22. Sadar Diri

14.2K 321 1
                                    

Aneska dan Altan terlihat canggung ketika mereka sama-sama bertemu di kamar setelah merapihkan diri hendak ke kantor. Di dalam mobil, mereka terdiam satu sama lain. Altan terus memalingkan wajahnya karena ia masih merasa malu akan tindakannya semalam terhadap Aneska.

Di kantor, mereka pun masing-masing terdiam. Sarah kemudian masuk. Ia menatapi Aneska sejenak dengan tatapan datar. Sementara, Anes pun membalas tatapannya sekilas.

"Kak Altan. Nanti makan siang aku tunggu, kita makan sushi."

Ucapan Sarah membuat Altan melirik tak enak pada Aneska. Ia kemudian menghampiri Sarah dengan jengkel.

"Kamu ngapain ngajakin saya makan? Di sini ada Aneska," bisik Altan di depan Sarah.

"Kenapa? Gak boleh ya? Kalian kan gak punya hubungan apapun. Kontrak kalian udah diketahui pihak lain. Jadi, kayaknya aku bebas kan buat ke mana pun sama kak Altan?"

"Sarah, kamu apa-apaan?"

"Aku kira, syarat dari Galvin itu lebih mudah dari pada liat Pak Suwandi masuk rumah sakit," bisik Sarah membuat Altan melebarkan matanya. Ia menatapi tajam Sarah dengan heran.

"Jadi kalian berdua ..."

"Kenapa? Emangnya aku salah mencintai kak Altan? Apa kak Altan gak mau kasih aku kesempatan setelah Kakak putus sama Angela? Aku yang lebih lama sama kakak. Aku ngerti gimana kakak, juga perasaan kakak. Papa aku bahkan udah bantu investasi ke perusahaan ini. Apa yang aku lakuin selama ini kurang cukup bagi Kak Altan?"

Sejenak, Sarah dan Altan beradu mulut dengan perlahan. Sementara, Aneska di sana hanya bisa mendengar percakapan mereka secara diam-diam.

"Oh, jadi kalian berdua sengaja ngelakuin ini buat jatuhin saya?"

"Aku gak pernah punya niat kayak gitu. Justru kalau kakak gak ikutin ucapan aku dan Galvin, semuanya bakalan hancur kak. Ingat, kalau kakak gak ikutin ucapan Galvin, kakak gak akan milikin MG. Kakak gak bisa naik tahta. Dan kakak akan kehilangan kepercayaan Pak Suwandi yang kakak udah bangun sejak muda."

Altan bergeming bingung. Ia merasa kesal karena Sarah bahkan bersekongkol dengan Galvin. Tapi ia pun tak bisa membuat semuanya berantakan jika mereka ketahuan menjalin pernikahan kontrak oleh Pak Suwandi. Semuanya kini menjadi serba salah bagi Altan. Niatnya dari awal menikahi Aneska memang telah salah. Namun kini, nasi sudah menjadi bubur.

Jam makan siang tiba. Aneska terlihat bingung untuk pergi makan ke kantin. Ia merasa tak enak ketika Altan akan pergi dengan Sarah siang itu. Hatinya terus terluka secara diam-diam.

"Aneska!"

Aneska heran ketika melihat Galvin menghampirinya.

"Makan sama gue yuk!"

"Hah? Makan? Tapi ... tapi saya ... saya makan sama Rima aja Pak Galvin."

"Lo harus makan sama gue. Emangnya kita gak bisa ya jadi partner kerja? Emangnya gue salah ngajak lo makan? Kan kita udah pernah makan bareng."

"Tapi nanti Pak Altan ..."

"Lo takut Altan larang lo?"

Aneska kemudian melirik Altan yang baru saja keluar. Namun, matanya terkejut ketika Sarah menggandeng Altan dengan girang. Aneska sejenak terkejut karena Altan bahkan tak memarahinya ketika ia bersama Galvin.

"Gue mau makan sama Aneska. Lo keberatan?" tanya Galvin pada Altan yang bergeming tak tahu harus melakukan apa detik itu.

"Silakan. Lagi pula, kalian tau kita nikah kontrak. Jadi ... apapun sekarang, udah gak berarti buat gue sama Aneska. Dia bebas buat makan sama siapapun."

JODOH DIBAYAR TUNAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang