39. Pengganti CEO

8.1K 240 2
                                    

Altan terlihat bangun dengan kaget setelah malam itu ia diusir dan dilarang menemui Aneska oleh Pak Rinto. Altan bahkan tertidur di dalam mobilnya sendiri hingga pagi menghampir. Ponselnya bergetar mengejutkannya yang masih belum sempurna membuka matanya.

"Halo? ... iya saya ke sana sekarang."

Altan lantas tancap gas menuju rumah sakit. Setelah sampai dan memarkirkan mobilnya, Altan berlari menuju ruangan Pak Suwandi dirawat.

"Gimana Pak Rudy?"

Argun menatap kesal Altan yang baru saja datang. Sementara, Bu Aynur pun menghampiri Pak Rudy dan Altan. Dari arah datang, Dokter Albert pun menghampiri mereka ditemani perwakilan rumah sakit di Jakarta tempat Pak Suwandi dirawat.

Setelah memeriksa bersama Dokter Albert, Dokter bernama Rio itu pun menjelaskan pada keluarga Pak Suwandi.

"Pak Suwandi mengalami masa kritis. Ia tidak koma. Pak Suwandi pingsan karena beberapa syarafnya mengalami tekanan hebat. Untungnya, Pak Suwandi telah melewati masa kritis tersebut selama beberapa menit dan rumah sakit cepat tanggap atas kejadian ini. Awalnya, jantungnya tak bisa memompa dengan normal. Namun, kami melakukan beberapa tindakan menggunakan Defibrillator untuk pertolongan pertama. Setelah itu, Dokter Albert memeriksa dan memberikan beberapa suntikan obat yang ia bawa langsung dari Singapura. Dan kini, kondisi Pak Suwandi sedikit agak membaik."

Altan pun sedikit lega setelah mendengar bahwa Pak Suwandi telah melewati masa kritis dan menunggu untuk Pak Suwandi kembali sadar. Altan menundukkan kepalanya serasa bersyukur atas apa yang ia dengar.

"Saya dan Dokter Albert akan membicarakan tentang penyakit komplikasi Pak Suwandi ini. Kemungkinan untuk beliau sembuh 100% itu sangat jauh. Namun, kami menyarankan untuk Pak Suwandi mengkonsumsi obat yang kami sarankan dalam jangka waktu tertentu. Beberapa syarafnya menjadi tegang karena tingkat hipertensinya, membuat Pak Suwandi tak bisa mengontrol dirinya sendiri, dan itu alasan dia jatuh pingsan."

"Ka ... kapan Papa akan sadar?" tanya Altan dengan cemas.

"Kami hanya bisa menunggu beliau untuk sadar kembali. Untuk saat ini, tingkat hipertensinya sangat tinggi dan saya khawatir hal itu bisa berdampak pada fungsi syarafnya."

"Jangan bilang kalau Papa akan terkena ..." Argun sudah overthinking lebih dulu karena jujur ia sangat takut pada sesuatu yang terjadi dengan Papanya.

"Saya tidak bisa bilang kalau Pak Suwandi akan terkena stroke. Tapi, kami harus menunggu Pak Suwandi kembali sadar lebih dahulu. Saya harap, do'a kalian selalu menyertai Pak Suwandi. Kalian bisa langsung ke ruang perawatan, tanpa meninggalkan bising. Saya akan berunding dulu dengan Dokter Albert. Saya permisi."

"Altan, we'll try our best. I hope you don't panic and become worried," ucap Dokter Albert pada Altan. Ia sempat menepuk pundak Altan untuk memberinya ketegaran atas kejadian itu.

Mereka semua masuk ke ruang perawatan Pak Suwandi. Monitor rumah sakit terus berbunyi detik demi detiknya. Bu Aynur menangis menatapi wajah sang suami.

"Papa, ayo bangun Pa. Kita liat anak-anak kita bahagia bersama Pa. Kamu sudah janji sama saya untuk ini kan? Papa harus kuat."

"Ma, kontrol diri Mama. Kita gak boleh bikin kebisingan di dekat Papa," tukas Argun.

Sementara, Altan menatap pilu Papanya. Ia bahkan tak berani untuk menyentuh Pak Suwandi karena waktu itu Argun melarangnya. Argun sendiri tertegun heran menatapi Altan. Pria itu bahkan menepati janji padanya walau Argun sendiri pun serasa tak serius membentak kakaknya karena ia dalam pengaruh emosi. Argun mengingat perkataannya saat melarang Altan menyentuh Pak Suwandi beberapa hari yang lalu. Dan kini ia tahu, kalau Altan memanglah laki-laki yang sejati. Ia bahkan menepati janjinya walau disaat genting seperti itu.

JODOH DIBAYAR TUNAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang