14

4.5K 441 67
                                    


  Prabu sedang di kondisi tidak fit, lemah, lesu, lunglai, tapi ada aja yang mengganggunya. Entah hasutan setan mana yang membuat anak anak sekolah jadi sok akrab dengannya. Baru selangkah Prabu berjalan di lorong kelas dua dengan Marcel, dua siswi perempuan yang wajahnya saja Prabu tidak pernah liat, tiba tiba bertanya tentang Raden seolah teman dekat. Bukan sekali, dan tidak berhenti disitu, terhitung sampai Prabu masuk ke dalam kelas dan berpisah dengan Marcel, sudah lima kali dia ditanya pertanyaan mirip mirip seperti itu. Untung saja ada Marcel yang menutup mulut mereka.

  Prabu selamat. Dia duduk di kelas dengan tenang, walau sedikit kesepian karena Gempar dan Ola dipanggil keruang guru untuk remed ulangan Bu Sutri, guru fisika paling pelit nilai di SMA Rajawali. Akhirnya, Prabu berkutat dengan soal matematika nya seperti tidak memiliki mulut.

  Tadinya begitu.

  "Prab, minta jawaban Lo dong, bentar aja, mumpung pak Jule lagi pergi" Gaves, cewek yang bisa di hitung jari bicara dengan Prabu, kini terang terangan meminta lembar jawaban nya.

  "Belum siap, nanti gue kasih"

  "Ah elah, Prab. Lo ngerjain cuma lima menit selesai itu, bentar aja, jangan pelit pelit ah"

  Prabu melirik, "yaudah, tunggu lima menit"

  Gaves berdecak, dia berbalik melihat kelompok teman temannya yang sudah menunggu, "gak dikasih weh! Prabu pelit orangnya!"

  "Yah ... Gitu banget Lo prabu sama temen sendiri, bantu temen lah! Nanti kita sekelas remed ulangan pak Jule, Prab!"

  "Bentar aja loh, Prab!"

  Prabu acuh, sibuk sendiri. Tidak peduli Gaves yang menatapnya tajam. Toh, tidak pernah Prabu berbicara lebih dari sepuluh kata dengan mereka, teman Prabu di kelas ini cuma Gempar, Ola, Arlan dan Atlanta.

  Sret

  Garis tinta hitam membentang di buku latihan matematika yang di tarik paksa dengan seorang laki laki tinggi, dia berdiri di depan meja Prabu, dengan satu tangan di masukkan kedalam kantong, membaca jawaban Prabu penuh gaya. Prabu berdecak, dia ikut berdiri, berusaha menyambar buku bersampul hijau itu. Tapi cowok tinggi ini memiliki refleks yang cepat, dia mundur selangkah dan sudah membuat jarak yang jauh.

  "Balikin"

  Dia tertawa pelan, "setelah gue salin jawaban Lo"

Cowok tinggi 190 itu memutar badannya dan berjalan pergi, seperti berhasil mendapatkan teropi, dia menggoyangkan buku itu setinggi tangannya. Suara helaan nafas kecewa bukan gangguan untuknya, dia duduk dengan nyaman di kursi dan membiarkan teman temannya datang menghampiri.

  Kericuhan terjadi, aksi berebut tidak bisa dihindari, tapi pemenangnya sudah jelas, cowok pemain basket itu yang berhasil menguasai. Eros, namanya. Dari pada tidak dapat menyalin sama sekali, pasrah saja mereka dengan kelakuan Eros, yang bertingkah seolah itu adalah bukunya.

  "loh? Apa ini ngumpul ngumpul?! Balik ke tempat duduk! Sebelum bapak tarik lembar jawaban kalian, memangnya udah pada siap?!"

  Berhamburan seperti semut yang diberi asap, mereka melirik takut ke arah Pak Jule. Terutama Prabu yang memucat di tempat duduknya. Bisa gawat kalau guru senior itu mendapati bukunya sudah melancong ke meja ujung. Pak Jule paling tidak suka ada muridnya yang menyontek dan memberikan contekan, bisa bisa lembar jawaban Prabu tidak di terima.

  "Bentar pak, udah mau siap, dikit lagi" salah satu dari mereka bersuara.

  Pak Jule mengedarkan pandangannya, memastikan semua muridnya menunduk ke arah meja dan menulis dengan serius.

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang