Altan terlihat menatapi ponselnya sejak selesai memeriksa sebuah dokumen. Ia menyurang heran karena sedari tadi Aneska tak menjawab panggilannya. Padahal, siang itu Aneska ingin mengajaknya makan siang.
"Ke mana sih Aneska? Kan dia libur," gumam Altan sedikit agak jengkel.
Terlihat Sarah memasuki kantor Altan membuat pria itu tertegun kaget karena kehadirannya.
"Mau ngapain lagi kamu di sini?"
"Mau bawain kopi aja buat kak Altan." Dengan santai, Sarah berdiri di dekat pintu dengan tangan yang memegangi secangkir kopi.
"Saya suruh Fajar yang bawa, kenapa jadi kamu?"
"Emang salah?"
Sarah terlihat menghampiri Altan ke mejanya. Sementara, Altan memencarkan matanya malas karena Sarah timbul lagi ke hadapannya setelah banyak kejadian yang juga melibatkan Sarah.
Tringg
Cangkir kopi itu terpental tak sengaja tepat di turtle neck yang Altan pakai bagian dada hingga ke perut.
"Apa-apaan kamu?!" Altan berdiri kaget sambil menjauhkan kausnya yang ditumpahkan kopi oleh Sarah.
Sarah tak sengaja membuat cangkir itu terpental karena heels yang ia pakai tak bisa diajak kerja sama ketika ia melangkah untuk menaruh kopinya ke meja Altan. Alis mata Altan menjulang dengan perasaan kesal. Sarah meringis sesal dan ia buru-buru menghampiri Altan.
"Kak Altan sorry banget sorry. Aku kesandung kak. Aduh deh, kak Altan gak apa-apa kan? Kopinya masih panas soalnya. Coba aku liat."
Altan menggubris keras tangan Sarah yang hendak memeriksa turtle necknya. Altan terus merasa kepanasan. Ia terus menjauhkan turtle necknya dari kulit perutnya.
"Buka aja kak, itu pasti panas!"
"Keluar dari ruangan saya!" Altan menekan ucapannya seraya menahan kesal terhadap Sarah.
"Gak! Sebaiknya kak Altan buka turtle necknya. Kalau kak Altan terluka, gimana nanti sama Aneska? Dia pasti khawatir kan?"
Sejenak perkataan Sarah membuatnya mengingat Aneska detik itu. Dengan terpaksa, Altan membuka kausnya dan membiarkan tubuhnya terekspos karena kulitnya memang terasa panas. Jujur, rasanya memang sangat panas hingga Altan pun terpedaya ucapan Sarah. Ia tak menghiraukan apapun detik itu kecuali kulitnya yang agak memerah karena tumpahan kopi itu.
"Jangan liat ke arah saya!"
"Oke oke! Aku bawain kak Altan baju yang baru nanti. Sini turtle necknya!"
Altan menyodorkan pakaiannya tak sadar pada Sarah. Ia terus memperhatikan perutnya mulai memerah karena tumpahan kopi panas itu. Ya, sudah jelas Altan merasa begitu kepanasan, hingga ia berani bertelanjang dada walau ada wanita lain di ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
Ficção GeralAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...