Hari itu, Aneska menjalani part time di cafènya. Ya, ia tentunya mendapat izin dari sang manager karena Pak manager tahu kalau Aneska adalah istrinya Altan sang diektur langganan cafè. Hal itu membuat semua karyawan terus bersikap baik pada Anes entah karena apa. Anes sebenarnya senang kembali ke cafè, namun ia pun bingung memikirkan hidupnya harus ke mana nanti. Pikirannya untuk bercerai dengan Altan membuatnya malah risih, padahal mereka telah setuju sebelumnya pada kontrak tersebut.
"Wid, kenapa ya kalau dekat Altan gue ..."
"Lo jatuh cinta kan?" tanya Widia dengan girang.
"Ih, gue belum selesai bicara tau gak. Gue selalu gemetaran kalau deket banget sama Altan. Gue malu atau apa sih?"
Widia mengernyit heran. "Deket banget? Lo udah ngapain aja sama dia?" bisik Widia penasaran.
Aneska melotot kaget karena ucapannya membuat Widia telah salah paham.
"Bukan deket kayak gitu maksud gue. Kenapa pikiran lo jadi 18+ sih? Ya gue gak tau, gue pernah suka sama orang tapi gue gak ngerasa gemetaran kalau dekat dia. Tapi kan, gue gak pernah kenal Altan atau suka sama dia, tapi kenapa gue ngerasa aneh dekat sama dia ya? Apa karena kita terus ketemu? Apa gimana ya?"
Widia terus tersenyum menatapi Anes yang begitu serius bercerita. Ia pun sesekali memandangi wajah Anes yang begitu polos terlihat.
"Lo jatuh cinta."
"Apaan sih?"
"Lo belum pernah jatuh cinta kan? Ya itu lo lagi ngerasain cinta tau gak! Itu namanya cinta!"
"Hah? Lo yakin? Lo pernah ngerasain ini juga ke Ardi?"
"Iya, bahkan sampe sekarang. Gue pacaran udah dua tahun. Tapi rasanya terus sama ketika gue pertama kali kenal sama dia. Ardi sama gue bisa ciptain perasaan itu terus karena kita punya janji."
"Janji? Janji apa?"
"Lo beneran blo'on atau pura-pura sih?"
"Widia! Gue bertanya karena gue penasaran ih aih!"
"Terus gimana sama kontrak lo?" bisik Widia dengan kehati-hatian.
Aneska pun tertunduk bingung setelah mendapat bisikan Widia. Ia pun bingung kenapa harus ada kontrak itu diantara mereka.
"Walaupun gue terikat kontrak satu tahun sama Pak Altan, gue tetap gak mau mengkhianati kontrak itu. Gue harus patuhi sesuai perjanjian kita."
"Walaupun akhirnya lo jatuh cinta sama Pak Altan?"
"Siapa yang jatuh cinta sama dia sih?"
"Anes, dari wajah lo, lo sedih karena kontrak itu, dan lo mulai suka dan cinta sama Pak Altan."
Anes tertegun diam mendengar pernyataan Widia yang gadis itu pertegas. Anes berhenti di taman sebelum dia pulang ke rumah Altan. Ia memikirkan obrolannya dengan Widia di cafè tadi ketika ia tengah bekerja.
Aneska pulang mendapati Pak Suwandi dan Bu Aynur di ruang keluarga mereka. Aneska menyalami satu persatu mertuanya.
"Aneska, gimana pekerjaan kamu?" tanya Pak Suwandi.
"Lancar Pa."
"Ya sudah, kamu silakan istirahat. Eh iya, tapi jangan capek-capek ya, berhenti kalau kamu lelah."
"Betul Aneska. Kamu gak usah ikut Bibi bibi yang lain masak sore ini ya? Biar mereka yang mengurusi urusan dapur. Masakan kamu emang enak, tapi kesehatan kamu itu lebih penting dari apapun Nes," tukas Bu Aynur menambahkan perhatiannya pada Aneska.
Perhatian Pak Suwandi dan Bu Aynur membuat Aneska begitu terenyuh. Aneska bahkan tak pernah membayangkan mendapatkan mertua sebaik dan seperhatian mereka. Semuanya kini terjadi di luar ekspektasi Aneska. Terlebih lagi dengan sikap Altan padanya. Walaupun ia tak menyetujui pernikahan ini, Altan belum terdengar menyakiti atau melukai Aneska hingga saat ini. Hal itu membuat Aneska malah jatuh menjadi sedih teringat kontrak tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
Ficción GeneralAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...