31

2.5K 360 78
                                    

Cerita hanya fiktif, berdasarkan imajinasi, jika ada kesamaan tempat, nama, dan kejadian, hanya kebetulan semata.

•-•

  Puncak bulan purnama di langit, suara senandung ayat ayat suci yang di putar dari rekaman, menyelimuti tubuh seorang remaja yang terlelap, melindungi dan menjaganya, agar tenang yang bersembunyi di dalam dada. Setelah meledak seperti kepalanya akan pecah, dia memuntahkan semua energi negatif yang bergerumul di dalam perut, hingga tubuhnya terbaring lemah di tempat tidur, tidak ada tenaga walau menggerakkan satu jari saja.

  Tapi, ketenangannya di usik, istirahatnya diganggu, tidak di perbolehkan melepas lelah, tidak di biarkan bernafas sejenak.

  Alis tebal yang rapi itu berkerut ketika telinganya tidak menangkap lagi senandung lembut ayat suci, sunyi ruangan itu membuatnya mampu mendengar detak jam di dinding. Kehilangan penjaganya, sesuatu yang di dalam dada mulai bergejolak tidak terima, mendentum hingga terasa sesak.

  Jarum jam menunjuk tepat tengah malam, Raden terbangun.

  Kegelapan dan kesunyian menggantikan penenang tadi, memaksanya untuk mendengar sesuatu yang aneh. Mata Raden bergerak, tapi dia tidak bisa melihat apapun, kain putih yang menutup matanya tidak bisa dia pindahkan, sekuat apapun tangannya mencoba untuk bergerak.

  "Shshs… shhs.. shshhhhaass…"

  Apa itu? Raden melirik ke arah kanan.

  Suara cicit yang serak datang lagi, lebih kuat, "Shah! Sssssttt…. Hshshh… hahh.."

  Angin dingin berhembus terasa di lengannya, suasana kamar yang sunyi menambah kewaspadaan di hatinya. Raden mencoba tenang sembari mengangkat satu jarinya perlahan lahan. Suara bisik bisik yang datang dan pergi tidak di perdulikan. Tapi semakin dia tidak peduli, semakin sesuatu itu mengganggunya.

  Raden memejamkan mata, mengatur nafasnya perlahan lahan, dari bawah tempat tidur suara menggaruk beradu dengan bisik bisik di sebelah kanannya, sesekali dia meninggikan suara, seolah sedang marah.

  Hembusan angin dingin berpindah, kini ke telinganya membuat Raden menahan nafas.

  Aneh, mendadak sunyi.

  Sedetik Raden menghela nafas lega, tarikan kuat di wajahnya membuat Raden menggerang pelan, rasa sakit menusuk di antara matanya, tapi sebagai ganti, mata Raden terbuka, sesuatu yang kurus, pucat seperti ranting dengan kuku panjang lewat di atas wajahnya.

  Mata Raden terkunci di lampu yang mati, detak jantungnya tidak mau berkompromi, terlebih saat dia menyadari, di sebelah kanan tempat tidur, ada sepasang mata yang terbuka lebar penuh rasa lapar dengan mulut terbuka. Wajah Raden menggelap melihatnya, karena pencahayaan yang kurang, hanya terlihat bayangannya yang berjongkok di sebelah tempat tidur, memegang semua rambutnya, di bawa ke depan wajah,  matanya mengkilap aneh, sangat lebar dan bulat.

  Suara bisik itu darinya yang sedang mengunyah rambut sendiri, dan terkikik saat Raden melihatnya.

  Bibirnya membentuk senyum lebar, memperlihatkan rambut rambut yang terselip di giginya. Tangannya yang kurus bagai ranting siap patah membantunya merangkak mendekat ke tempat tidur.  Kondisi wajahnya parah, matanya besar sebelah karena bengkak, dan hidungnya di tutup kapas, serta rambutnya acak acakan. Sangat menakutkan.

  "Abaang Radeeen ...."

  Bagai kilat yang menyambar Raden, jantungnya terpacu gila gilaan, dia tidak bisa memalingkan wajahnya. Sosok itu terlihat puas, dia naik ke atas tempat tidur lalu menyentuh tangan Raden.

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang