28. Can I Touch You?

17.9K 331 0
                                    

⚠️Contains 17+ content

Aneska menceritakan semuanya pada Widia. Satu sisi Widia senang. Namun di sisi lain, Widia pun sedih dengan posisi Aneska saat ini.

"Lo yakin mau cerai secepat ini Nes?"

"Gak ada pilihan lain. Gue liat, Pak Altan juga kayaknya setuju."

"Ini semua bakalan hancurin masa depan Altan Nes. Gimana nanti kalau Pak Suwandi tau dan gimana penyakitnya?"

"Wid, jujur itu emang pahit. Tapi gak ada cara yang baik selain jujur dari semuanya. Lagi pula, Pak Altan akan jalin hubungan sama Sarah. Hidup Pak Altan akan baik-baik aja."

"Gak benar. Gak benar lo mikir kayak gini. Lo belum tau apa perasaan Altan. Kata lo, dia peduli dan dia gak akan peduli sama orang yang dia gak suka."

"Suka sama cinta itu beda Wid."

Widia pun tertegun diam setelah ia kalah bicara lagi dengan Aneska. Ya, bukan hanya polos, Aneska juga bahkan sangat egois terhadap pendiriannya.

Altan terlihat kebingungan di depan Haikal dan Hadi. Sementara, seluruhnya Altan sudah ceritakan pada mereka. Hadi sendiri berlagak menjadi sok pusing atas masalah Altan. Haikal pun lantas memukul kepala Hadi menggunakan kertas bekas yang ia gulung.

"Mikir apa lo? Emangnya lo punya pikiran?" ujar Haikal meledek Hadi.

"Diem lo. Gue berusaha jadi problem solver nih buat sohib gue." Hadi terlihat berpikir keras.

"Gaya lo! Lo malah jadi problem buat dia njir," jawab Haikal dengan terkekeh.

"Heh Haikal, teman lo mau cerai. Masa depan dia bakalan hancur kalau dia cerai. Lo paham gak sih?"

Haikal menatapi Altan dengan prihatin.

"Tan, kesimpulan dari cerita lo, lo itu udah manfaatin dia. Ya walaupun niat lo baik buat menuhin permintaan Papa lo, tapi tetap aja ... lo udah jebak dia ke hidup lo," ucap Haikal sejenak membuat Altan bergeming tertunduk.

"Niat awal gue bukan kayak gitu. Tapi dia malah jatuh cinta sama gue. Gue kan jadi ... jadi ..." Altan terlihat canggung sendiri membahas soal perasaan Aneska pada temannya.

"Jadi apa? Jadi ultramen maksud lo? Gue kira Altan yang gue kenal itu sangar. Tapi ternyata, nyalinya kayak kutu. Masih beranian kucing dari lo waktu ngejar cewek." Hadi lagi-lagi mengeluarkan pendapatnya.

Altan dan Haikal menatapi Hadi dengan tajam. Ya, sejak tadi pria bernama Hadi itu bahkan hanya bisa mengejek Altan.

"Oke oke gue diem."

Altan menghela napasnya pasrah.

"Gue tanya sama lo, apa lo gak ngerasain apapun setelah tinggal bareng sama dia? Apa lo gak suka sedikit pun sama dia?" tanya Haikal berusaha meyakinkan Altan akan perasaan temannya itu.

Pertanyaan Haikal akhirnya membuat pikiran Altan terbuka. Ia pun mengingat bahwa dirinya tak berkhianat kalau matanya memang menyukai Aneska. Tapi, Altan masih bingung dengan perasaannya saat itu.

"Gimana sama Sarah?" tanya Altan kebingungan.

"Dia ngancam lo pakai nama bokapnya ya?" tanya Hadi. Ya, semua temannya sangat mengenal Sarah karena mereka pun pernah berada di satu SMA yang sama dengan Altan dan Sarah.

Altan mengangguk menjawab pertanyaan Hadi. Altan tahu, adanya Sarah, memang mempengaruhi jalan karir dan kemajuan perusahaannya. Dan sesekali pun, wanita itu sering mengungkit jasa orang tuanya di depan Altan. Sejenak, Altan juga jengkel karena hal itu.

"Sekarang gini, keputusan ada di tangan lo. Lo teliti perasaan lo kalau lagi sama Aneska. Cinta itu emang buta. Lo bahkan bisa gak ngerasain apapun tapi lo sendiri nyaman sama dia. Lo bakalan bisa handle Galvin atau Sarah. Dan ... kenapa lo harus pusing pusing cerai kalau orang tua lo sendiri udah sayang sama Aneska?"

JODOH DIBAYAR TUNAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang