Malam itu bersama kak Akhyar Abella tampak serius dengan buku-buku dan bolpoin yang ada di sampingnya.
Abella bertekad, bahwa kesempatan tidak akan datang untuk yang kedua kalinya. Maka dari itu Abella tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan yang terbaik untuk membawa nama baik SMA Taruna Sakti di ajang lomba Popda tingkat kabupaten ini." Yang penting kamu ncrocos aja terus. Jangan biarkan lawan kamu bicara. Kalau kamu lagi menyampaikan pendapat mu lalu mau di potong oleh lawanmu, jangan berikan cela untuk lawanmu berbicara. Yang penting kamu gas aja terus. Bayangin kamu lagi melepas semua beban yang ada di pikiran kamu lewat debat itu." Ucap Kak Akhyar di akhiri tawa oleh keduanya.
" Kak Akhyar yang serius. Perut Abella pegel dari tadi tertawa terus." Ucap Abella sembari mengusap air mata di sudut matanya yang keluar karena dari tadi tertawa sampai perutnya kram karena ulah kak Akhyar.
" Iya dek, apapun nanti hasilnya kakak tetap akan bangga dengan kamu." Ucap kak Akhyar sembari mengusap seurai rambut milik Abella.
Cekrekk ..
Pintu kamar kak Akhyar terbuka menampakkan sosok ibu dan bi Isnah yang membawa masing-masing satu penampan berisikan susu dan cemilan yang di buat oleh mereka berdua.
" Selamat malam ibu. Selamat malam bi Isnah." Sapa Abella saat keduanya memasuki kamar kak Akhyar.
" Selamat malam juga." Jawab mereka serentak.
" Wah apa itu?" Tanya kak Akhyar kepada ibu dan bi Isnah.
" Tadi ibu bikin tahu cantik sama risoll. Ini juga ibu bikin susu untuk kalian. Semua ini ibu sama bi Isnah yang buat." Kata ibu sambil menaruh penampannya di meja.
" Wah ini pasti enak. Kak Akhyar mau dong." Ucap kak Akhyar tangganya sudah mau mengambil satu buah tahu cantik itu. Namun gerakannya terhenti lantaran Abella melarang kak Akhyar untuk mengambilnya.
"Stopp kakk!!" ucapan abella mampu membuat ketiganya terkejut dan serempak mereka melihat wajah Abella sembari kebingungan.
" Hehehe " di luar dugaan. Abella justru malah terkekeh. Sangat menyebalkan. Seharusnya tahu cantik itu sudah terjun ke perut kak Akhyar. Aksi itu tertunda karena Abella yang memberhentikan gerakan kak Akhyar.
" Kenapa si dek?" Tanya kak Akhyar wajah nya terlihat seperti orang sedang kebingungan.
" Kan di luar hujannya udah berhenti. Abella mau makan sambil belajarnya di luar aja. Di balkon kamar milik kak Akhyar. Boleh ya kak? Boleh ya Bu?" Abella mengeluarkan ilmu saktinya. Wajahnya yang imut-imut tidak mampu untuk membuat kak Akhyar menolaknya.
" Ehem. Kalau kakak si boleh-boleh saja. Tapi bagaimana dengan ibu? Ibu Mengizinkan atau tidak Bu?" Tanya kak Akhyar kepada ibu. ibu tidak berkata apapun. Ia hanya mengangguk sambil tersenyum.
" Yey. Yuk yuk gaskun." Abella tampak semangat untuk memindahkan buku-bukunya ke balkon kamarnya kak Akhyar. Tanpa pikir lama Bi Isnah mengambil karpet bulu yang ada di ruang tv dan ia pindah ke balkon kamar kak Akhyar. Setelah lantai sudah di bersihkan dan karpet bulu sudah di siapkan semua menggerakkan diri untuk mencari tempat ternyamannya.
Dapat di lihat di balkon kamar kak Akhyar ada kak Akhyar yang duduk di samping kiri Abella sedangkan ibu duduk di samping kanan Abella dan Abella berada di tengah-tengah keduanya. Malam itu tidak ada bintang bahkan bulan pun tidak memancarkan sinarnya. Langit yang tampak mendung, serta angin yang terus berhembus kencang membuat suasana di sana terasa dingin. Dari dulu langit tidak pernah sependapat dengan Abella. Ketika Abella senang langit terlihat mendung. Sedangkan ketika Abella sedang bersedih langit selalu cerah. Tetapi Abella selalu berterimakasih karena langit selalu menemaninya.
Langit selalu ada di saat Abela sedih ataupun senang." Bi mau kemana? " Tanya kak Akhyar saat melihat bi isnah akan bergegas meninggalkan balkon.
" Ehem bi isnah mau ke dapur mas. Mau beresin bekas masak tadi. " Jawab bi isnah yang sudah bersiap untuk beranjak ke dapur.
" Oiya bi, bi isnah ngga mau di sini dulu?" Tanya kak Akhyar.
" Ngga mas. Ya sudah kalau begitu bi isnah permisi dulu ya." Ucap bi isnah menanggapi pertanyaan kak Akhyar.
" Iya bi. eh bi? Hati-hati!." Ucap kak Akhyar dengan ekspresi panik yang di buat-buat nya.
" Eh iya mas. Emang ada apa ya mas? " Tanya bi isnah kebingungan.
" Hehe ngga ada apa-apa." Ucap kak Akhyar dengan cengirnya. Semua orang yang ada di sana hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kak Akhyar yang melawak garing.
Malam itu adalah malam pertama mereka duduk di balkon kamar beralaskan karpet bulu setelah sekian lama mereka tidak pernah mengulang hal itu.
Setelah bi isnah melangkahkan kakinya menuju dapur tersisalah Abella, kak Akhyar, dan ibunya. Terlihat Abella yang nampak fokus pada deretan paragraf yang sedang ia pelajari. kak Akhyar sibuk memantau Abella sambil memakan risol yang di buat oleh ibu dan bi isnah. Dan ibu terlihat fokus memandangi mereka berdua sambil tersenyum. Aksi mereka membuat siapapun yang melihatnya akan merasa tentram. Mereka saling memperhatikan dalam diam. Tidak ada yang berbicara. Hanya suara goresan bolpoin Abella saja yg terdengar.
"Dek. Ini susunya di minum dulu. Nanti keburu dingin." Ucap kak Akhyar yang mampu memecah keheningan.
"Hem iya kak. Aku mau risolnya yang gede" ucap Abella namun ia masih tetap sibuk dengan kegiatannya. Ia berbicara sambil menulis.
"Nih yang gede buat Abella yang kecil buat kak Akhyar dan ini sepesial untuk ibu." Ucap kak Akhyar sambil menyondor kan piring berisi risol itu.
Setelah itu mereka terkekeh bersama. Tidak ada yang lucu, namun entah mengapa dengan saling menatap satu sama yang lain membuat ketiganya tersenyum secara bersamaan.
Mungkin ini yang di definisikan bahwa bahagia itu sederhana. Bahkan soal risol itu pun mampu membuat mereka bahagia. Melihat mereka saling senyum dan sudah tidak ada lagi luka di hati mereka adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Namun kata siapa mereka tidak lagi memiliki luka.
Mereka terlalu lihai dalam bermain peran. Sebenarnya luka itu masih ada. Namun mereka saling menutupinya.Tidak ingin melihatkan lagi luka itu. Ketiganya bisa berpura-pura lupa kepada masa lalunya ketika mereka sedang bersama. Namun tidak jika mereka sedang sendiri. Masalah itu terus teringat di pikiran mereka. Apalagi dengan kak Akhyar, ia Merasa bersalah telah berkata kasar kepada ayahnya. Karena seperti apapun sikap ayahnya ia tetaplah ayahnya. Jika waktu bisa di ulang mungkin ia akan memilih untuk diam dan tidak berkata seperti itu kepada ayahnya.
Tetapi ia melakukan itu karena ia sudah tidak tahan dengan sikap ayahnya. Ia tidak terima jika ibunya selalu di bentak dan di KDRT oleh ayahnya. Melihat ibunya di perlakukan seperti itu, hati Kak Akhyar bagaikan tergores oleh benda tajam. Sesak di dadanya semakin menjalar melihat ibunya terpenting tidak berdaya di bawah. Karena hal itulah kak Akhyar berbicara seperti itu kepada ayahnya.
Ia sudah tidak tega melihat ibunya yang tidak bisa melawan. Ibunya hanya menerima setiap perbuatan ayahnya. Kak Akhyar sadar kalau yang ia lakukan itu tidak baik. Namun kak Akhyar benar-benar sudah tidak tahan lagi melihat kelakuan ayahnya. Sebenarnya ia ingin meminta maaf kepada ayahnya. Namun ketika ia mengingat wajah ayahnya saja ia kembali merasakan sakit yang dulu pernah ia rasakan. Dan itu membuat kak Akhyar susah untuk meminta maaf kepada ayahnya. Terlebih ayahnya yang tidak pernah pulang selama 2 tahun ini. Membuat kak Akhyar semakin sulit untuk meminta maaf kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Ketiga Yang Tak Tergapai
Любовные романыCinta tidak bisa menjamin untuk bisa bersama Sayang tidak bisa menjamin untuk bahagia Dan Setia tidak bisa menjamin untuk selalu ada Mengharapkan Titik ke tiga antara Aku Kamu dan Tuhan adalah takdir. Jika memang di takdirkan untuk selalu bersama l...