43. Salam kenal

13 0 0
                                    


Semakin hari kondisi Keza semakin menurun, laki-laki itu enggan untuk di rawat padahal kondisi nya begitu memilukan. Meskipun begitu Keza masih bisa beraktivitas seperti biasanya walaupun sering sekali merasa kelelahan.

Seperti sekarang ini, laki-laki itu tengah bersepeda berniat menghilangkan rasa jenuh yang melanda dan juga menyibukkan diri agar pikiran nya tak terus memikirkan Seana.

Kini sudah satu bulan berlalu pasca kejadian dimana dirinya mengakhiri hubungannya dengan Seana. Sedikit demi sedikit ia berusaha untuk melupakan Seana. Keza yakin dirinya bisa melupakan rasa cintanya kepada gadis itu.

Dengan santai Keza menggowes sepedanya, namun tiba-tiba saja Keza memberhentikan sepeda nya itu di tepi jalan karena rasa pusing yang menyerang.

"Kenapa harus sekarang sih." Gumamnya kesal.

Keza turun dari sepedanya dan duduk di tepi jalan lalu mencengkram rambutnya. Laki-laki itu mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sekitar, semua terasa begitu buram.

"Permisi kak."

Keza menoleh ke arah sumber suara, terlihat sosok gadis remaja berbalut seragam SMA yang kini berada di hadapannya.

"Ada apa?" Respon Keza sebisa mungkin walaupun saat ini ia sedang merasakan rasa sakit yang begitu hebat.

"Bunga untuk kakak." Berinya kepada Keza dan laki-laki itu menerimanya.

"Makasih." Gadis itu tersenyum mengangguk.

"Kakak ngapain duduk di sini? ini pinggir jalan loh." Tanyanya penasaran.

"Gapapa pengen aja, lo sendiri ngapain ngasih bunga ini buat gue?"

"Karena kakak ganteng jadinya aku kasih kakak." Jawabannya tanpa rasa malu kemudian gadis itu duduk di samping Keza tanpa izin.

Keza tersenyum mendengar ucapan gadis itu, ada-ada saja pikir Keza sambil memasukkan bunga tersebut kedalam kantong hoodienya.

"Kakak pucet banget, kakak sakit?"

"Emang gue keliatan banget kaya orang lagi sakit ya?" Tanya Keza balik.

Gadis itu mengangguk menatap Keza.

"Lo ngapain duduk di samping gue?" Tanya Keza mengalihkan pembicaraan.

"Emang gak boleh ya?" Ujar gadis itu dengan sedih. Keza diam tak merespon."Padahal aku cuma mau nemenin kakak aja biar kakak ada temen ngobrol." Lanjutnya.

"Kalau ternyata gue orang jahat gimana? main nemenin aja lo."

"Aku tau kakak orang baik mangkanya aku berani duduk di samping kakak."

"Lain kali jangan di ulang, sikap manusia gak yang tau." Ingat Keza gadis itu mengangguk paham.

"Nama kakak siapa? Namaku Mawar." Gadis itu memperkenalkan dirinya.

"Mawar? kaya bunga yang lo kasih ke gue ya, lucu juga." Ujar Keza membuat gadis itu sedikit salah tingkah.

"Nama gue Keza, salam kenal Mawar." Ucapnya membalas perkenalan tersebut.

"Aku panggil kakak ganteng aja, boleh ga?"

Keza terkekeh pelan, saat ini dirinya sedikit merasa lebih baik di banding tadi. Sakit kepalanya sudah lumayan berkurang ketika gadis remaja bernama Mawar itu mengajaknya berbicara.

...

Seana menatap dirinya di cermin dengan rasa yang begitu menyesakan. Dengan polesan make up yang begitu cantik dan juga gaun yang indah gadis itu nampak sempurna hari ini.

"Ayo keluar sebentar lagi keluarga Gauzan datang." Ucap sang ibu memberitahu.

Sebelum beranjak dari duduknya Seana menghela nafas."Ini bukan hal yang buruk Seana, lo pasti bisa!" Katanya menyemangati diri sendiri.

Dengan berat dirinya melangkah keluar kamar dan terlihat senyum sang ayah yang terlihat bahagia melihat dirinya.

"Keluarga Giyantra sudah datang yah." Ucap ibunya ketika melihat mobil yang memasuki pekarangan rumah nya.

Dengan semangat Rian menyambut calon besan nya dengan ramah.

"Selamat datang di kediaman keluarga kami."

Giyantra sebagai sosok kepala keluarga membalas sambutan tersebut.

"Terima kasih Rian sudah mengizinkan kami untuk bertamu kemari."

"Mari masuk."

"Terima kasih."

Kedua belah pihak keluarga tersebut sedikit berbasa-basi sebelum berlanjut ke topik utama.

"Duh cantik banget sih calon menantu ku." Puji sang calon ibu mertua membuat Seana tersenyum kaku.

"Kedatangan kami sekeluarga kemarin bukan semata-mata hanya untuk bertamu saja, seperti yang kalian sudah tau. Kedatangan kami kemari adalah untuk melamar Seana untuk Gauzan putra kami."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut terjadi lah proses lamaran yang tak Seana harapan.

Rasanya seperti bermimpi, semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Di hatinya masih nama Keza yang tertulis di sana, ia masih belum mampu melupakan laki-laki itu. Seana harap dirinya bisa membuka hati kembali, terlebih lagi untuk sosok Gauzan yang akan menjadi suaminya kelak.

•••

See u next chapter ›

ABISATYA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang