Malam hari Abella duduk di balkon kamarnya sendiri. Ia sedang menikmati angin malam sambil memandang gemerlapnya bintang-bintang di langit.
Melalui headset Abella juga menikmati alunan musik kesukaannya. Perasaannya yang tenang membuat Abella bisa menghembuskan nafasnya lega.
Abella menghirup udara segar malam itu dalam-dalam. Hembusan angin menyapanya dan membuat seurai panjang miliknya sedikit menutupi wajahnya yang cantik.
dari arah pintu balkon terlihat kak Akhyar datang membawa satu nampan yang berisi makanan juga obat milik Abella.
" Abella, makan dulu habis itu obatnya di minum." Ucap kak Akhyar sambil mendekat ke arah Abella.
Abella menyambut kak Akhyar dengan senyum manisnya. Di arahkan duduknya untuk menghadap ke depan kak Akhyar. Ia lalu melepas headset yang ia pakai.
Kak Akhyar mengambil duduk di samping Abella. Ia menaruh nampan itu di meja yang ada di hadapannya.
Perlahan kak Akhyar mengambil sesendok nasi dan menyuapkanya kepada Abella.
Ia pandang wajah adik bungsunya itu dengan sangat intens dan ia berkata dengan sangat lembut.
" Adik kakak yang bungsu ini kan sudah besar, harusnya kalau waktunya makan inisiatif sendiri ambil di ruang makan." Kak Akhyar mengakhiri kalimatnya dengan senyuman manis.
Abella menanggapi perkataan kak Akhyar dengan senyuman saja dan ia melanjutkan mengunyah sisa nasi yang ada di mulutnya.
Setelah menghabiskan semua nasi yang ada di piring, Abella langsung meminum obat yang di bawakan oleh kakaknya.
Abella berinisiatif membuka suara ia berniat untuk mengalihkan pembicaraan supaya ia tidak di tegur kak Akhyar lagi.
" Em kak, Abella mau cerita."
Ucap Abella dengan excited nya. Kak Akhyar menyodorkan segelas minum sebelum Abella bercerita.
" Tadi waktu Abella lagi ujian, ada tuh pengawas yang julit sama aku. Kayaknya dia nggak suka deh kak sama aku."
" Kamu kenal sama dia?" Kak Akhyar menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.
" Nggak kenal si kak, setau aku dia itu seorang dosen perempuan cantik tapi galak plus serem juga."
Kak Akhyar mengerutkan keningnya sambil menatap tajam Abella.
" Yasudah, sekarang kita positif thinking saja. Siapa tau memang sudah sifat dia seperti itu."
" Tapi kak, ini itu julit nya beda. Masa julit hanya sama aku aja, kalau sama yang lain ngga." Ucap Abella sambil meyakinkan kak Akhyar seolah ada sesuatu dengan dosen itu.
" Sudah tidak usah di pikirkan, mungkin saja dia lagi banyak kerjaan jadi gitu bawaannya pengen julit, terus tanpa di sengaja kamu yang jadi korban nya."
Ucap kak Akhyar yang terus mencoba untuk positif thinking." It's kak Akhyar, auk ah aku ngambek." Ucap Abella sambil memanyunkan bibirnya.
" Nih kaya gini nih, memang perempuan itu susah untuk di tebak ya. Barusan aja excited banget sekarang sudah badmood. Auk ah aku pusing." Ucap kak Akhyar sambil beranjak pergi membawa piring dan gelas yang sudah selesai di gunakan tadi.
Abella menatap kepergian kak Akhyar sambil menggelengkan kepalanya. Abella tersenyum kecil melihat tingkah kakaknya itu.
Selan seperkian detik nada dering telepon dari hp Abella berbunyi. Abella terhenti dari senyumnya itu. Badanya mendadak ngefrist akibat melihat nama Dhani lah yang ada di panggilan telepon itu.
Dengan keringat dingin Abella menjawab telepon dari Dhani. Ia mencoba tetap setenang mungkin agar tidak ketahuan kalau ia sedang gugup.
"Assalamualaikum Abella." Terdengar suara salam Dhani dari balik telepon nya.
"Waalaikumsalam." Jawab Abella dengan sedikit canggung.
" Maaf ya mengganggu nelfon malam-malam begini."
" Em ngga dhan ngga ganggu kok."
" Gimana keadaan kamu? Katanya tadi kamu berangkat sekolah?"
Abella sedikit membelalakkan matanya karena kaget mengapa Dhani bisa tau kalau tadi ia berangkat sekolah.
" Kamu kok tau tadi aku berangkat?"
Dengan nada sedikit lirih Dhani berkata
" Semua kegiatan kamu di kelas juga aku tau Bell."Dhani mengakhiri kalimat itu dengan senyuman kecil yang terdengar tidak bisa di artikan itu.
Abella mengerutkan keningnya, ia berusaha mencerna kalimat yang Dhani katakan tadi.
" Maksudnya?"
"Ngga usah di pikirkan."
" Jangan-jangan kamu punya mata-mata ya?" Tanya Abella sedikit meninggikan suaranya.
" Tenang dulu women, ngga kok. Teman aku yang bilang. Dia satu kelas sama kamu." Ucap Dhani dan di balas gumaman oleh Abella.
" Siapa? "
" Nanti kamu juga tau sendiri kok."
" Ohya, benarkah?."
" Em kapan-kapan aku titip sesuatu sama dia, nanti kamu tau siapa orangnya."
" Oiya sudahlah."
Beberapa detik mereka hening lalu Dhani membuka suara untuk memecahkam keheningan itu.
" Gimana ujian nya? " Tanya Dhani dengan nada lembut.
" Alhamdulillah lancar."
Membahas tentang ujian, Abella seketika teringat dengan Dhani yang sebentar lagi akan pindah dari kota ini yang akan mengejar cita-cita nya.
Abella mendadak gelisah dan ingin segera mengakhiri telepon nya dengan Dhani.
" Em dhan, sudah dulu ya aku di panggil kak Rina."
" Iya Bell."
" Assalamualaikum." Ucap Abella dan langsung mematikan teleponnya.
Abella meraup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Dengan mata yang ia pejamkan, Abella mulai sedikit memijit pelipisnya.
Di balik pintu balkon kak Akhyar mendengarkan semua obrolan Abella dengan Dhani tadi.
Niatnya untuk memberikan brownies lumer kesukaan Abella ia urungkan ketika ia melihat Abella tengah duduk dan menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya.
Kak Akhyar memilih untuk pergi dari kamar Abella dan menaruh brownies lumer itu di dalam kulkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Ketiga Yang Tak Tergapai
RomanceCinta tidak bisa menjamin untuk bisa bersama Sayang tidak bisa menjamin untuk bahagia Dan Setia tidak bisa menjamin untuk selalu ada Mengharapkan Titik ke tiga antara Aku Kamu dan Tuhan adalah takdir. Jika memang di takdirkan untuk selalu bersama l...