Di rumahnya, Bu Rani menghampiri Anes yang tengah melamun menatapi globe di kamarnya. Anes memutar-mutar globe itu dengan tatapan kosong tanpa maksud. Namun, pikirannya serasa begitu penuh memikirkan kehidupan pernikahannya bersama Altan. Terkadang, Aneska lelah dan serasa ingin menyerah tanpa ada masalah. Tapi, pikirannya pun berputar lagi ke sebuah alasan kenapa ia menikah dengan Altan.
"Nes ..."
"Eh ibu."
Bu Rani duduk di atas kasur kamar Aneska. Ia menatapi puterinya dengan heran. Pasti ada sebuah alasan kenapa Aneska menginap malam itu.
"Kamu baik-baik aja kan?"
"Aneska baik kok bu. Benar kata Bapak, kalau keluarga Pak Suwandi itu semuanya baik tapi gak termasuk Pak Altan."
"Lah kenapa sama Altan? Apa dia bikin kamu sulit selama di sana? Jadi, itu kenapa kamu nginap malam ini? Ayo jawab Ibu."
Keceplosan Anes di depan sang Ibu, membuat Aneska memutar bola matanya bingung untuk menjawab.
"Anes, Ibu tau kalian menikah tanpa cinta, tapi Ibu yakin seiring berjalannya waktu, kalian akan sayang satu sama lain."
"Itu udah terjadi Bu."
Ucapan Aneska membuat Bu Rani tertegun kaget. Ia lantas menarik senyum dan memutar badan Aneska untuk menghadapnya.
"Apa kalian saling jatuh cinta?"
Aneska malah tertunduk membuat Bu Rani yang tadinya senang lantas memicingkan matanya heran menatap raut wajah puterinya.
"Apa maksud kamu nak?"
"Aku yang jatuh cinta duluan sama Pak Altan Bu."
Bu Rani menatapi wajah Aneska dengan senyuman. Namun, ia melihat kesenduan dalam wajah Anes walaupun ia tengah mengungkapkan apa isi hatinya selama ini. Ya, Bu Rani pasti mengerti apa yang sedang dirasakan puterinya walau Aneska belum sepenuhnya bercerita.
"Laki-laki itu selalu aja gak peka Nes. Kadang kamu ngerti dia, kadang kamu bingung juga sama tindakannya. Tapi Nes, kamu harus perjuangin cinta kamu Nes. Ibu yakin, suatu hari nanti, Altan pasti cinta juga sama kamu Nes."
Aneska menatapi sang Ibu dengan cemas.
"Bagaimana Pak Altan akan cinta sama Anes bu, kalau kita udah setuju dan sepakat untuk cerai?" batin Aneska. Ia pun tak sanggup mengatakan perihal kontraknya depan sang Ibu. Dan semua itu, kini Anes pendam sendiri secara diam-diam walau membuatnya terluka karena kasihan menatapi kedua mata orangtuanya.
Perusahaan akan melakukan workshop ke sebuah tempat dimana setiap karyawan akan mendapatkan beberapa materi untuk bisa meningkatkan kompetensi sesuai bidangnya. Kegiatan workshop ini sudah diadakan perusahaan MG sejak Altan baru menginjakkan kakinya ke perusahaan. Selain menjadi kegiatan untuk menambah wawasan, keahlian dan materi untuk pengembangan SDM, workshop MG juga berkegiatan untuk menjalin silaturahmi dan mengurangi ketegangan dari setiap karyawan.
Altan dan Aneska sudah rapih untuk pergi ke sebuah villa di daerah Puncak, Bogor. Sebelum keberangkatan, Anes terlihat mengabaikan Altan sejak pagi. Hal itu membuat Altan tak betah dengan keadaannya yang terus Anes abaikan.
"Nes gue ..."
"Kak Altan!"
Sarah datang menghampiri berdirinya Anes dan Altan. Sementara, Galvin pun ikut berkumpul bersama mereka. Seperti biasa, Sarah terus mendekati Altan. Hal itu membuat Altan risih karena Pak Ilham terus memperhatikan mereka.
"Kenapa Pak Altan selalu dekat sama neng Sarah sih? Padahal kan Aneska ada di sampingnya. Kayak ada yang aneh," batin Pak Ilham.
Karena begitu penasaran Altan lebih dekat dengan Sarah, Pak Ilham akhirnya menghampiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
Ficção GeralAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...