Di kantor, Aneska terlihat sibuk mengetik. Mata Altan meliriknya aneh sesekali karena Aneska bahkan lebih sibuk dari dirinya yang seorang direktur. Walaupun menyalin dokumen, Aneska begitu gigih untuk melakukannya. Biasanya, mereka akan mengobrol atau bertengkar satu sama lain selama bekerja bersama. Namun kali itu, hanya ada hening dan membuat Altan merasa bosan tak sengaja. Ia melihat salah satu dokumennya belum di fotokopi. Dan hal itu membuat ide untuk Altan bisa menyuruh istrinya
Altan menghampiri Anes perlahan. "Nes?"
Aneska menoleh pada Altan.
"Kenapa?"
"Fotokopiin dong."
"Taruh di meja, nanti saya fotokopiin. Saya lagi nyalin dokumen dulu sebentar lagi."
"Kenapa lo jadi lebih sibuk sih dari gue? Gue kan direkturnya."
"Bukannya kerjaan direktur cuma duduk aja dan nerima gaji."
Celetukan Aneska membuat Altan melotot kesal mendengarnya.
"Heh sembarangan banget lo kalau ngomong. Lo kira gue makan gaji buta? Kalau bukan karena Papa, gue udah pecat lo!"
"Ya udah gak usah baperan. Pak Altan taruh dokumennya nanti saya kerjain. Gitu aja kok ribet."
"Gue maunya sekarang!"
Aneska terlihat kesal. Ia pun beranjak berdiri untuk memenuhi permintaan suaminya yang memang terkadang mengerjainya sesekali.
Altan sendiri bersikap santai. Sesekali ia bersiul menatapi meja Aneska yang selalu rapih. Namun, matanya terkejut ketika melihat sebuah diary yang tergeletak di atas meja. Altan yang penasaran lantas mengambil diarynya dan kembali duduk ke kursinya. Altan melirik Anes yang masih sibuk memfotokopi dokumen. Ia pun diam-diam mulai membuka diary itu perlahan.
"Hal yang akan gue lakuin di masa depan." Altan membaca lembaran pertama diary Aneska secara diam-diam. Mata Altan kemudian tertahan pada sebuah kalimat, dimana kalimat itu tertulis 'mengelola cafe bareng suami'
Aneska terlihat menyelesaikan tugasnya dan ia pun heran karena Altan tak ada di dekatnya. Aneska pun melirik meja Altan dan matanya melotot ketika Altan tengah memegangi buku diarynya.
"PAK ALTAN! ITU DIARY SAYA!"
Anes bergegas untuk mengambil. Sementara, Altan akhirnya ketahuan mengambil diary milik Aneska dan hal itu membuat Altan begitu kaget karena tertangkap basah. Aneska hendak merebut dengan secepat kilat namun ia terkejut ketika sepatu heelsnya tergelincir hingga dirinya pun jatuh menubruk Altan.
Hal itu mengejutkan mereka berdua sejenak.
"Pak Altan nanti ada jadwal ..." Mata Pak Ilham melotot ketika memergoki Aneska dan Altan yang tak sengaja saling memeluk di kursi Altan dengan tangan Aneska yang berusaha mengambil diarynya di tangan Altan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
Fiction généraleAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...