Keluarga Pak Rinto terlihat begitu bahagia ketika Aneska memutuskan untuk menikah dengan Altan.
"Gue gak tau keputusan gue ini benar atau nggak. Gue bahkan rela melepas masa muda gue yang bakal sia-sia karena gue menikahi orang yang gak gue cintai. Dan gue rela melepas ini semua, demi orang yang lagi sekarat. Gue harap, keputusan ini akan baik-baik aja buat hidup gue." Aneska membatin sambil menghela napasnya begitu pasrah.
Sementara, setelah mendengar semuanya, Pak Suwandi begitu bahagia sampai ia menitihkan air matanya depan Altan dan keluarganya yang lain.
"Terima kasih Altan karena udah bikin Papa bahagia."
Jujur saja, Altan tertegun melihat Papanya menangis. Dan itu pertama kalinya Altan menatapi sang Papa menangis karena bahagia. Altan sungguh bingung detik itu. Apa hal yang membuat Papanya begitu mencintai keluarga Pak Rinto sampai Papanya rela mati demi melihatnya menikah dengan gadis itu.
Seluruh rekan kerja Aneska pun terkejut ketika Aneska tiba-tiba menikah dengan seorang direktur langganan di cafe mereka.
"Aneska? Kok bisa? Apa kopi yang lo siram ke Pak direktur itu ada tambahan gula khusus?!"
"Apaan sih kalian. Gue ... gue ... dia itu ternyata teman bokap gue dan mereka mau kita menikah."
"Dan lo lantas mau? Lo bahkan belum kenal dia lama. Gimana bisa lo tiba-tiba setuju?"
"Ya .... ya ... ya kita sama-sama setuju kok. Ya udah deh, jam gue udah habis nih. Gue harus pulang!"
Aneska berjalan terburu-buru setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia jatuh menjadi canggung ketika dicecar banyak pertanyaan oleh rekan kerjanya. Aneska tentunya tak bisa bilang alasannya menikahi Altan ke hadapan semua orang. Walau mereka pasti bingung jika Aneska tiba-tiba menikahi direktur itu.
Setelah semua urusan telah disiapkan, dari mulai surat nikah dan segala macamnya, kedua belah pihak keluarga pun memutuskan mempercepat pernikahan antara Aneska dan Altan. Ya, hari itu pun tiba.
Altan terlihat melamun bingung di sebuah ruang sebelum melakukan ijab qobul. Di sana ada Pak Rudy, Hadi, Haikal dan Argun. Haikal adalah teman Altan. Ia pun menjadi salah satu manager di salah satu perusahaan. Selain Hadi, Altan pun sangat dekat dengannya. Maka dari itu, teman yang mengetahui pertama kali pernikahan Altan adalah Hadi dan Haikal. Selebihnya, Altan mengundang orang-orang perusahaannya untuk hadir memberikannya do'a dan ucapan selamat. Bahkan ia tak mengundang banyak teman karena pernikahan itu benar-benar ingin dilangsungkan secara cepat."Gue bingung, gimana nanti first night lo sama cewek itu," tukas Hadi sambil terkekeh. Ya, mengejek Altan memanglah hobinya.
"Sekali lagi ngomong hal itu, gue usir lo!" Alis mata Altan terangkat menjulang menahan kesal sekaligus emosi kenapa ia bisa ada di posisinya saat ini. Walaupun rasanya terluka, Altan tetap harus melakukannya demi sang Papa.
"Gak apa-apa kali Tan, hitung-hitung lo bisa punya waktu buat lupain Angela," tukas Hadi membuat Haikal terkejut kaget. Haikal pun menyenggol lengan Hadi karena ia telah menyinggung soal Angela depan Altan disaat pria itu memang tengah berusaha untuk melupakannya.
"Gimana sih lo Di?" bisik Haikal cemas.
"Iya gue lupa," sahutnya perlahan menimpali Haikal.
Altan tertegun diam. Wajahnya menahan emosi sekaligus kesedihan secara bersamaan. Ia bahkan tak ingin peduli lagi dengan keputusannya saat ini untuk menikahi seorang gadis asing karena luka yang Angela beri padanya. Bisa dikatakan, Altan telah mati rasa saat itu. Ia bahkan menganggap pernikahan itu adalah sebuah permainan yang ketika permainannya berjalan lancar, semuanya akan selesai.
"Jangan bicarain cewek matre itu di depan gue lagi," tukas Altan.
Sementara, Pak Rudy terlihat menatapi kesengsaraan Altan yang memaksakan kehendaknya untuk menikah demi sang Papa. Namun begitu, Pak Rudy pun senang melihat Altan yang akhirnya melepas masa lajangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
General FictionAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...