Pagi itu di kantor, Altan terlihat memikirkan perkataan Aneska waktu kemarin malam. Entah kenapa Altan begitu penasaran dengan jawaban Aneska untuk Galvin. Ia tak tahu kenapa dirinya sebegitu cemas merasa takut jika Aneska akan pergi bersama Galvin di waktu cepat.
"Pak Altan! Pak!" Pak Ilham datang tergesa memasuki kantor.
"Ada apa? Kenapa Pak Ilham teriak-teriak?" Altan berdiri menyambut heran Pak Ilham yang berlari masuk ke kantornya.
"Bu Aneska ... Bu Aneska Pak ..."
"Aneska? Kenapa Aneska?" Altan berdiri penasaran.
"Bu Aneska pingsan di koridor dekat toilet kantor Pak!"
"APA?"
Altan berlari keluar ruangan. Ia melihat, beberapa orang sudah mengerumuni Aneska menunggu kedatangan Altan. Sementara di sana, ada Galvin yang hendak menggendongnya.
"Kenapa kalian malah liatin? Kenapa gak dibawa ke rumah sakit?" Galvin sudah kesal karena mereka tak ada yang berani membawa Aneska.
Altan terlihat kesal ketika ia melihat Galvin hendak menggendong Aneska.
"Galvin! Biar saya yang bawa istri saya!"
Galvin tertegun ketika Altan menyebut kata istri untuk Aneska. Galvin lupa bahwa Aneska masih berstatus istrinya Altan saat itu. Altan pun menghampiri Aneska dan menyenggol Galvin untuk menjauh dari Anes.
"Nes ... Aneska ..."
Altan segera mungkin membawa Aneska ke rumah sakit. Beberapa menit kemudian, Altan begitu cemas menunggu Dokter keluar untuk memberikan informasi tentang kondisi Aneska. Tak pernah Altan bayangkan jika ia sangat cemas hari itu. Setelah beberapa menit, Altan lantas menghampiri Aneska dengan khawatir. Aneska terlihat sadar setelah Dokter memeriksanya.
"Kondisi Bu Aneska baik-baik aja. Bu Aneska cuma kelelahan. Sepertinya Bu Aneska terlalu banyak berpikir, jadi beberapa syaraf otaknya agak tegang. Jangan terlalu stres ya Bu. Semaksimal mungkin Bu Aneska bisa menenangkan pikiran. Karena yang saya periksa, Bu Aneska juga mengalami maag. Maag biasa timbul dari stres. Saya akan kasih obat dan vitamin untuk Bu Aneska. Kalau gitu, semoga cepat pulih, saya permisi."
Altan menatapi Aneska dengan kecemasan.
"Apa yang lo pikirin?"
"Saya gak mikirin apapun." Aneska menjawab Altan dengan datar.
"Nes. Jangan buat gue merasa bersalah karena udah bawa lo ke kehidupan gue."
Aneska tertegun menatapi Altan.
"Saya baik-baik aja. Bukan ranahnya Pak Altan mengkhawatirkan saya."
"Nes, gue suami lo."
"Tapi sebentar lagi, Pak Altan bukan siapa-siapa saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
Ficción GeneralAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...