Beberapa menit menangis di dalam mobil sambil menatapi rumah Altan, Sarah akhirnya menghentikan tangisannya itu. Wajahnya seketika menjadi datar dengan eskpresi menahan kesal yang luar biasa dalamnya. Sarah kemudian mengambil ponselnya. Ia menekan sebuah nomor dan mulai mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Gue mau bicara sama lo. Di tempat biasa. Ini soal Aneska sama Altan!"
Sarah membanting stirnya melaju dengan kecepatan tinggi. Setelah sampai di sebuah bar, Sarah lantas menghampiri Galvin yang sudah menunggunya di sana
"Mau ngomong apa lo?" tanya Galvin menyambutnya datang.
Sarah masih menekuk wajahnya. Ia bahkan menahan rasa kesalnya dengan sempurna. Lantas, seseorang membawakannya sebotol wine. Sarah lantas menuangkan minuman itu dengan tergesa. Ia menenggak satu gelas habis bersamaan dengan emosi.
"Kenapa sih lo? Tadi ada yang mau lo omongin soal Aneska Altan. Kenapa sama mereka?"
Wajah Sarah terlihat kacau. Ia bahkan sudah menghabiskan dua gelas wine sebelum mulai bicara. Matanya berkaca aneh membuat Galvin pun akhirnya penasaran.
"Sar! Kalau lo minum, berarti terjadi sesuatu. Iya kan? Apa itu?"
"Altan cinta sama Aneska."
Ucapan Sarah membuat Galvin memicingkan matanya heran. Matanya melebar terkejut menatapi Sarah yang sedang mabuk. Sejenak, ia tak percaya dengan ucapan Sarah.
"Hhhh. Gue tau lo gak terima sama pernikahan Altan, tapi lo gak usah bawa kabar bohong begini Sar!"
"Gue gak bohong! Mereka saling cinta. Tadi gue liat mereka malah kissing di halaman rumah saat gue mau balikin arlojinya kak Altan yang sempat ketinggalan saat party bokap gue! Itu yang gue liat pakai mata gue sendiri."
Galvin menaikkan alis matanya tak habis pikir. Ia pun seketika langsung naik darah mendengar kabar dari Sarah.
"Kenapa? Kenapa lo gak tahan mereka? Gak bisa! Gue gak bisa biarin mereka kayak gini!" Galvin hendak pergi untuk menyusul Altan. Namun Sarah menahan tangannya untuk tidak pergi.
"Mau ke mana lo?" tanya Sarah sambil mengedipkan matanya lemah. Ya, minuman itu akhirnya pun mulai menguasai dirinya.
"Gue mau habisin Altan si pengkhianat itu!" Urat dahi Galvin sudah terlihat keluar bersamaan dengan emosi yang mulai ia tahan.
"Jangan ... jangan ..." Sarah yang mabuk terus menggelengkan kepalanya melarang Galvin menemui Altan malam itu. "Altan kesayangan gue. Kalau lo berani sentuh dia, lo bakalan mati!" ucap tambahan Sarah yang dipengaruhi minuman itu membuat Galvin terheran.
"Sar, dia bahkan udah bohongin kita dan nyakitin lo. Dan lo jangan bodoh kalau lo bilang masih cinta sama cowok brengsek kayak dia! Gue bakalan bikin perhitungan sama dia." Galvin hendak pergi, namun tangan Sarah tetap menahan untuk Galvin tidak pergi.
"Apa lo mau nyerang mereka disaat status mereka masih suami istri? Apa? Apa yang bakalan lo lakuin emangnya? Hah? Lo bakalan diusir bikin kekecauan di sana. Jangan bego deh!"
Galvin menghela napas kesal karena ucapan Sarah sedikit membuka pikirannya.
"Lantas, apa yang harus gue lakuin?"
"J ... j ... jangan kayak orang bodoh. Lo bahkan tau apa yang akan lo lakuin. Dan gue tau cara lo pasti lebih ampuh dari sekadar hajar mereka kan? Ahahaha benar kan?" Sarah masih bertindak aneh karena ia tengah mabuk.
Sejenak, ucapan Sarah membuat pikiran Galvin akhirnya terbuka. Galvin duduk lagi menemani Sarah yang minum malam itu.
"Ahahaha, bisa bisanya lo suka sama cewek kampungan kayak Aneska," ucap Sarah disela ia tak sadar dengan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
General FictionAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...