29

2.4K 345 77
                                    

Cerita hanya fiktif, berdasarkan imajinasi, jika ada kesamaan tempat, nama, dan kejadian, hanya kebetulan semata.

•-•




Semuanya terasa seperti mimpi, dan Prabu berada di bagian terbaiknya. Bertahun tahun telah terpisah dengan Amelia, Prabu selalu menyelipkan nama mamanya dalam doa dan mengingat kuat kuat wajahnya, bagaimana bisa dia lupa? Walau wajah itu sedikit lebih kusam, tubuhnya kurus, dan rambutnya tidak selurus dulu, tapi Prabu yakin, itu adalah mamanya.

  Prabu tanpa sadar memukul pundak pak supir yang ingin melajukan mobil, dia gelagapan, buru buru keluar. Kulitnya yang pucat semakin pucat karena rasa bahagia yang menyelimuti hatinya. 

  Suara pintu mobil di tutup dengan keras, bersamaan dengan Prabu berjalan mendekat. Semua beban fikiran dan keresahan hatinya menguap ke udara melalui helaan nafas dari mulutnya, "mama," panggilnya penuh haru.

  Aca dan Amelia kompak melihatnya. Mata mereka melebar, tapi memiliki dua arti yang berbeda. Melihat Prabu semakin mendekat, mata kosong itu perlahan lahan mendapatkan cahayanya, mulutnya yang kering dan pecah pecah terbuka sedikit setelah menyadari sesuatu. Bertahun tahun ini, terpisah karena suatu alasan yang kuat membuat mereka tidak bisa saling memeluk. Untuk Prabu, dia sudah melupakan semua itu, dan dia harap, Amelia juga. Jadi, yang Prabu inginkan saat ini adalah merengkuh tubuh lemah itu ke dalam pelukannya.

  "Mama, ini Prabu." suaranya serak, lirih, dan sarat akan kesedihan, bertabrakan dengan senyum lembut di bibirnya.

  Wanita itu berkedip beberapa kali, kepalanya bergerak liar, kakinya yang terlihat rapuh menghentak tanah saat dia berdiri, "Prabu? Prabu ...., Anak mama?" kain jariknya mengencang saat dia berlari untuk memeluk Prabu.

  Prabu mundur beberapa langkah, tubuhnya keras bagai kayu terkejut dengan pelukan itu. Terdengar suara isakan yang kuat, pelukan itu semakin mengencang. Mendengar suara isak yang menyedihkan, mata Prabu memanas, dia membalas pelukan Amelia, sesekali mengusap punggungnya.

  "Mama kemana aja? Kenapa mama sekarang tinggal disini?"

  Amelia mesih terisak kuat, sesekali dia melepas pelukannya dan menangkup pipi Prabu, lalu menangis lagi, menyembunyikan wajahnya di pundak Prabu.

  "Mama rindu ...., Sama Adek" bisiknya, suaranya terlalu pelan, sembunyi di balik isakannya.

  Prabu mengangguk cepat, "Prabu juga, ma."

  Amelia melepas pelukannya, menarik diri dan menangkup pipi Prabu, meneliti wajahnya lalu tangannya turun mengusap ngusap pundaknya, bibir Amelia menerbitkan senyum kecil. Kepalanya terangkat lagi sembari meremas pelan tangan Prabu, "adek udah sebesar ini...., Hidup enak disana, dek?"

  Prabu mengigit bibirnya kuat kuat, dia menghela nafas, bibirnya kelu tidak sanggup berbicara, hanya mengangguk saja. Bagaimana bisa dia bilang hidupnya enak, makan makanan mahal, pakai baju bagus, sementara mamanya sendiri hidup berbanding terbalik dengannya? Lihatlah tulang yang terlihat jelas ini dari tangannya.

  Prabu memainkan jari jari tangan Amelia, dia menunduk, "Prabu minta maaf."

  Amelia menarik pundak nya membuat Prabu terkejut, "mama juga, mama harus minta maaf sama kamu. Sebenarnya mama sayang sama kamu, dek. Sayang sama mama, kan?"

  Prabu mengangguk cepat.

  "Berarti adek udah maafin mama?"

  Prabu mengangguk lagi.

  Amelia tersenyum hangat, dia menarik Prabu ke dalam pelukannya, dan berbisik dengan suara yang begitu lembut, "mama gak mau kamu pergi lagi, sama mama aja ya? Temani mama, mama kesepian gak ada kamu, mama sedih mikirin kamu. Tinggal aja sama mama disini."

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang