40

5 1 0
                                    

Abella hancur, Abella kecewa, dan Abella sudah tidak percaya dengan kata-kata cinta.

Mati rasa, mungkin itu yang di rasakan Abella sekarang. Tidak ada janji Manusia yang bisa Abella percaya lagi.

Sebab Semua orang bisa saja mengingkarinya. Entah itu karena terpaksa ataupun karena hal lainnya.

Rasa sakit hatinya menggerakkan Abella untuk melanjutkan kuliah S2 ke luar negeri. Meninggalkan negri ini dan fokus dengan diri sendiri.

Tak peduli resiko apa yang akan Abella hadapi. Ini sudah menjadi keputusan yang mutlak dari Abella.

Meski berat meninggalkan keluarga, teman, dan sahabat, namun akan terasa berat lagi jika Abella terus berada di kota ini.

Sakit hatinya sudah tidak main-main. Abella sudah di kecewakan untuk sekian kalinya terhadap orang-orang terdekatnya.

Huda yang mengetahui rencana Abella tidak tinggal diam. Ia akan ikut mendaftar S2 di luar negeri dengan kampus yang sama dengan Abella.

Mereka berdua mendaftar di 2 universitas terbaik di 2 negara yang berbeda.

Universitas pertama mereka memilih mendaftar di universitas terbaik di Jerman. Dan universitas ke dua mereka memilih universitas terbaik di Korea.

Rencana Huda adalah terus menemani Abella kemanapun Abella pergi. Namun manusia hanyalah bisa berencana, selebihnya tuhan lah yang mempunyai kuasa.

Abella di terima di Universitas terbaik Jerman dan Huda di terima di Universitas terbaik Korea.

Karena hal ini lah kemungkinan besar beberapa tahun ke depan Huda Dan Abella akan berpisah negara.

Walaupun berat untuk Huda, tetapi apalah daya. Mau tidak mau mereka harus berpisah untuk beberapa tahun ke depan.

Sedih pasti di rasakan oleh mereka. Tetapi demi impian mereka, demi cita-cita mereka, mereka harus siap berpisah untuk sementara waktu.

Di hari keberangkatan mereka berdua ke luar negeri, semua keluarga mengantarkan nya sampai di bandara.

Abella memeluk ibu beserta kedua kakaknya lama. Meski berat melangkah, tetapi ini lah keputusan yang telah di buat nya.

di sana juga ada pak Ari, sebelum berangkat Abella menyalami tangan seluruh keluarga nya dan juga pak Ari.

Hari ini adalah hari terberat bagi Abella. Mulai hari ini ia harus hidup mandiri di negeri orang.

Anak bungsu yang manja itu harus berkelahi dengan rasa sakit yang menyiksanya dan membawa Abella sampai sejauh ini.

Jadwal Pesawat yang akan di tumpangi Abella berangkat 1 jam lebih cepat di bandingkan pesawat yang akan di tumpangi Huda.

Tentu saja mereka akan berpisah pesawat karena tujuan mereka yang berbeda.

Setelah berpamitan dengan semua orang Abella perlahan berjalan meninggalkan mereka semua.

Sebelum langkah Abella benar-benar menjauh, Huda dengan cepat menyusul langkah Abella.

" Abella!" 

Abella yang mendengar suara Huda pun memberhentikan langkahnya. Perlahan Abella membalikan badannya menghadap ke arah Huda.

" Abella, ada yang ingin aku sampaikan sama kamu." Ucap Huda ketika ia telah sampai di hadapan Abella.

" Ada apa Huda?"

Huda diam sejenak, "maaf in aku Bell. Aku tidak bisa menjaga kamu lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku sayang kamu."

Abella tersenyum, lalu ia segera memeluk tubuh Huda untuk terakhir kalinya sebelum mereka akan berpisah.

Huda membalas pelukan Abella dengan erat. Mungkin ia akan sangat merindukan pelukan ini.

Setelah sekian lama mereka saling memeluk, akhirnya mereka melepaskan pelukan itu.

" Terimakasih Da, atas pengorbanan kamu untuk aku selama ini. Maaf selalu merepotkan." Ucap Abella sedikit bergetar.

" Ngga Bell, kamu sama sekali tidak merepotkan."

Abella tersenyum, "aku berangkat dulu."

Huda merasa tidak rela dengan kepergian Abella. Namun ia harus ikhlas untuk berpisah beberapa tahun ke depan.

Perlahan Abella melangkahkan kakinya menjauh dari hadapan Huda. Ia sudah benar-benar pergi meninggalkan Indonesia.

Saat ini Abella dan Huda sudah hidup masing-masing di negeri orang. Mereka fokus dengan tujuan hidupnya masing-masing.

Sekarang Abella merasa lebih tenang berada di keramaian yang tidak ada satu orang pun yang mengenalnya.

Ia pelan-pelan mulai melupakan semua kisah yang pernah terjadi pada kehidupannya.

" Sampai jumpa lagi Indonesia, mari kita bertemu kembali dengan versi yang jauh lebih baik dari hari ini."

" Rasa sakit ku, akan aku sembuhkan dengan cara ku sendiri. Ini adalah pilihan ku, ini adalah keputusan ku, dan ini adalah jalan ku."

" Akan aku pastikan, jikalau aku di beri kesempatan untuk kembali ke negeri ku, Aku sudah harus sembuh dari luka  ini."

" Terimakasih orang-orang yang aku sayang, atas luka yang pernah kalian tinggalkan untuk ku."

" Aku sembuh, aku bangkit, dan aku jauh membaik dari hari sebelumnya."

" Terimakasih ibu, terimakasih kak Rina, terimakasih kak Akhyar. Kalian adalah perisai dari segala perisai untuk anak bungsu ini."

" Aku tau kalian tersiksa batin dan fisik. Tetapi tak sedikit pun kalian biarkan aku merasakan hal yang sama seperti yang kalian rasakan."

" Terimakasih satria, kamu baik selama ini. Kamu jaga aku seperti kamu menjaga adik kamu sendiri."

" Terimakasih Huda, kamu bukan hanya pelindung, tetapi kamu sudah lebih dari kata pelindung. kamu adalah orang yang selalu ada di saat-saat terberat ku. Terimakasih atas segala pengorbanan mu. Aku bisa merasakan ketulusan hati mu. Maaf aku terlalu egois selama bersama mu."

" Terimakasih untuk semua teman dan sahabat, terimakasih sudah hadir dan memberikan warna tersendiri di dalam hidupku."

" terimakasih untuk semua orang yang telah meninggalkan luka. Aku akan sembuh, dengan cara ku sendiri."

" Terimakasih untuk semua tokoh yang terlibat."

" Dan terakhir, terimakasih untuk seseorang di dunia nyata yang telah menginspirasi saya untuk menulis cerita ini."

•••
( SELESAI )




Titik Ketiga Yang Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang