38. Permohonan Maaf

9.3K 257 4
                                    

Altan berlari di rumah sakit. Ia menghampiri cemas sebuah ruang tempat Pak Suwandi tengah dilakukan pemeriksaan kondisi pasca ia jatuh pingsan. Di sana, Argun menghalangi Altan untuk menengok ke dalam.

"Gun lo apa-apaan sih?"

"Jangan pernah tampilin muka lo di depan Papa lagi!"

"Argun lo kenapa? Apa urusannya sama lo?"

Tak sengaja, Argun dan Altan pun terdengar saling sahut menyahut dengan emosi.

"LO UDAH BIKIN PAPA KRITIS!" teriak Argun di depan wajah Altan. Matanya berkaca memerah menahan amarah sekaligus kesedihan disaat yang bersamaan.

Ucapan Argun membuat Altan tertegun begitu kaget. Matanya melebar terkejut dengan air mata yang menyelimuti kedua matanya. Ia menoleh pada Bu Aynur. Di sana, Mamanya tengah menangis. Pemandangan itu sungguh menyakiti Altan. Ia belum bisa mengedipkan matanya yang berair dengan sempurna. Jantungnya berdekup dengan cepat. Detik itu, Altan pun terjatuh duduk ke dasar lantai rumah sakit. Seluruh tubuhnya menjadi lemah tak berdaya mendengar sang Papa terbaring kritis.

"Apa salahnya---apa salahnya lo kasih Papa kebahagiaan walapun sedikit bang? Lo malah khianatin Papa kayak gini!"

Altan merangkak mendekati Bu Aynur yang duduk sambil menangis di ruang tunggu. Altan meraih kedua tangan Bu Aynur yang telah mendingin takut. Ia terus mengecup kedua tangan Mamanya dengan air mata yang mengalir perlahan. Matanya terus menatapi mata Bu Aynur yang sudah basah sedari tadi.

"Ma--Mama percaya Altan kan Ma? Altan beneran cinta sama Aneska. Altan gak bisa suka sama perempuan lain selain Aneska. Aneska itu masih istri Altan Ma. Altan serius sayang sama dia. Maafin Altan Ma." Altan menangis perlahan di depan Mamanya. Tangannya bergetar memegangi tangan Bu Aynur.

Hikkss ... Hikkss ...

"Altan, semuanya sudah terlambat. Apapun yang kamu bicarain itu sia-sia. Papa kamu udah kritis Altan. Apa yang harus Mama lakukan lagi jika tanpanya."

"Papa akan baik-baik aja. Altan yakin Papa akan baik-baik aja. Altan akan berdo'a dan berusaha buat Papa bertahan apapun caranya. Tapi Altan mohon Ma, Altan gak bisa ceraikan Aneska. Altan gak akan lakuin itu Ma."

Tangan ragu Bu Aynur mulai menjamahi kepala Altan yang sedari tadi meminta maaf dan memohon untuk tidak bercerai dengan Aneska. Ia pun tak tahu, apakah dirinya harus kesal pada puteranya, atau malah iba melihat Altan yang dirasa begitu serius mencintai Aneska.

Altan berdiri tegap. Ia menghapus air mata di mata dan pipinya.

"Argun, lo jaga Mama. Gue akan panggil Dokter Albert!"

"Lo gila?! Dokter Albert dari Singapura itu? Apa lo kira dia bisa datang secepat itu?"

"Gue harus lakuin apa yang harus gue lakuin! Jangan cegah gue!"

Altan terlihat risih sendiri. Namun, Pak Rudy lantas datang dengan panik ke hadapannya.

"Altan? Apa benar Pak Suwandi kritis?"

Altan bergeming sejenak. Namun, ia berusaha membalas pertanyaan Pak Rudy dengan anggukan lemah.

Pak Rudy seketika menghela napasnya membuang rasa terkejut. Ia mengusap wajahnya dengan kecemasan.

"Pak Rudy mau bantu saya?"

"Bantu soal apa Altan?"

Setelah mereka selesai menghubungi pihak rumah sakit Singapura, Altan pun mendapat panggilan lain.

"Ada apa Bi?"

"Mba Aneska Pak ..."

"Kenapa Aneska?" Kepanikan di wajah Altan membuat Pak Rudy penasaran.

JODOH DIBAYAR TUNAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang