Hari ini adalah hari yang aku ketakutan sepanjang waktu lalu. Hari yang belum siap aku hadapi. Entah akan menjadi awal atau berakhirnya kisah lika-liku.
Menggenggam harapan, menepis kecemasan, serta menyembunyikan kesedihan, berharap kisah ini akan selalu abadi dan tidak akan pernah usai.
Dari pantulan cermin ku tatap wajah musam ku. Berkali-kali aku tersenyum tetapi senyum itu terlihat tak seindah kala itu. Sialnya, senyuman ku justru terlihat sangat memilukan. Aku tidak suka situasi ini.
Tok tok tok
Abella tersadar dari lamunannya. Ia sedikit terkejut ketika terdengar suara ketokan pintu dari arah luar kamar. Dengan segera ia membukakan pintu kamar dan melihat satria yang tengah berdiri tepat di depan pintu.
" Abella ayo " ucap satria yang melihat Abella berdiri dengan tatapan kosong.
Abella menggelengkan kepalanya. ia justru terdiam dan tidak merespon perkataan satria.
Satria meraih tangan Abella lalu ia arahkan supaya Abella duduk di sofa kamarnya. Satria sedikit mengatur nafasnya. Dengan perlahan satria memberikan sedikit pengertian kepada Abella.
" Abella. Ini adalah kesempatan kamu untuk bertemu Dhani sebelum kita akan terbang ke Kalimantan dan akan pergi ke luar negri. Ayo temui dia."
" T-tapi satria, bukan hanya dia, tapi kamu juga akan pergi " ucap Abella berat hati untuk melepas kepergian Dhani dan satria.
" Hey dengerin aku."
Satria berbicara dengan sangat lembut. Sebisa mungkin ia memberikan pengertian kepada Abella.
" Kita pergi untuk meraih cita-cita. Dan kita akan pulang dengan kabar gembira dan juga kesuksesan. Percaya padaku Abella."
Abella diam dan terus menundukkan kepalanya. Ia tidak merespon sedikit pun perkataan satria. Ia hanya merasakan rasa sakit yang menjalar di dalam dadanya.
" Ayo " ucap satria lalu menggenggam satu tangan Abella.
Abella mengangguk lalu bersiap untuk pergi bersama satria ke bandara. Meskipun sakit tetapi benar kata satria, ini adalah kesempatan aku bertemu dengan Dhani sebelum ia benar-benar pergi dari kota ini.
Setelah selesai bersiap, Abella bersama satria langsung malaju menuju ke bandara dengan menggunakan mobil satria yang di kendarai oleh sopirnya.
Kak Akhyar memperhatikan dari dalam rumah tanpa sepengetahuan Abella dan juga satria. Setelah memastikan mobil mereka berjalan, kak Akhyar dengan segera bergegas menuju mobilnya untuk mengikuti kepergian mereka.
Kak Akhyar dengan segera mengambil hp miliknya dan segera menghubungi Huda." Hallo Assalamualaikum Huda."
" Waalaikumsalam, ada apa kak?"
" Sibuk ngga? Bisa nyusul saya di bandara?"
" Kebetulan saya lagi free. Kak Akhyar Sherlock saja."
" Oke terimakasih. Assalamualaikum."
" Waalaikumsalam."
Di sisi lain Huda masih belum mengerti maksud dari kak Akhyar. Namun ia tetap menuruti perintah kak Akhyar untuk segera menyusulnya ke bandara.
Beberapa jam telah berlalu, dan kini mereka telah sampai di bandara. Terlihat begitu ramainya suasana hari ini di sana.
Abella sedikit ragu untuk turun dari mobil. Namun semakin besar Abella ragu maka semakin besar juga satria membujuknya agar Abella di ikut turun mengantar nya.
Abella berjalan dengan pikirannya yang ramai. Badannya terasa panas dingin dan sedikit gemetar. Terlihat dari kejauhan ada keluarga satria yang tengah menunggu kedatangan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Ketiga Yang Tak Tergapai
RomanceCinta tidak bisa menjamin untuk bisa bersama Sayang tidak bisa menjamin untuk bahagia Dan Setia tidak bisa menjamin untuk selalu ada Mengharapkan Titik ke tiga antara Aku Kamu dan Tuhan adalah takdir. Jika memang di takdirkan untuk selalu bersama l...