37

2.6K 290 90
                                    


Cerita hanya fiktif, berdasarkan imajinasi, jika ada kesamaan tempat, nama, dan kejadian, hanya kebetulan semata.

•-•



  Pintu di ketok dengan kencang, suaranya mengagetkan seorang anak kecil yang duduk di lantai, memeluk erat bantal bayinya. Mendengar suara yang dia kenal, anak kecil itu berlari cepat.

  Ayahnya basah basahan karena hujan tapi tidak membuat anak kecil itu berhenti mendekat. Dia bahkan sedikit melompat untuk memeluk kaki ayahnya.

  Tapi, dia di dorong.

  "Dek! Prabu gimana?" Pria itu masuk, menahan si anak kecil dengan tangannya, lalu menepuk baju yang basah.

  Dia melirik sekilas putra nya yang terkejut, dengan raut khawatir anak kecil itu di tarik ke dalam pelukannya.

  Mereka masuk ke dalam kamar, Amelia sedang mengompres anak kecil berkulit pucat, "gak turun turun mas! Tadi juga kejang."

  Raden di turunkan kan di depan pintu, dengan binggung melihat kedua orang tuanya yang panik.

   "Terus gimana, dek?"

  "Udah berhenti kejangnya," perempuan itu mulai terisak, "lihat mas, lidah nya berdarah karena kejang tadi, adek gak liat, maaf ya mas, tadi lagi ngasih makan bang Raden." Mendengar namanya di sebut, kedua alis Raden naik, dia merasa ibunya memanggilnya jadi Raden melangkah mendekat, berdiri memegang tangan Amelia.

  Amelia mengusap rambut Raden, "main sendiri dulu ya bang, mama ngurus adik kamu dulu, lagi sakit."

  Anak berumur dua jalan tiga tahun mana mengerti. Amelia tidak memperdulikannya lagi, dia mengganti kain yang ada di dahi Prabu. Mas Ali sudah selesai mengganti baju, dia mengambil jaket yang tergantung di dinding.

  "Mas keluar bentar beli obat di warung."

  Amelia mengangguk.

  Mas Ali langsung melangkah pergi, Raden celingukan melihat mas Ali berjalan keluar kamar, dengan berlari sampai menjatuhkan bantalnya, Raden menahan kaki mas Ali di depan pintu

  "Aden, itot?"

  Mas Ali menggeleng, kelelahan membuat senyumnya sedikit di paksakan, "Abang di rumah temani mama ya, jangan bandel, jangan berisik, adek lagi sakit."

  Pintu tertutup.

  Suara guntur mengejutkan Raden sampai dia tersentak, kaki kecil nya berlari ke dalam kamar karena takut, tapi— pats!

  Mati lampu!

  Raden kaku, matanya panas, dia berteriak dengan panik, memanggil mamanya,

  "Mama! Aden atooott aaaaa"

  Bruk

  Raden terduduk, kepalanya terasa sakit, dia menangis sejadi jadinya, sambil memegang kepalanya yang berdenyut. Tidak lama, tubuhnya terasa ringan, dia berada di pelukan orang lain. Suara hangat dan lembut seseorang menenangkannya.

  "Ini mama, ini mama. Abang Raden jangan nangis, ada mama disini sayang… muach, mana, mana? Siapa yang jahat?"

  puk

  Amelia memukul dinding.

  "Dah, jangan nangis lagi, udah mama pukul dia." Raden merasakan tubuhnya di letakkan di kasur yang empuk, jidatnya di gosok gosok dengan rambut Amelia, "sssttt.. udah nangisnya, nanti adek bangun, mama susah, sayang—"

  "Huh, huh... Huaaaa, maa—mamaa"

  Amelia menghela nafas, dia meninggalkan Raden dan mendekat ke arah Prabu, gantian menepuk nepuknya. Merasa tidak di perdulikan lagi, Raden perlahan diam, dia mengelus kepalanya sendiri. Nyanyian Amelia yang sedang menenangkan Prabu ikut membuatnya merasa nyaman, perlahan Raden jatuh tertidur.

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang