40. Hal serius

24 2 0
                                    


Keza POV

Bak tersambar petir gue cuma bisa diem membeku waktu buka surat hasil pemeriksaan beberapa hari yang lalu pasca gue mengalami sakit kepala yang berlebihan.

Di dalam surat tersebut tertera jelas bahwa gue diagnosa penyakit yang sama sekali gak gue kira bakal gue alami.

Gue mengidap penyakit leukemia.

Selepas membaca hasil pemeriksaan tersebut bunda gak berhenti nangis sementara gue diem membeku tanpa berniat untuk menenangkan bunda.

"Abi, kamu harus sembuh. Kamu harus semangat, bunda bakal lakuin hal apapun demi kesembuhan kamu."

Bunda masih aja nangis tapi kali ini dia meluk gue dengan erat sampe beberapa orang di lorong rumah sakit pada ngeliatin ke arah kita berdua.

"Bunda jangan nangis. Aku baik-baik aja, aku gak sakit." Ujar gue meyakinkan bunda supaya ga begitu khawatir terhadap gue.

"Bunda takut kalau kamu—" dengan cepat gue memotong ucapan bunda.

"Aku bakalan sembuh demi bunda. Jangan terlalu dipikirin oke?"

Gue tau ini berat buat bunda, gue sendiri pun sangat amat berat menerima semua ini, tapi ya namanya juga takdir kan? gue bisa apa kalau takdir berkata seperti ini.

Dengan frustasi gue mengusap wajah dengan gusar dan duduk di kursi yang berada di sana.

Apa Seana harus tau tentang ini? Gue gak mau bikin dia khawatir.

Ngomong-ngomong soal Seana, gue ngerasa bersalah sama dia karena udah dua hari ini gue selalu abai terhadap dia.

"Bunda." Panggil gue kepada bunda yang masih setia berada di samping gue.

"Aku mau minta tolong sama bunda." Bunda natap gue dengan bingung dan penasaran."Aku minta sama bunda untuk gak kasih tau hal ini ke siapapun kecuali bang Ghazi."

"Gimana sama Seana?" Lontar bunda.

"Jangan sampe Seana tau, aku gak mau bikin dia sedih."

"Dengan kamu gak ngasih tau Seana, itu malah membuat dia merasa sedih."

Gue diem denger ucapan bunda, apa yang bunda bilang ada bener nya juga cuma gue rasa..

ah sudahlah gue terlalu berantakan untuk kali ini.


...

Disisi lain gadis yang tengah menjadi bahan bincang ibu dan anak tersebut kini tengah menunggu sang sepupu yang tidak lain tidak bukan ialah Rehan.

Seana menunggu Rehan karena ia sudah meminta laki-laki itu untuk menjemput nya di rumah. Ia akan mengunjungi Keza karena sudah 2 hari ini laki-laki itu selalu mengabaikan pesan darinya.

Entah kenapa perasaan nya begitu tidak enak terhadap laki-laki tersebut. Dirinya nampak sangat khawatir.

"Nunggu ojek ya Bu?" Basa-basi Rehan ketika baru saja sampai di rumah sang sepupu itu.

"Jangan banyak omong, mending sekarang anter gue ke rumah Keza. Perasaan gue gak enak."

"Oke siap Bu, ongkos 50 ribu." Ujar Rehan bercanda namun Seana tak menanggapi hal tersebut.

Dengan segera Rehan mengendarai motornya membelah jalanan menuju rumah Keza. Ia pun merasa sedikit tidak enak dengan sang sahabat, entah kenapa ia pun merasakan kekhawatiran yang tengah Seana rasakan.

...

"Permisi.. Keza.. Bunda.. bang Ghazi.."
Panggil Seana ketika sampai di rumah Keza namun tak ada orang yang menyahuti.

"Gak ada orang kali, coba lo telpon Keza." Suruh Rehan.

"Pake hp punya lo ya?"

"Lah mang ngapa pake hp ente?"

Seana mendengus kesal."Gak akan Keza jawab."

"Lo berdua lagi ada masalah?" Tanya Rehan penasaran, Seana tentu saja menggelengkan kepalanya.

"Gue sendiri pun gak ngerti sama apa yang terjadi Han, dia kaya sengaja gak angkat telpon gue bahkan pesan gue pun gak pernah dia bales."

"Yaudah nih pake." Ucap Rehan sambil memberikan handphonenya kepada Seana.

Dengan segera Seana menelpon laki-laki itu dan terdengar suara laki-laki yang sangat ia rindukan di sebrang sana.

"Ada apa Han?"

Seana menyuruh Rehan untuk berbicara.

"Coba lo tanya dia lagi dimana." Suruh Seana dengan berbisik.

"Lo lagi dimana Ja?" Tanya Rehan menuruti perintah sang sepupu.

"Gue lagi di rumah sakit."

Seana menatap Rehan dengan wajah bingung. Dirinya tak salah dengar kan? sedang apa Keza di rumah sakit, siapa yang sakit? bunda kah? atau bang Ghazi? atau mungkin Keza sendiri yang sakit? tapi kenapa ia tak di beri tau jika laki-laki itu sakit.

"Siapa yang sakit Ja?" Tanya Seana pada akhirnya.

"Se—seana?"

"Iya ini aku."

"Aku lagi sibuk nanti aku kabarin kamu, sorry aku tutup telpon nya."

Panggil di putus oleh Keza.

"Seana?" Panggil Rehan karena gadis itu terdiam setelah panggilan tersebut berakhir.

"Na, kita pulang aja yu?" Ajak Rehan dan gadis itu mengangguk lesu.

Rehan mengusap surai hitam milik sang sepupu."Jangan murung gitu, mungkin Keza emang beneran lagi sibuk kan?"

Seana tersenyum paksa membalas ucapan Rehan."Iya lo bener, mungkin Keza sibuk."

Dan setelah itu keduanya pergi meninggalkan rumah Keza.

•••

Adakah yang masih mau membaca cerita ini? 😓

maaf jika sejauh ini alurnya tidak menentu...

saya ucapkan banyak terima kasih untuk kalian yang sudah baca cerita ini.

See u next chapter!


❤️

ABISATYA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang