Altan berjalan dengan gagah memasuki perusahaannya. Ditemani Pak Ilham, Altan dengan percaya diri masuk ke ruangannya. Sementara, di sisi lain, Galvin terus menatapi tingkah laku Altan dari kejauhan.
"Ada apa sama dia akhir-akhir ini? Permainan apa yang dia mainin saat ini? Kenapa bisa mata-mata gue gak tau apa yang Altan lakuin. Mata-mata gue bilang, Aneska kelihatan menolak Altan waktu di cafè itu. Dan ... ada apa sama senyumannya hari ini?"
Altan terus menyurang sambil tersenyum menatapi setiap bukti yang ia pegang untuk menjatuhkan Pak Davian. Seorang polisi mengenakan pakaian formal menyamar masuk ke ruangan Altan.
"Permisi Pak. Kami dari kepolisian. Kami izin melakukan penangkapan atas laporan yang Bapak buat. Dan kami ingin mengambil bukti laporan penggelapan dana yang tersangka lakukan. Dan, kami memanggil Pak Altan untuk mendampingi kami sebagai saksi dalam persidangan nanti. Tim kami mulai masuk ke perusahaan."
"Terima kasih banyak atas kerja samanya Pak. Selebihnya, saya akan ikuti prosesnya."
Pak Davian dan Galvin tengah berbincang heran dengan apa yang tengah menimpa Altan sampai ia begitu merasa sangat bahagia di mata Galvin.
"Kamu gak becus handle Altan!"
"Pa, Galvin udah mencari-cari apa yang Altan lakukan tapi Galvin gak nemuin sesuatu yang mencurigakan dari Altan. Dia bahkan sibuk sama istrinya!"
Brukkkkk
Pintu ruangan CEO terbuka dengan keras.
"Izin penangkapan saudara Pak Davian dan Pak Galvin atas laporan penggelapan Dana perusahaan, dan perjudian terselubung yang mengatasnamakan perusahaan Masterindo Group! Pak Davian juga ditangkap karena melakukan ancaman pembunuhan berencana terhadap Pak Altan dan istrinya! Angkat tangan kalian!"
Pak Davian dan Galvin terkejut bukan main. Jantungnya menggebu karena begitu bergetar ketakutan.
"Bajingan Altan! Bohong! Altan berkata bohong! Dia melakukan pencemaran nama baik saya!" Pak Davian terus membela dirinya.
Sementara, Galvin sudah angkat tangan dengan pasrah. Ya, lagi-lagi dirinya kalah dengan Altan. Satu sisi dia jengkel tak ingin diborgol oleh pihak kepolisian hingga para polisi itu memaksa untuk mempelintir tangan Galvin. Sementara, mereka pun memborgol paksa Pak Davian yang sebelumnya terus membela diri.
"Jangan banyak omong! Ikut saya sekarang!"
Pak Davian dan Galvin pun digiring keluar ruangan. Mereka bahkan membuat seluruh karyawan tak habis pikir. Tatapan kebencian dari segala penjuru pun didapatkan oleh Bapak dan anak itu.
Altan menghampiri Pak Davian dengan santai.
"Bagaimana Pak Davian? Sandiwara saya yang menang? Atau sandiwara anda?"
Pak Davian menatap tajam Altan serasa ingin membunuhnya.
"Awas kamu Altan!"
Sementara, Galvin hanya terdiam melirik kesal Altan. Permainan Altan bahkan sangat mulus hingga mata-matanya tak bisa menangkap jelas perbuatan Altan. Galvin mengancingkan giginya emosi dengan kedua mata terus menatap Altan penuh amarah. Ia pun didorong paksa untuk segera berjalan keluar.
Seluruh karyawan mengerumuni Altan dengan khawatir. Ada beberapa di antara mereka yang menangis dan ada pula di antara mereka yang memberikan applause atas tindakan Altan yang mengusut perkara dengan sangat apik.
"Atas kejadian ini, saya harap untuk semua mendukung Pak Altan menghadapi masalah ini! Pak Altan sudah berani membersihkan MG bahkan dengan tangannya sendiri. Jadi, kami harus bersama Pak Altan apapun yang terjadi! Kalian bersedia?" Pak Anton selaku komisaris MG mengeraskan suara untuk membela Altan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH DIBAYAR TUNAI
Ficción GeneralAltan Ferhan, direktur perusahaan ritel yang dipaksa berjodoh dengan gadis pelayan cafe karena penjanjian orang tuanya di masa lalu. Penyakit sang Papa dijadikan ancaman untuk Altan menerima perjodohannya. Pria berdarah Turki ini sempat menolak kare...