28

5 1 0
                                    

Drama 8 hari dengan para pengawas telah berlalu. Kini ujian kenaikan kelas telah usai. Dan tepat hari ini adalah hari di mana nasib aku tergantung pada nilai raport ku.

Aku percaya usaha tidak akan menghianati hasil. Aku bersama kedua kakak ku telah membuat sebuah kesepakatan. Jika nilai raport ku turun maka selama liburan kenaikan kelas aku harus siap bangun pagi untuk membantu bi isnah memasak.

Dan jika nilai raport ku tidak turun maka kedua kakak ku akan memberikan hadiah kepada ku. Perjanjian ini telah kami buat sebelum ujian itu berlangsung.

Menurut ku hukuman jika nilai raport ku turun bukanlah hal yang sulit. Justru itu adalah hal yang berfaedah. Aku jadi bisa belajar memasak dengan Bi isnah. Lihat saja, akan aku bikin candu mereka dengan masakan ku.

" Dekk!! sudah belum? "

Kak Akhyar telah selesai mengikatkan tali sepatunya. Ia berjalan menuju mobil yang sudah ia panaskan sedari tadi.

" Kak Akhyar tunggu!!"

" Iyaaa "

Setelah selesai menggunakan sepatu, mereka berdua langsung tancap gas menuju SMA Taruna Sakti untuk mengambil raport Abella.

Seluruh siswa berdatangan ke sekolah di dampingi oleh orang tuanya. Abella berjalan di samping kak Akhyar melewati koridor sekolah. Tangan kak Akhyar yang terus menggandeng Abella membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian sekitar.

Puk...

Langkah mereka berdua terhenti tatkala   sebuah tepukan kecil mendarat di pundak kak Akhyar. Tepukan itu benar-benar terasa sangat ringan dan halus saat menyentuh pundak kak Akhyar. ekspresi kak Akhyar seketika berubah ketika ia melihat seseorang yang memberhentikan nya berjalan itu.

" Masyaallah Assalamualaikum pak Ari, kok bisa kita ketemu disini."

Kak Akhyar dengan segera menyalami tangan seseorang itu.

" Waalaikumsalam pak Akhyar, Kebetulan ini saya juga mau mengambil raport anak saya."

Pandangan kak Akhyar langsung tertuju pada siswa yang berada di samping pak Ari.

" Loh? Huda? Jadi kamu anaknya pak Ari? "

Kak Akhyar memandang Huda dengan pak Ari bergantian.

" Pak Akhyar kenal sama anak saya?"

" Oh iya kuwwenall bangett pak Ari. Kebetulan kita sekelas ini. " Jawab kak Akhyar dengan excited nya.

" Oh ya sudah ayo kita jalan bareng." Jawab pak Ari yang tidak kalah excited juga.

Abella melongo saat melihat kak Akhyar berjalan bersampingan dengan pak Ari dan meninggalkan ia yang masih kebingungan dengan kejadian barusan.

Melihat tingkah mereka berdua seperti dua teman yang sudah berabad-abad tidak bertemu. Sampai-sampai kak Akhyar pun lupa kalau dia bawa adik. Bisa-bisanya Abella di tinggal di koridor sekolah.

Di sisi lain Huda terus melambai-lambai kan tangannya tepat di hadapan Abella yang masih terus melongo.

" Bell, heyy, ayoo jalan, Bell."

Melihat tidak ada respon dari Abella, Huda membuang nafasnya kasar dan ia dengan segera menggenggam tangan Abella lalu melangkahkan kakinya perlahan menyusuri koridor sekolah.

Abella yang tersadar pun langsung melepaskan tangan nya lalu ia memilih berjalan di belakang Huda. Ia tidak mau jika hal ini akan menimbulkan fitnah.

Sesampainya di kelas Abella langsung duduk di samping kak Akhyar. Abella memanyunkan bibirnya lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Titik Ketiga Yang Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang