33

6 2 0
                                    

Menyambut pagi hari di hari Senin memang harus dengan senyuman. Kalau kita menyambut pagi dengan perasaan donggol maka rusak sudah mood kita seharian.

Memang tidak semua orang seperti itu. Tetapi itu adalah berdasarkan pengalaman saya. saya pribadi kalau dari pagi sudah badmood maka seharian juga pasti akan badmood.

Untuk menghindari hal itu, Abella selalu menjaga moodnya dari pagi. Memang tidak semua orang bisa di ajak kompromi, tetapi berusaha menjaga mood sendiri juga tidak ada salahnya.

Setelah pulang sekolah, hari ini Abella ada jadwal les privat bersama Huda. Memasuki awal tahun ajaran baru kini Abella sudah menjadi kelas 12. Dan saatnya Abella harus lebih fokus lagi untuk persiapan menghadapi ujian kelulusan.

Les privat bersama Huda bukan lah keinginan Abella. Namun karena pak Ari bersikukuh ingin Abella dan Huda les privat bersama, maka dari itulah Abella menerima tawaran itu. Ia juga tak enak hati jika harus menolak keinginan Pak Ari. Bagi Abella selagi kegiatannya memberikan dampak positif maka ia pasti gas-gas saja.

Sepulang sekolah Abella dan Huda langsung tancap gas menuju ke tempat les menggunakan mobil Huda. Sebenarnya Abella tidak tau sedikit pun tentang les ini. Bahkan di mana mereka akan melaksanakan les privat itu pun Abella tidak mengetahui nya. Abella hanya modal niat dan berangkat saja. Selebihnya ia tidak tau apa-apa tentang les privat ini. Semuanya sudah di urus dan di fasilitasi oleh pak Ari.

" Da? Kita les nya di mana si? " Tanya Abella yang tampak asing dengan jalan yang di lalui mereka.

Huda tersenyum, " Ada, nanti aku kasih tau kalau udah sampai. "

Dengan raut wajah khawatir nya Abella terlihat begitu sangat cemas.

" E-em kita ngga nyasar kan da? " Tanya Abella sambil melihat sekitar jalan yang tampak asing bagi nya.

" Aman, ngga kok. " Ucap Huda lalu kembali fokus mengendarai mobilnya.

Sepanjang perjalanan Abella sibuk mengamati kanan kiri jalan yang di tumbuhi oleh pohon Pinus yang sangat rindang.

Udara yang sejuk serta suasana yang masih terasa asri membuat Abella tanpa terasa mulai menutup matanya. Posisi duduknya yang sudah terlalu nyaman membuat Abella semakin terlelap.

Huda menoleh ke arah Abella. Ia dapati Abella yang sudah tertidur pulas di kursi sebelahnya. Ia tersenyum melihat wajah Abella yang semakin cantik ketika ia tertidur.

Huda tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, " dari tadi ngga tidur, giliran udah mau sampai malah tidur. Kan jadi ga enak banguninnya."

Tak lama mereka telah sampai di tempat tujuan mereka. Ketika tepat di depan pintu gerbang Huda membunyikan klakson mobilnya.

Seseorang pria bergegas membukakan pintu gerbang untuk Huda. Huda pun menyapa pria itu yang bernama pak Harto dengan ramah lalu memparkirkan mobilnya di pekarangan rumah bergaya klasik itu. Rumah itu memang hanya lantai 1. Tetapi halaman depan, samping kanan kiri, belakang, serta isi ruangan rumah nya sangat lah luas.

Huda menuruni mobil nya lalu ia di sambut oleh sepasang suami istri. Mereka adalah bi nah dan pak Harto. Sepasang suami istri yang mengurus dan menjaga rumah itu.

" Assalamualaikum bi nah, pak Harto." Ucap Huda sambil menyalami tangan kedua pasutri itu.

" Waalaikumsalam mas Huda. Bagaimana kabarnya? " Sapaan ramah serta aura kasih sayang yang tulus terlihat pada sosok bi nah dan pak Harto kepada Huda.

" Alhamdulillah baik, bi nah sama pak Harto gimana kabarnya? "

" Alhamdulillah baik mas. Mas Huda temannya mana? Kemarin bilangnya mau kesini berdua? " Ucap pak Harto yang menyadari tidak ada teman Huda yang di bilang waktu di telfon kemarin.

Titik Ketiga Yang Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang