⚠️Contains 17+ content
Aneska masih tertegun tak percaya kalau Altan bahkan melakukan hal terduga terhadapnya. Padahal Anes tahu sendiri kalau Altan tak menyukai dirinya dan juga tak pernah menolak Sarah untuk mencintainya. Semuanya telah membingungkan Aneska. Sikap Altan membuat Aneska berpikiran negatif kalau Altan akan menciumnya saat itu. Namun ia kemudian kembali menyadarkan dirinya.
Setelah acara selesai, Galvin buru-buru menghampiri Aneska. Sementara Sarah, bergegas mendekati Altan. Altan dan Aneska bergeming karena kehadiran mereka secara bersamaan. Ditengah peristiwa di dekat koridor itu, Aneska hanya tertunduk malu tak ingin menatap Altan.
"Anes akan pulang sama gue," ujar Galvin menatap tajam Altan.
Sementara, Altan terlihat bergeming kesal membalas tatapan Galvin. Namun yang ia lakukan saat itu hanya bisa terdiam menahan emosi. Dari raut wajahnya, sudah bisa ditebak kalau Altan memang tak suka melihat Aneska berdiri di samping Galvin.
"Ayo Nes."
Aneska pun tak tahu harus melakukan apa malam itu. Sejenak, sikap Altan membuatnya takut. Tapi lebih dari itu, ia pun sangat jengkel saat tahu Sarah begitu cepat untuk mendekati suaminya. Ada rasa tak enak dan jengkel yang Aneska rasakan terhadap Altan malam itu.
Kedua tangan Sarah mulai merangkul lengan Altan. Wajah Altan terkejut sambil menahan kesal. Walaupun begitu, ia pun tak bisa menyingkirkan Sarah dari tangannya.
Di dalam mobil, hati Altan begitu tak tenang. Tiba-tiba saja ia teringat dengan perkataan Aneska yang ingin menjawab pertanyaan dari perasaan Galvin untuknya. Semuanya malah membuat beban pikiran Altan tiba-tiba.
"Kak? Kenapa? Mikirin apa sih?" tanya Sarah.
"Ah nggak kok."
Altan bahkan membayangkan bahwa Galvin akan menyentuh Aneska malam itu seperti yang pernah ia lihat saat Galvin mencium Aneska di parkiran resto. Hal itu mengganggu pikirannya tiba-tiba. Setelah mengantar Sarah pulang, Altan lantas pergi bahkan tanpa pamit pada Sarah.
"Dih kenapa sih Kak Altan. Kok keliatan panik banget. Kenapa sih?"
Altan mengendarai mobilnya sambil memikirkan bagaimana nasib Aneska bersama Galvin di sana. Padahal sebelumnya ia tak pernah peduli dengan kedekatan mereka.
Sampai di rumah. Altan menunggu kepulangan Aneska. Ya, hal tak biasa dari Altan yang kali itu menunggu istrinya pulang. Beberapa menit menunggu, Aneska akhirnya pulang. Ruang keluarga yang hening di isi oleh seorang Altan yang duduk sedari tadi di sana. Aneska bergegas melangkah masuk sambil menguncir rambutnya. Ia pun terlihat kedinginan setelah mengenakkan pakaian minim di pesta tadi yang telah ia tutup dengan jaket selama pulang bersama Galvin.
"Lo udah pulang?"
Aneska terlihat canggung ketika Altan mengajaknya bicara. Padahal Aneska sudah tahu Altan ada di sana sejak ia masuk. Rasa canggung dan juga malu sejenak menghampiri Aneska. Dalam pikiran Aneska, selalu muncul pertanyaan kenapa Altan melakukan hal terduga itu di acaranya Pak Andri tadi. Aneska tak tahu harus bersikap seperti apa malam itu di depan Altan.
"Pak ... Pak Altan kenapa di sini?"
"Kenapa? Ini rumah gue," jawab Altan sambil mengerutkan dahinya menatap Aneska.
Aneska berusaha memecah hening dan melepas semua pikiran negatifnya akan kejadian tadi.
"Pak Altan nunggu saya?" tanya Aneska sambil tersenyum paksa berusaha memecah kecanggungan di antara mereka setelah kejadian itu.
"Ngapain nungguin lo? Buang waktu." Masih dengan ekspresi jutek di wajah Altan. Namun matanya tak bisa bohong ketika tatapannya terus menuju Aneska.
"Ya udah kalau gitu. Saya mau ke kamar."

KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
General FictionAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...