42. Ingkar janji

16 0 0
                                    


Meninggalkan rumah Seana dengan perasaan yang begitu menyakitkan bukan lah hal yang biasa bagi Keza, sungguh ia tak sanggup untuk mengakhiri hubungan ini, tapi mau bagaimana lagi jika ayah dari gadis itu yang meminta nya?

Ia marah kepada dirinya saat ini, ia ingkar janji kepada Seana, ia meninggalkan gadis itu untuk kedua kalinya.

"Maafin gue Na." Lirih Keza dalam batin.

Laki-laki itu berjalan tak tentu arah dengan kondisi tubuh yang lemah. Harus kah ia pulang dan berkata kepada Bunda jika hubungan nya dengan Seana berakhir? ia tak ingin membuat bunda nya sedih kembali, sudah cukup untuk membuat bundanya sedih akan penyakit yang di deritanya saat ini.

"KEZA!" Panggil seseorang membuat langkah Keza terhenti. Terlihat sosok Zidane yang kini berada di atas motor kesayangannya itu.

"Abis dari mana lo? tumben amat jalan kaki." Tanya laki-laki itu penasaran.

"Rumah Seana." Jawabnya singkat.

"Lo mau pulang kan? ayo naik gue bonceng." Tawar Zidane namun Keza menolak.

"Gak perlu Zid makasih." Balas Keza kemudian melanjutkan langkahnya. Zidane menatap kepergian sang sahabat dengan bingung, kenapa Keza nampak murung, ada apa dengan laki-laki itu, pikir Zidane. Dengan cepat ia langsung menghampiri Keza kembali.

"Gak usah nolak gitu, buru naik." Paksanya.

Keza menatap jengah ke arah Zidane, dan dengan terpaksa ia menaiki motor tersebut. Lagi pula tak ada salahnya jika ia menerima tawaran itu, tubuhnya benar-benar lemas dan kepalanya merasakan sakit kembali, sejujurnya ia takut pingsan di jalan.

Setelah di rasa Keza sudah siap Zidane mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata.

"Lo baik-baik aja kan?" Tanya Zidane khawatir. Keza diam tak merespon ucapan Zidane.

"Ja?"

"Aman." Balas Keza sekenanya.

Setelah itu tak ada percakapan di antara keduanya, Zidane memiliki diam karena ia merasa jika Keza sedang tidak ingin di ganggu.

...

"Na, tolong buka pintunya mamah mohon." Pinta ibu Seana, sementara sang anak sedang menangis di dalam kamarnya.

"Mamah mau bicara sama kamu."

"..."

Merasa tak ada balasan akhirnya wanita paruh baya itu memilih pergi dari sana.

Seana menangis penuh sesak, dirinya benar-benar terluka saat ini. Ia kecewa kepada Keza, tapi ia jauh lebih kecewa kepada sang ayah. Bagaimana bisa laki-laki paruh baya itu menghancurkan hubungan anaknya sendiri dengan sang kekasih padahal jelas-jelas dirinya sudah tau jika sang anak begitu mencintai sosok laki-laki tersebut.

"Aku sakit Ja, aku terluka tanpa kamu!" Jerit batinnya dengan kesedihan yang mendalam.

"Kamu ingkar janji! kamu ninggalin aku lagi."

Bagaimana dirinya tak kecewa, Keza meninggalkan dirinya kembali padahal laki-laki itu sudah berjanji padanya untuk selalu bersama.

Namun semuanya bohong, buktinya sekarang Keza sudah pergi meninggalkan dirinya dengan ucapan yang begitu menyakitkan.

'Anggap aja kalau kita gak pernah saling cinta.'

Ucapan tersebut terus saja berputar di kepalanya, sungguh berengsek makinya dengan marah.

"Buka pintunya Seana!" Gadis itu mendengus menatap kesal ke arah pintu kamarnya. Kali ini bukan sang ibu yang bersuara, melainkan sang ayah.

"Ayah hitung sampai tiga, jika kamu tidak membukanya ayah terpaksa mendobrak pintu kamar kamu."

Seana menutup telinga nya agar tak mendengar ucapan sang ayah.

"Satu.." Mulainya dengan pelan.

"Dua.."

"Ti..ga.."

"Seana kamu dengar ayah tidak?!"

Merasa ucapan nya tidak di respon laki-laki paruh baya bernama Rian itu mendobraknya dengan keras sehingga menyebabkan suara yang begitu hebat.

Dengan langkahnya yang besar tanpa perasaan Rian menarik sang putri dengan kasar dan menampar nya begitu keras membuat Seana terkejut dan memegang pipinya yang merasa sakit.

"Ayah tampar aku?" Tanya Seana tak percaya.

"Ayah gak akan tampar kamu kalau kamu nurut apa kata ayah!"

"Nurut apa lagi? apa ayah belum puas dengan berakhirnya hubungan ku dengan Keza?"

Mendengar suara keributan tentu saja ibunya segera datang dan melerai keduanya.

"Sudah sudah! Seana mamah mohon sama kamu untuk kali ini saja kamu dengar apa kata ayah, ya?" Pintanya membuat Seana muak.

Rian menatap anaknya penuh emosi."Ayah akan percepat pertunangan mu dengan Gauzan! Setelah itu kamu menikah dengannya."

Mendengar hal itu tentu saja Seana protes."Aku gak mau! aku gak kenal dengan Gauzan Gauzan itu! ditambah lagi apa kata ayah tadi? menikah? aku gak mau menikah sama dia!"

"Ayah mohon sama kamu Seana, perusahaan keluarga kita sedang di ambang kebangkrutan, apa kamu mau hidup menderita? Keluarga Giyantra ingin menolong kita asal kamu mau menikah dengan putranya."

"Setakut itu kah ayah dengan kemiskinan?" Ujar Seana, seketika ia teringat hal memalukan yang ayahnya lakukan kepada keluarga Keza.

"SEANA!" Kali ini sang ibu yang membentaknya.

Ia pikir ayahnya sudah berubah namun nampaknya masih saja.

"Ayah mohon sama kamu Seana." Ujar Rian yang kini bersujud di kaki sang anak membuat gadis itu terkejut.

"Ayah, Seana minta buat ayah bangun sekarang juga." Pinta Seana sambil berusaha mengangkat tubuh sang ayah agar bangun dari sujudnya.

"Ayah mohon sama kamu Na." Kini sang ayah sudah menangis membuat gadis itu sedikit tidak tega.

"Seana akan turuti kemauan ayah, Seana minta sama ayah untuk bangun sekarang juga."

Mendengar hal itu tentu saja Rian bangun dari sujudnya dan memeluk anak gadis satu-satunya itu.

"Terima kasih Na.. terima kasih."

Sang ibu menatap lirih keduanya.

"Maafkan mamah Seana.."

Rian melepas pelukan pada anaknya."Ayah yakin kamu pasti akan jauh lebih bahagia jika bersama Gauzan."

"Tapi hatiku tidak yakin ayah." Batin Seana.

"Gauzan lelaki yang baik, dia akan mencintai dirimu dengan tulus."

"Ya semoga, dan aku harap ini adalah pilihan yang terbaik."

•••

See u next chapter ›

ABISATYA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang