Argun terlihat menjemput Aneska dengan mobil merah. Ya, tentunya Argun mau karena itu perintah sang kakak. Aneska terlihat tersenyum menyapa Argun yang baru saja hadir. Widia menaik turunkan alisnya meledek Aneska.
"Cie yang dijemput adik ipar."
"Hai kak. Saya Argun, adiknya bang Altan."
"Eh iya salam kenal."
"Udah kelar kak?" tanya Argun.
"Eh ayo kita pulang. Wid, gue duluan."
"Siap!"
Di dalam mobil, Argun sekilas menoleh Aneska.
"Kak?"
"Hah?"
"Kenapa bisa-bisanya lo terima perjodohan begitu mudah? Gue takut, hal yang sama akan nimpa gue. Dan gue takut nasib gue sama kayak bang Altan."
"Argun, nasib tiap orang itu berbeda-beda. Kamu orang baik. Kamu pasti dapat perempuan yang baik juga."
"Baik? Jujur nih ya, cuma lo yang bilang gue kayak gitu. Hah, beruntungnya bang Altan, punya istri yang satu paket."
"Satu paket?"
"Baik, cantik, perhatian, dan juga ... sayang sama orang tua."
Aneska tertegun ketika dipuji oleh Argun. Ia merasa bahwa yang Argun katakan justru sebaliknya.
"Nggak Argun. Saya ini pembohong. Maafin saya," batin Aneska.
"Kenapa kamu anggap saya kayak gitu?"
"Buktinya, kakak rela ikutin perjodohan ini. Gue kira lo akan disiksa sama bang Altan kayak di sinetron-sinetron. Taunya, bang Altan juga suka sama lo."
Sejenak, perkataan Argun membuat Aneska salah tingkah. Ia pun mengingat Altan dan malah membuatnya tersenyum.
Aneska merebahkan tubuhnya ke kasur. Ia lihat, Altan belum kunjung pulang. Aneska menarik wajahnya untuk tersenyum mengingat betapa menawannya suaminya. Aneska menatapi foto Altan di atas nakas. Ia mengambil dan menatapinya tanpa bosan sambil tersenyum.
Ia mendengar suara langkah sepatu memasuki kamarnya. Aneska segera mungkin menaruh fotonya dengan baik. Altan lantas masuk mendapati Aneska yang tengah berdiri di dalam kamar. Sejenak, mereka merasa canggung.
"Pak Altan udah pulang?"
"Kamu baru pulang?"
Aneska mengangguk menjawab Altan. Namun, Aneska terlihat mengernyitkan dahi dengan aneh membuat Altan keheranan.
"Kenapa? Ada yang salah?"
"Ke ... kenapa Pak Altan jadi formal gini sama saya?"
"Kenapa? Masa saya harus kasar sama orang yang saya cintai? Saya menyesal, udah manggil kamu kasar padahal kita sebelumnya orang asing."
Wajah Aneska memerah malu ketika Altan bahkan sudah pandai menggodanya.
"Pak Altan, gimana soal ancaman Sarah dan Pak Galvin?"
Altan terdiam sejenak memikirkan jawaban. Ia tahu, sekarang dirinya telah jatuh cinta pada Anes dan tak ingin kehilangannya. Namun Altan juga terlanjur menyepakati perjanjian dan juga ancaman yang dilayangkan Galvin untuknya.
"Kita akan kasih tau Papa secepatnya."
"Tapi gimana nanti sama penyakit Papa ..."
"Kamu gak usah khawatirin soal itu. Sekarang, yang penting kita itu saling mencintai. Soal Galvin, apa kamu udah jawab perasaannya?" tanya Altan agak canggung. Masalahnya, Galvin lebih dulu menyatakan cintanya dari pada Altan, suaminya sendiri. Hal itu membuat Altan sedikit segan mengingat soal itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
General FictionAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...