34

2 1 0
                                    

Berhari-hari berminggu-minggu telah berlalu. Abella dan Huda selalu melakukan rutinitas bersama. Mulai dari berangkat sekolah bersama, pulang sekolah bersama, les privat bersama, dan melakukan hal-hal positif lainya bersama.

Di kantin sekolah Abella bersama ketiga temannya lagi menyantap jajanan yang telah mereka pesan. Mereka hanya duduk berempat di meja paling pojok kantin. Memang kebiasaan mereka selalu mojok ketika berada di kantin sekolah.

" Bell? Akhir-akhir ini Lo sering berangat pulang bareng Huda terus, ada apa gerangan? " Tanya Dina sambil menyantap jajananya.

Belum sempat Abella menjawab, Alin sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Dina.

" Pake nanya, kaya ngga tau aja Lo."

" Emang ada apaan? Gw ngga tau tuh" ucap lili yang duduk di sebelah Alin.

" Ngga, ngga ada apa-apa kok. Kalian tuh jangan negatif thinking terus deh." Jawab Abella yang juga masih sibuk dengan jajananya.

Mereka bertiga seketika menunjukkan cengir kudanya tatkala mendengar jawaban Abella.

Setelah itu lili melihat keberadaan Huda yang sedang berjalan menuju meja makan mereka.

" Weh orangnya datang weh." Ucap lili dengan hebohnya.

Alin dan Dina langsung menoleh ke arah Huda yang sedang berjalan menghampiri meja makan mereka. Abella bersikap acuh tak acuh, sedangkan lili malah menggerutu menyumpah serapahi kedua temannya.

" ANAK TOILL, JANGAN DI LIHAT BODOH!! KALIAN NGAPAIN NENGOKK!! PURA-PURA NGGA LIHAT AJAA!! TAU MALUU GAK SII!! "

Lili terus menggerutu melihat aksi bodoh ke dua temanya itu. Sedangkan Abella di buat cekikikan melihat ketiga temannya.

" Gpp kita punya mata gunanya untuk melihat." Ucap Alin dengan entengnya.

" Nih kayak gini nih, contoh-contoh anak yang urat lehernya udah putus." Jawab Lili kesal.

" Urat malu Li, urat malu." Ucap Dina membenarkan.

Tak lama Huda telah sampai di meja mereka.

" Permisi mohon maaf mengganggu. Boleh saya ngobrol sebentar dengan Abella?" Tanya Huda kepada mereka.

Alin, Dina, dan lili saling Padang satu dengan yang lain sebelum menjawab pertanyaan Huda.

" E-em boleh." Jawab Lili.

Karena kursi yang mereka duduki panjang dan masih muat banyak orang, Dina dan Alin menggeser duduknya supaya Huda bisa duduk di depan Abella. Sedangkan lili tetap berada di posisi semula yaitu di samping Abella.

" Bell aku mau menyampaikan, tadi pak zai telfun aku. Dia bilang hari ini kita les privat nya libur dulu. "

" LES PRIVAT?!! "

" KITA?!!"

" MAKSUDNYA?!!"

Huda dan Abella di kejutkan dengan suara Dina, Alin, dan Lili yang menggelegar di telinga mereka. Ketiganya kedapatan sedang melongo dengan tatapan syok.

" Tunggu, tunggu, tunggu. M-maksud Lo? "  Tanya Alin dengan ekspresi syoknya.

Huda diam tidak menggubris pertanyaan Alin. Ia terlihat acuh tak acuh kepada ketiga teman Abella.

" Jawab Da! Bell! " Ucap Alin ketika melihat pertanyaan tidak di respon oleh mereka berdua.

Abella membuang nafasnya kasar, " ya les privat. Emang kenapa?"

" Les privat berdua, gitu? " Tanya Lili dengan ekspresi tegangnya.

" Iya. " Jawab Huda singkat.

" Wah wah wah, kenapa Lo ngga bilang kita si Bell? " Tanya Dina sambil geleng-geleng kepala.

Titik Ketiga Yang Tak Tergapai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang