04. Malam minggu

150 32 4
                                        


Keza POV

Sesuai janji Seana setelah main hujan, gue boleh minta apapun ke dia kecuali pacaran. Akhirnya gue memutuskan untuk minta dia buat nemenin malam mingguan.

Gue udah siap untuk jemput dia, dengan gaya yang begitu keren pasti dia reflek jatuh cinta sama gue.

MIMPI! orang dia aja bucin juyeon setengah mati.

Sebelum berangkat gue berpamitan sama bunda tanpa banyak basa-basi gue langsung otw ke rumah dia dengan motor kesayangan gue si joko ting-ting namanya.

Jarak rumah gue dan dia gak begitu jauh.

Dia tinggal di komplek yang isinya orang-orang punya semua, sedang kan gue tinggal di perkampungan.

Gue bukan anak orang kaya.

Gue hidup sederhana bareng bunda dan si Ghazi abang gue yang suka bikin bunda sedih. Se brengseknya gue hidup, gue gak pernah bikin bunda nangis.

Dan soal ayah, ayah gue udah pergi ninggalin kita buat selama-lamanya dan semenjak ayah pergi pola hidup abang gue makin gak bener.

Ck, dari pada ngomongin Abang gue yang tiap hari bikin emosi mending gue capcuss ke rumahnya Seana.

...

Sesampainya di rumah Seana gue langsung parkiran motor kesayangan gue ini dan gak lama datang satpam yang berjaga di rumahnya.

Namanya pak jajang tapi gue biasa panggil dia dengan sebutan 'mang jajang'.

"Eh a' Eja, mau ketemu neng Ana ya?" Tanya mang Jajang.

"Iya mang, Ana nya ada?"

"Ada a' didalem, masuk aja kebetulan ibu sama bapak juga udah balik kerja." Mang Jajang ngasih tau gue kalo orang tua Seana ada dirumah.

Setelah basa-basi sama mang Jajang gue langsung masuk ke rumah Seana, diruang keluarga gue bisa liat Ayah nya Seana yang lagi santai nonton tv.

"Malam yah." Sapa gue dengan sopan.

"Malam Ja, kemana aja kamu baru mampir? ayah kira kamu lupa jalan ke sini." Tegur ayahnya Seana.

"Kata bi iyam keza sering ke sini ko yah nganterin Seana pulang, tapi cuma berani sampe pager doang, katanya takut kena pukul jurus andalan bi iyam hahaha." Tiba-tiba mamahnya Seana datang.

"Bi iyam ngibul tuh, mana ada aku takut sama bi iyam." Kata gue ngebela diri.
Btw bi iyam ini art dirumah Seana.

"Iya ja iya nanti ayah bilangin bi iyam kalo kamu kangen dia." Ucap ayah Seana yang ngebuat mamah nya Seana ketawa.

Kalian jangan heran kenapa gue bisa se santai itu sama ortu nya Seana, gue udh kenal lama sama keluarganya.

Bunda gue sahabatan sama ortu nya Seana. Sekarang anak nya yang sahabatan walaupun gue gak tau bisa dibilang sahabat atau bukan, sebab gue punya perasaan lebih dari seorang teman ke Seana.

Ternyata bener, pertemanan antara laki-laki dan perempuan gak mungkin semulus itu, pasti diantara keduanya ada yang jatuh cinta. Kalo kata anak jaman sekarang sih disebutnya 'FRIENDZONE'.

"Mau malam mingguan ja sama Ana?." Tanya mamah nya.

"Iya mah, kira-kira diizinin engga ya?"

"Coba tanya ayah, kalo mamah sih ngizinin aja asal Ana keluarnya bareng kamu."

"Emang sama yang kemaren udah selesai ja?" Denger pertanyaan yang keluar dari ayah nya Seana sontak gue langsung gugup.

Aduh sial banget kenapa harus itu sih yang ditanya.

"Anu yah.. itu.. aku eum... gak ada hubungan apa-apa sumpah, aku setia sama Ana."

"Aduh ja kamu ini ya masih suka mainin perasaan perempuan ternyata." Ucap mamah nya Seana bikin gue ketawa tanpa dosa.

"Namanya juga anak muda mah biarin aja." Oke kali gue setuju sama ayah nya Seana.

"Oke banget yah, hahah."

"Emang dasar laki-laki." Misuh mamah nya Seana.

"Jadi gimana yah, apa boleh Keza ajak keluar Ana?." Tanya gue memastikan.

"Boleh, asal gak pulang larut malem." Katanya ngasih izin. Gue senyum dengan lebar.

siap calon ayah mertua.

"Bentar ya ja mamah panggil Ana nya dulu." Mamah nya Seana pergi ninggalin gue dan ayah nya Seana.

"Maklumi ya ja kalo dandan nya lama, namanya juga perempuan." Ucap ayah Seana.

"Iya yah, mau selama apapun Ana dandan aku mah selalu setia nunggu."

"Kamu bisa aja, ayah jadi keinget muda dulu percis banget gayanya kaya kamu."

Gak lama Mamah nya Seana datang di susul Seana yang keliatan cantik banget malam ini.

Engga cuma malam ini doang sih, Dia selalu cantik dimata gue.

"Gih berangkat kasian Keza dari tadi nunggu kamu dandan udah kaya mau manggung aja." Sindir mamah nya yang dibales tatapan sinis oleh Seana. Hahaha ada-ada aja ya ibu dan anak ini.

"Yah aku sama Keza izin keluar." Seana izin sama ayah nya.

"Iya hati-hati."

"Pulangnya jangan lupa bawa makanan ya ja." Pesen mamah nya Seana.

"Oke siap mah, permisi kita jalan dulu." Pamit gue ke mereka berdua.

Sebelum berangkat gak lupa gue pasangin helm ke Seana, biar aman.

Gue siap nyalain si joko ting-ting dan Seana naik ke motor.

"Peluk gue Na biar aman."

"Modus lo kardus." Seana tetap lah Seana.

Kita berdua pergi ninggalin perkarangan rumah gak lupa juga pamitan sama mang Jajang.

Di tengah perjalanan Seana buka suara.

"Ja kita mau kemana?." Tanya dia dengan suara keras.

Maklum kita lagi di motor.

"Kita keliling Na, liat lampu-lampu kota" Jawab gue.

Setelah itu dia gak ngomong apa-apa lagi,
kita sama-sama diam.

malam ini suasananya dingin banget, mungkin efek abis hujan.

"Dingin ja." Gue denger dia yang bilang dingin.

"Peluk gue."

"Lo modus."

"Dari pada kedinginan."

Tanpa banyak omong dia peluk gue.
Kita saling menikmati malam hari ini dengan melihat keindahan lampu-lampu kota setelah diguyur hujan tadi sore.

"Ja lo tau gak?"

"Engga, kan lo belum ngasih tau."

"Iya juga sih."

"Kenapa?"

"Juyeon tadi up selca dan dia ganteng banget! gimana gue gak makin jatuh cinta coba." Dia cerita dengan antusias nya.

"Tiap hari juga lo selalu bilang kalo dia ganteng."

"Iya sih dia emang selalu ganteng dimata gue."

"Lo juga Na."

"Hah? kenapa sama gue?"

"Selalu cantik dimata Keza Abiandra."

Kalo ditanya hobi gue apa, gue bakal jawab yaitu modusin cewek yang namanya SEANA.

...

Salam Keza ganteng.

ABISATYA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang