Sepulang sekolah tadi Abella belum keluar kamar. Kamar nya juga terkunci dari dalam. Kak Rina yang mengetahui hal itu langsung bergegas menuju ke kamar Abella. Ia mendapatkan laporan dari bi Isnah bahwa Abella dari tadi belum keluar kamar dan pintunya terkunci dari dalam.
" Abella? Buka pintunya dek." Ucap kak Rina sambil mengetuk pintu. Sudah berulang kali kak Rina melakukan hal itu namun hasilnya nihil. Abella tidak membuka pintunya.
Namun tidak berselang lama pintu kamar Abella terbuka menampakkan Abella yang tampak kusut masih mengenakan seragam sekolahnya hari ini. Rambutnya yang berantakan dan matanya yang lebam membuat ia terlihat seperti seseorang yang tidak terurus. Dan itu malah mengundang tawa dari kak Rina.
" Hahaha kamu kenapa dek?" Tanya kak Rina sambil menggandeng Abella masuk ke dalam kamarnya lagi.
" Sini-sini duduk di sebelah kakak." Ucap kak Rina sembari terkekeh. Abella menuruti perintah kak Rina. Ia duduk di samping Kak Rina. Kak Rina memposisikan supaya dirinya dan Abella duduk berhadapan.
" Mata kamu kenapa dek?" Tanya kak Rina di akhiri tawanya kepada Abella sambil mengusap kedua mata Abella. Namun Abella hanya diam dan memanyunkan bibirnya.
" Udah kaya panda gini si. Mana mata kamu Segede jengkol gini. Hahaha kamu tuh kenapa dek?." Tawa kak Rina semakin menjadi-jadi membuat Abella menggerutu sendirian.
" Kamu habis nangis ya? Pasti habis itu kamu langsung tidur? Iya kan dek?." Tanya kak Rina di iringi tawanya. Abella hanya mengangguk saja. Menandakan bahwa ia memang melakukan apa yang kak Rina katakan.
" Pantes. Kaya orang belum mandi." Ucap kak Rina di iringi dengan kekehan.
" Kan Emang belum mandi kak." Jawab Abella dengan cengirnya.
" Kamu kenapa Abella? Ada apa dengan hari ini? Gimana lombanya lancarkan?" Tanya kak Rina sambil memeluk dan mengelus seurai rambut Abella.
" Aku gagal kak. Aku sudah mengecewakan pihak sekolah. Aku sudah mengecewakan ibu dan kak Akhyar juga." Ucap Abella dengan lirih.
" Coba ceritakan sama kakak. Gimana untuk hari ini." Ucap kak Rina lembut.
" Hari ini aku gagal mendapatkan juara 1. Sekolah sudah menitipkan harapan lebih kepada aku kak. Aku sudah mengecewakan pihak sekolah. Aku juga sudah mengecewakan kak Akhyar yang setiap malam mengajari aku untuk lomba ini. Aku sudah mengecewakan ibu yang selalu menemani sepanjang malam aku belajar kak." Ucap Abella dengan lirih dan nadanya bergetar.
" Abella. Menang atau kalah dalam perlombaan itu sudah menjadi hal yang lumrah dek. Kamu kan sudah berusaha semaksimal mungkin kan. Jadi apapun hasilnya kamu harus bisa mensyukuri itu dek. Emang kamu dapat juara berapa Abella?" Tanya kak Rina kepada Abella dengan nada lembut.
" Dua kak." Jawab Abella dengan lirih.
" Loh itu kan bagus dek. Sekolah ngga akan kecewa sama kamu. Kak Akhyar sama ibu juga pasti akan bangga sama kamu. Kakak juga sangat bangga sama kamu. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk semuanya." Ucap kak Rina sambil mengelus rambut Abella.
" Abella, terkadang seseorang punya caranya sendiri untuk bersinar. Kamu bisa saja gagal pada satu hal. Namun kakak yakin, di lain hal kamu pasti bisa melakukan yang terbaik. Dan kamu tidak akan pernah gagal lagi." Ucap kak Rina dengan lembut
" Kita tidak harus menguasai banyak hal Abella. Seseorang punya titik kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan kita tidak perlu menjadi apa yang orang lain inginkan. Terkadang kita juga harus melakukan apa yang terbaik menurut perasaan kita sendiri. Melakukan yang terbaik menurut versi terbaik dari diri kita sendiri." Ucap kak Rina lagi di iringi senyuman tipis.
" Dan sekarang kamu ngga perlu khawatir lagi. Kak Akhyar pasti bangga kok sama kamu. Sekarang kamu mandi kita tunggu kak Akhyar pulang. Nanti kita makan malam bersama. Jangan lupa sholat magrib. Nanti kakak tunggu di bawah. Kak Rina mau bantu ibu sama bi Isnah masak dulu." Ucap kak Rina di akhiri kecupan di kening Abella. Lalu kak Rina beranjak ke dapur meninggalkan Abella di dalam kamar sendirian.
Setelah kak Rina keluar kamar dan menutup pintu kamarnya. Abella langsung menjatuhkan kepalanya di bantal dan tangannya ia gerakan untuk memeluk guling kesayangannya. Ia pejamkan matanya sekejap. Lalu ia bangun dan pergi menyambar handuk yang tersampir di kursi belajar.
•••
Waktu menunjukkan pukul 19.45. Abella merasa perutnya sudah berbunyi sejak beberapa menit tadi. Ia memutuskan untuk pergi ke bawah untuk mencari asupan malam. Ia sudah tidak tahan untuk memberi makanan cacing-cacing yang ada di perutnya itu.
Abella berjalan menuruni tangga. Disaat bersamaan kak Akhyar juga baru saja mau turun tangga untuk menuju ke ruang makan. Langkah keduanya beriringan dengan Abella yang berjalan di depan kak Akhyar. Di saat berjalan mereka hanya diam tidak berbicara.
Sementara di meja makan sudah ada ibu, kak Rina, dan juga bi Isnah yang baru saja selesai menyiapkan makanan untuk malam ini. ketika kak Akhyar dan Abella sampai di meja makan, di ruangan itu mereka hanya berpandang-pandangan saja dan saling melempar senyuman satu sama yang lain.
Makan malam kali ini berjalan dengan baik. Kini perut Abella sudah tidak bunyi lagi. Ia berjalan menuju ruang tengah. Dan langkah Abella di ikuti oleh kak Akhyar. Abella duduk di kursi dan kak Akhyar berada di sampingnya.
" Ehem. Gimana dek lombanya." Tanya kak Akhyar memecahkan keheningan.
" Alhamdulillah lancar. Tapi maaf ya kak. Aku tidak bisa mendapatkan juara 1." Ucap Abella di akhiri dengan senyuman tipisnya.
" Bukan tidak bisa Dek. Tapi Belum bisa. Jadi tahun depan kalau kamu mendapatkan kesempatan lagi kamu harus tambah semangat." Ucap kak Akhyar lembut dan di akhiri dengan senyuman.
" Kak Akhyar ngga marah sama aku?" Tanya Abella dengan nada lirih. berharap ia tidak marah padanya dan ia tidak mendiamkannya.
" Ya ngga Dek. Ngapain kakak marah sama kamu. Kan kakak pernah bilang sama kamu, apapun nanti hasilnya kakak tetap akan bangga dengan kamu. Karena kamu sudah melakukan yang terbaik." Ucap kak Akhyar yang terdengar sangat tenang di telinga Abella.
" Lalu Bagaimana dengan ibu kak? Apakah ibu akan marah sama aku?" Tanya Abella lirih. Dan dengan waktu yang sama ibu datang dari arah dapur.
" Ngga kok. Ibu ngga akan marah. Ibu bangga sama kamu Abella." Ucap ibu Anita dengan tersenyum.
" Terimakasih ya kak, Bu. Kalian selalu menyuport Abella. Mohon maaf Abella belum bisa maksimal dalam melakukan hal apapun." Ucap Abella kepada ibu dan kakaknya.
Entah kenapa sejak kejadian 2 tahun lalu itu, Abella jadi sering berfikir hal-hal yang buruk akan selalu terjadi padanya. Ia selalu overthinking dan takut untuk mencoba hal baru. Ia cenderung pendiam dan cuek. Namun perlu di akui bahwa Abella adalah anak yang pandai dan ia juga lumayan jago publicspiking. Walaupun ia bisa berbicara di depan umum, tetapi ia selalu berbicara seperlunya saja jika memang itu tidak penting.
Abella juga termasuk anak yang berpretasi. Walaupun ia tidak bisa mendapatkan rinking 1 saat ulangan semester di sekolahnya, tetapi ia selalu masuk peringkat 3 besar. Ia juga sering mengikuti lomba-lomba yang di adakan oleh pemerintah untuk perlombaan antar SMA/SMK sederajat. Dan tak jarang ia pulang dengan membawa berbagai juaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Ketiga Yang Tak Tergapai
RomanceCinta tidak bisa menjamin untuk bisa bersama Sayang tidak bisa menjamin untuk bahagia Dan Setia tidak bisa menjamin untuk selalu ada Mengharapkan Titik ke tiga antara Aku Kamu dan Tuhan adalah takdir. Jika memang di takdirkan untuk selalu bersama l...