✅Disarankan vote sebelum membaca :)
Pagi itu, Altan pergi ke rumah sakit. Ia bahkan tak tega untuk pergi sendirian karena jika Aneska pergi, Aneska takut bahwa kehadiran dirinya hanya bisa mengingatkan pengkhianatan di mata Pak Suwandi. Altan lantas melambaikan tangannya pada sang istri dan memasuki mobil. Disamping itu, Pak Rinto pun ikut pergi ke rumah sakit menjengkuk Pak Suwandi bersama Altan. Kepergian Altan, sungguh memberatkan Aneska. Namun disamping itu, akhirnya Pak Rinto mengizinkannya untuk kembali bersama Altan.
Sampai di sana, wajah Pak Rinto maupun Bu Aynur sungguh merasa bersalah. Mereka pun memiliki waktu untuk berbicara empat mata di lain tempat. Bu Aynur tak sendiri. Ia meminta Pak Rudy untuk menemaninya detik itu.
"Apakah Suwandi masih belum sadar?"
Bu Aynur menggelengkan kepalanya sambil tertunduk.
"Maafkan saya. Atas nama Aneska, saya minta maaf."
Bu Aynur menoleh pada Pak Rinto.
"Pak Rinto, semua ini bukan lah kesalahan Aneska. Saya sudah sangat menyayangi Aneska seperti puteri saya sendiri. Saya paham dan menerima penjelasan Altan sejak awal. Tapi ... semuanya tidak mudah bagi suami saya yang sangat membenci pengkhianatan bagaimana pun bentuknya."
"Saya bahkan terus berdo'a agar Suwandi siuman dan kita bisa berbicara tentang hubungan pertemanan kita tanpa adanya berita perjodohan atau pun pernikahan anak kita."
"Pak Rinto, saya selaku Ibunya Altan, sangat meminta maaf atas tindakan anak saya yang pasti mengecewakan Pak Rinto."
"Tidak Bu Aynur. Saya sudah memaafkan Altan. Altan bilang, dia sangat mencintai Aneska. Saya gak bisa memaksa mereka bercerai hanya karena satu kesalahan yang mereka buat."
Altan terlihat duduk menatapi wajah Pak Suwandi yang begitu tenang memejamkan matanya.
"Pak. Ayo bangun. Betapa banyak kalimat yang mau Altan sampaikan sama Papa. Papa, asal Papa tau, Altan sangat mencintai Aneska. Dulu memang Altan belum pahami itu semua. Tapi sekarang, Altan gak bisa melepas dia gimana pun ceritanya. Papa, Altan gak pernah mau jabatan atau posisi Papa di perusahaan. Hanya saja, Altan takut kehilangan MG yang Papa besarkan dengan penuh keringat. Yang Papa sangat cinta mungkin melebihi Mama." Sejenak, Altan terkekeh sambil bercerita di depan Papanya. Matanya berkaca dengan kesenduan.
"Altan mau berterima kasih sama Papa karena mengenalkan perempuan kayak Aneska. Dia itu lugu, kadang emang cupu, kadang juga pinter banget. Tapi dia pedulinya melebihi apapun walaupun dari awal kita sama sama asing. Papa, Altan janji akan membina rumah tangga yang baik bersama Aneska. Maka dari itu, ayo Papa bangun Pa."
Setiap kalimat Altan membuat Argun yang mendengarnya pun merasa sendu. Ia berdiam diri di balik pintu mengintip dan mendengarkan apa yang Altan katakan dari dalam.
Sebuah jari tangan melakukan pergerakan ketika Altan bahkan sudah keluar dari ruangan. Alis matanya bergerak-gerak dengan susah payah untuk membuka mata.
"Tan ... Altan ..."
Argun yang mendengar hal itu lantas mengintip dari kaca sebuah pintu. Ia lihat Pak Suwandi bergerak dan hal itu mengejutkannya. Argun segera mungkin masuk dan betapa terkejutnya ia ketika Pak Suwandi telah sadar.
"Papa! Alhamdulillah. Papa akhirnya siuman!" Argun lantas memencet bel darurat.
Terlihat di sana, Bu Aynur, Argun, Dokter Rio selaku Dokter di RS Jakarta, Dokter Albert, Pak Rudy juga Pak Rinto yang mengelilingi Pak Suwandi dengan penuh haru bahagia melihat pria paruh baya itu akhirnya siuman. Sementara, walaupun Altan begitu bahagia mendengar hal itu, ia malah tak berani masuk dan menatap wajah Papanya. Altan begitu bersyukur sampai ia menitihkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
General FictionAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...