16

5.1K 549 59
                                        


  Prabu kembali ke kelas dengan wajah lesu, karena dia harus pergi lagi ke ruangan Bu Sutri untuk mengumpulkan tugasnya. Sedari tadi Bu Sutri sudah mengirimkan pesan untuk cepat datang ke ruangannya, karena beberapa menit lagi jam pulang sekolah.

  Kosong.

  Alis Prabu berkerut, kertas folio full tulisannya yang siap beberapa waktu lalu tidak ada. Prabu menggeledah buku, memeriksa ke bawah meja, sampai melongok keluar jendela, takut kertasnya terbang keluar. Nihil. Prabu mengusap rambutnya dengan panik, dia melirik jam, lima belas menit lagi pulang sekolah, tentu tidak sempat untuk nya mengerjakan ulang, dia harus bagaimana?

  Dengan gelisah dia berjalan keluar kelas, tidak menyadari menabrak tubuh seseorang, tapi dia lah yang mundur. Prabu mengangkat wajahnya, bertemu dengan mata setajam elang milik Eros.

  "Kenapa Lo? Lemes amat? Abis ketemu Raden?" Benar dan tidak, Prabu berdehem sejenak

  "Ah, udah gue tebak, berat kali muka Lo, hahahaha, cape ya punya Abang kayak gitu?" Eros tertawa, alisnya terangkat satu

  "gue lagi buru buru" Eros langsung menutup mulutnya, Prabu lewat begitu saja, dia kegerahan sendiri berdiri disana. Hatinya sedang tidak tenang malah di ajak bicara topik yang membuat tidak nyaman.

___

    "Udah udah, saya mau pergi dulu, ada ada aja kamu ini, pakai alasan kertasnya ilang. Kamu udah saya kasih keringanan gak ngerjain di depan saya karena saya percaya sama kamu, eh disuruh kumpul, ada pula alasannya, kertas hilang. Aduh, Prabu Prabu" Bu Sutri geleng geleng kepala, matanya tajam menatap Prabu yang berdiri dengan wajah memelas.

  "Buk, kasih waktu ya, satu jam aja" pinta Prabu, nadanya rendah dan penuh permohonan.

  "Saya ada urusan dengan guru guru lain, gak bisa. Salah kamu sendiri, ini hukuman buat kamu"

  Gak, gak bisa, selama Prabu sekolah, baru pertama kali dia mengalami hal ini. Tidak. Nilainya bisa rusak, dia takut. Prabu langsung menyentuh tangan Bu Sutri, "buk, kalau udah selesai, Prabu antar ke rumah ibuk, ya? Atau, saya kerjakan di sini aja buk, saya tunggu ibuk di sekolah"

  Alis Bu Sutri berkerut jelas, akhirnya dia mengangguk, penuh pertimbangan memang, murid pintar seperti Prabu mendapatkan tinta merah di raport tengah semester. "Makanya kamu jangan ceroboh, saya kasih kamu kesempatan terakhir, Prabu. Kerjakan disini, saya kembali nanti harus sudah siap baru kamu boleh pulang, mengerti?"

  Prabu menghela nafas penuh syukur, "mengerti buk, terimakasih"

  "Yaudah, saya pergi dulu, kerjakan terus soalnya!"

  "Baik buk"

  Bu Sutri keluar dari ruangannya, terdengar suara pintu di tutup, Prabu buru buru meraih kertas folio dan pulpen yang ada di atas meja, membuka handponenya untuk mencari soal yang dikirim kan Bu Sutri  lalu mengerjakannya dengan cepat, membiarkan dirinya di telan sunyi dan dingin ruang guru.

___

  Halaman rumah bak istana keluarga Agung itu sedikit berbeda hari ini, jika biasanya hanya ada dua mobil hitam dan satu motor besar berwarna merah, kali ini saat Raden sampai di rumahnya, ada beberapa mobil hitam mengkilap menggoda untuk di sentuh dan mengelus dada saat tau berapa harganya. Tapi anehnya, rumah itu terlihat sunyi, pintunya tertutup rapat, seperti tidak ada orang.

  Raden memakirkan motornya, melepas helm mesih dengan alis berkerut tipis. Walau hatinya bergemuruh menyuruhnya untuk memutar balik, tapi kakinya tidak berhenti melangkah, sampai dia berhenti di pintu besar istanannya. Di dorong pelan, kaki kanan melangkah masuk, merasakan dinginnya suasana sepi dan mati yang menusuk kulit.

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang