11. Sakit

49 11 1
                                    

"Ja bangun lo." Ghazi mengguncang tubuh Keza yang sedang tertidur. Kini jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, laki-laki itu belum bangun sejak pulang sekolah tadi.

"Cewek lo dateng tuh." Ucap Ghazi kepada adiknya yang masih tertidur dengan pulas itu.

"Ck, tidur udah kaya orang mati aja lo." Gerutuk Ghazi setalah itu keluar dari kamar Keza.

Sekarang Seana berada di rumah Keza, dirinya begitu mengkhawatirkan kondisi laki-laki tersebut.

Sebelum berangkat ke sini Seana sudah mengabari bunda bahwa dirinya akan ke rumah, bunda mengatakan jika dia sedang berada di toko kue dan mungkin akan pulang sedikit lebih larut karena begitu banyak pesanan kue yang diterima.

Bunda juga menitipkan pesan untuk mengecek keadaan Keza, sebab laki-laki itu tak bisa dihubungi sejak sore tadi.

Bunda juga sudah menghubungi Ghazi namun laki-laki itu malah mengabaikannya.

Tujuan awal Seana berkunjung ke rumah Keza adalah untuk bertemu bunda, karena ia betul-betul merindukan wanita tersebut. Namun setelah mendengar pesan yang di sampaikan oleh bunda membuat dirinya khawatir mengenai kondisi Keza.

Agar bunda tidak terlalu khawatir, dirinya mengatakan jika Keza sedang istirahat. Padahal Seana sama khawatirnya juga.

Setelah sampai di sana dirinya disambut oleh Ghazi yang kebetulan sedang santai dirumah.

"Gimana bang Ghazi, Keza gapapa kan?" Tanya Seana ketika melihat Ghazi yang keluar dari kamar Keza.

"Mati deh kayanya tuh bocah." Seana yang mendengar ucapan Ghazi sontak menatap Ghazi sinis.

"Bang Ghazi kalau ngomong jangan sembarang gitu dong." Seana kesal mendengar ucapan yang dikeluarkan Ghazi.

"Lo liat aja sana sendiri, gue mau lanjut nonton ikatan batin dulu." Ghazi pergi meninggalkan Seana begitu saja.

Seana memutuskan untuk mengecek keadaan Keza, pelan-pelan ia membuka pintu kamar milik laki-laki itu dan terlihat sosok Keza Abiandra yang sedang tertidur pulas masih menggunakan seragam sekolah.

Pelan-pelan Seana melangkah mendekati tempat tidur Keza dan membangunkan sang sahabat.

"Keza bangun." Seana membangunkan Keza kemudian tangannya menyentuh dahi laki-laki tampan yang sedang tidur itu.

"Masih demam." Gumam Seana.

"Ja bangun sebentar." Seana berusaha agar laki-laki itu terbangun. Namun nampaknya Keza benar-benar enggan terbangun dari tidurnya.

Seana menghela nafasnya kemudian mengambil hp milik Keza, lalu membuka hp itu dengan password yang berisi angka tanggal lahir dirinya.

Ya, Keza memang sebucin itu pada Seana. Seana menyadari perasaan Keza kepada dirinya, namun ia tidak ingin membuat persahabatan yang sudah berjalan selama ini hancur begitu saja hanya karena cinta.

Disisi lain Seana takut Keza pergi dari hidupnya dan berjalan bersama orang lain. Tapi di sisi lain juga, Seana tidak mau jika hubungan mereka berantakan hanya karena sebuah perasaan.

Egois? ya Seana akui memang dirinya egois.

Sekarang biarkan semuanya berjalan seperti ini.

Seana mencari kontak Zidane di hp laki-laki itu dan kemudian menelponnya untuk meminta bantuan.

Seana tidak menyimpan nomor teman-teman Keza, dirinya hanya punya nomor Rehan. Jika ia meminta tolong pada Rehan sudah dipastikan laki-laki itu tidak mau, mengantarkan dirinya ke rumah Keza saja ogah-ogahan. Apa lagi jika meminta bantuan kepada Ghazi, Kalian sendiri sudah tau jawabannya.

"Kenapa Ja?" Suara Zidane terdengar di sebrang sana.

"Halo Zidane, ini gue Seana."

"Eh pacar si juyeon ternyata, ada apa Na?."

"Gue boleh minta tolong sama lo?."

"Selagi gak minta buat cariin nomor WhatsApp-nya juyeon gue bisa."

"Zidane, please."

"Hahaha sorry. Iya gue bisa, emang kenapa sih?"

"Tolong beliin obat penurun panas sama obat pereda pusing di apotik."

"Buat siapa lo?."

"Keza."

"Lah bisa sakit juga tuh bocah."

"Sama buburnya juga ya, sorry ganggu waktu lo."

"Santai bu bos, kalau gitu gue tutup."

"Iya, hati-hati zid."

"Siap."

Sambungan telepon dimatikan oleh Zidane. Seana menatap Keza penuh kekhawatiran, padahal Keza hanya demam, tapi perempuan itu terlihat sangat cemas.

"Keza Abiandra, bangun." Seana berusaha sekali lagi untuk mencoba membangunkan Keza. Pelan-pelan ia menyentuh bahu laki-laki itu kemudian Keza yang merasa disentuh oleh seseorang pun terbangun.

"Na.." Suara khas bangun tidur terdengar oleh Seana.

Seana duduk di pinggir kasur lalu mengusap surai hitam milik Keza."Kenapa engga ganti seragam ja?."

"Pusing."

"Bangun sebentar ya ganti baju." Seana bangun dari duduknya kemudian mencari kaos untuk Keza.

"Ganti, gue tunggu diluar." Ucap Seana lalu keluar dari kamar Keza.

Setelahnya Keza bangun dari tempat tidur lalu mengganti pakaiannya.

....

Seana udah kaya emaknya si Keza aja ya :\

See u next chapter

ABISATYA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang