam mulutnya terbang keluar, "hantu mana punya tompel?!"
"Makanya gue bilang, itu pasti bukan hantu!" Balas Prabu tak kalah frustasi.
"Lo yang serius serius aja, Prab. Kalau yang Lo bilang bener, tu dedemit kan ngeliat Lo di dalam mobil, berarti dia merhatiin Lo, dan lebih parah lagi kalau itu bukan hantu" ucapan Radit membuat bulu kuduk Prabu berdiri, dia menggosok gosok tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LILBROTHER [SELESAI]
Teen Fiction"Tentangnya yang berusaha menjaga apa yang belum di rebut darinya" ____ • Terdapat adegan kekerasan dan kata kata kasar Raden cowok galak, kasar, pemarah, dan menakutkan, leader dari kelompok kecil cowok nakal SMA RAJAWALI. Dia tidak pandang bu...