32

2.6K 384 49
                                    


Cerita hanya fiktif, berdasarkan imajinasi, jika ada kesamaan tempat, nama, dan kejadian, hanya kebetulan semata.

•-•


  Tiga mobil hitam di pacu gila gilaan, suaranya memecah kesunyian malam, di dalam mobil hitam yang memimpin paling depan, Adnan mengetik sesuatu di handponenya, mengirim pesan kepada anggota rumah, tapi tidak ada satupun yang membalas. Alis Adnan semakin berkerut, dia yakin sesuatu yang besar telah terjadi.

  Memikirkannya membuat Adnan meremas handpone tidak bersalah itu.

  Adnan mengeraskan rahangnya saat melihat pintu depan tidak terkunci dan pos satpam tidak ada orang. Setelah mobil hitam itu berhenti di halaman rumah, Adnan berjalan dengan langkah besar, orang orang yang bekerja dengannya mengikuti di belakang. Xiu huan dengan segera membuka pintu, menjadi orang pertama yang masuk ke dalam, jaga jaga jika ada penyerangan yang tidak terduga.

  Rumah itu sunyi, terasa aneh.

  "Lihat pintu pertama di lantai atas, bawa perawat kesana." Xiu huan mengangguk mendengar perintah itu, dia melangkah pergi, segera berbicara dengan dua perempuan berkulit putih susu.

  Adnan melirik dua orang itu yang berlari ke arah tangga, sementara dia membuka jas luar dan melepaskan jam tangannya.

  "Periksa seluruh kamar di lantai bawah." Xiu huan melanjutkan perintah itu ke salah satu bawahannya yang kompeten.

  Adnan segera melangkah pergi, menggangkat semua rambutnya dengan dengusan pelan, sementara di belakangnya, dua pria muda memasang wajah serius, mereka tau, tuan besar Agung sedang dalam kondisi hati paling buruk. Dia tidak akan berkedip walau tiga sampai empat perusahaan besarnya hancur dalam satu waktu, tapi untuk masalah keluarganya, sedikit saja, terlebih anak anaknya, maka sungai dan laut bisa tercampur jadi satu.

  Di lantai dua, langkah mereka berhenti bersamaan. Wanita tua itu terbujur kaku, kondisinya mengenaskan dengan genangan darah di sekitar kepalanya.

  Adnan mendekat, memberi kode kepada Xiu huan untuk mengurus hal itu. Sementara, Marcel yang mengekori hampir meremas dadanya sendiri, hatinya berdenyut sakit, seketika rasa gentar memenuhi dadanya. Adnan berdehem ringan membuat Marcel tersadar. Benar, tidak ada waktu untuk merenung dan bersedih.

  Adnan mengeluarkan suara, 'ha' pelan saat dia berdiri di depan pintu, mata setajam elang miliknya mengedar keseluruh kamar dan berhenti tepat di wajah seseorang yang menunduk, dia menggoyang goyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan, suara senandung lembut dari mulutnya yang tersenyum menambah rasa ngeri di dalam hati.

  "Sudah puas bermain?"

  Mata Raden bergerak cepat ke arah suara, ada semangat di mata hitamnya yang kosong dan gelap.

  Adnan berdecak, menoleh ke arah Marcel, "lihat keadaan dua orang itu." Marcel menyipitkan mata melihat seorang pria dan seorang wanita? Siapa itu?

  Marcel berjalan pergi, melangkah lurus ke arah lemari yang agak jauh dari tempat tidur, segera setelah Marcel berjongkok, Raden bangkit berdiri, berjalan ke arahnya, tapi Adnan lebih cepat, "mainanmu disini."

  Raden langsung terjatuh, tapi secepat itu pula dia bangkit.

  Nafas Marcel tercekat, suara pukulan datang silih berganti membuat Marcel tidak fokus mengecek keadaan pak Rudi.

  Tiba tiba terdengar suara kaca pecah yang keras membuat tubuhnya tersentak kecil.

  Raden di lempar ke pintu kaca balkon, dia terguling di antara pecahan kaca itu dan tubuhnya menabrak pembatas. Adnan menendang perut Raden membuat remaja itu terjatuh lagi, tidak berhenti, Adnan meraih lehernya dan mendorong dengan kuat sehingga setengah tubuh Raden sudah di luar balkon. Tidak ada rasa takut di mata yang tajam itu, sebaliknya, senyuman manisnya semakin lebar.

LILBROTHER [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang