39. Ada apa ini?

16 2 0
                                    


Keza tersenyum ketika merasakan pelukan dari Seana. Keduanya masih berada di atas motor dengan hujan yang masih belum reda.

"Abiandra." Panggil Seana. Tumben sekali Seana memanggil dirinya dengan nama belakang miliknya, pikir Keza.

"Kalau kamu lagi ada masalah atau apapun itu yang bikin kamu sulit tolong kasih tau aku ya. Aku siap bantu kamu." Lanjut gadis itu dan kembali membuat dirinya kebingungan.

Keza menatap Seana lewat kaca spion, gadis itu terlihat sendu. Ada apa dengan kekasihnya? perasaan tadi baik-baik saja.

"Are you okey?" Tanya Keza.

"Harusnya aku yang tanya gitu sama kamu."

Keza diam tak mengerti apa maksud dari perkataan Seana. Tak mau ambil pusing ia membalasnya dengan suara yang sedikit teredam oleh suara hujan.

"Aku baik-baik aja Na."

"Maaf ya aku sering bikin kamu sedih dan kecewa." Ujar Seana dengan lirih. Keza mengusap lengan Seana yang melingkar di perutnya dengan lembut.

"Lebih baik aku yang sedih karena kamu, dari pada aku yang bikin kamu sedih Na."

Seana mengeratkan pelukannya pada Keza."Aku bahagia sama kamu."

Keza tersenyum mendengar hal itu.

"Makasih karena udah bahagia."

Tanpa Keza sadari kini Seana menangis, air matanya menyatu dengan hujan.

Setelah itu tak ada percakapan dari keduanya, Seana memilih diam di pelukan sang kekasih. Sementara Keza, laki-laki itu menikmati setiap tetes hujan yang turun ke bumi dan membasahi tubuhnya yang terbalut jas hujan.

...

Setelah melewati perjalanan yang cukup lumayan memerlukan waktu kini keduanya sudah berada di depan rumah Seana.

"Kalau merasa gak enak badan cepet hubungi aku ya." Ucap Keza ketika Seana turun dari motornya. Seana mengangguk pelan."Kamu gak mau mampir dulu?" Tanya Seana, Keza menggelengkan kepalanya.

"Aku langsung pulang aja."

"Jangan terlalu kebut bawa motornya, hujannya lumayan deres." Ingat Seana.

Keza mengangguk patuh."Aku pamit ya."

"Hati-hati, makasih banyak Keza." Ucap Seana, laki-laki itu mengacungkan ibu jarinya dan pergi dari hadapan sang kekasih.

Sejujurnya Keza sangat khawatir terhadap Seana. Dirinya baru ingat jika saat ini gadis tersebut sedang sendirian di rumah, kedua orangtuanya sedang berada di luar kota karena urusan pekerjaan. Keza khawatir jika Seana terkena demam karena hujan-hujanan seperti ini, walaupun memakai jas hujan sih.

...

Sesampainya di rumah Keza langsung bergegas menuju kamar mandi dan segera membersihkan diri setelah itu ia langsung berbaring di kasur kesayangan.

Keza memejamkan matanya sejenak, entah kenapa akhir-akhir ini dirinya selalu merasakan sakit kepala yang begitu hebat. Dirasa sudah cukup berbaring, laki-laki itu beranjak dari kasurnya lalu mengambil obat pereda sakit kepala yang di beli oleh sang bunda di apotik beberapa hari yang lalu.

Dengan terpaksa ia harus meminum obat itu agar sedikit lebih baik.

"Huek pait." Ucapnya setelah menelan obat tersebut.

"Apa gue perlu ke dokter ya?" Monolog Keza.

Selama beberapa hari terakhir ketika merasakan sakit kepala yang begitu hebat dirinya sama sekali belum pergi ke dokter untuk berobat, karena ia pikir hanya sakit kepala biasa saja. Namun siapa sangka sakitnya berlanjut hingga saat ini.

Laki-laki itu menghela nafas dan berjalan ke arah jendela kamarnya. Keza menatap langit lewat jendela tersebut, hujan sudah reda namun awan masih nampak mendung.

Ketika ia sedang asik menatap langit tiba-tiba pikirannya terarah kepada sang bunda, ia baru ingat jika sedari siang dirinya belum bertemu dengannya.

Keza mengambil handphone yang berada di atas nakas lalu mencari nomor bunda kemudian menelepon nya namun tidak di angkat-angkat. Dengan cekatan jari-jari miliknya bergerak mengetik pesan untuk di kirim kepada sang bunda.

Bunda 😍 :


Bunda

Kepala Abi sakit lagi

Bunda lagi dimana sekarang?


Keza menatap pesan yang baru saja ia kirim, berharap bundanya segera membalas pesan tersebut namun nihil pesan yang ia kirim hanya centang satu.

Keza mencengkram erat surai hitam miliknya. Sungguh kali ini benar-benar sakit. Sebenernya Keza sudah merasakan rasa sakit itu sebelum dirinya menjemput Seana, namun ia tahan karena ia khawatir terhadap perempuan yang sangat ia cintai.

tok..

tok..

tok...

Keza menatap kearah pintu kamarnya yang di ketuk dari luar sana, pasti bang Ghazi pikirannya.

Dan benar saja terlihat Ghazi yang kini sudah berada di ambang pintu.

"Gue masuk ya?" Izin Ghazi dan Keza mengangguk.

Ngomong-ngomong kini kakak beradik tersebut sudah lumayan akur kembali tak seperti waktu dulu yang selalu saja bertengkar.

"Bunda kemana bang?" Tanya Keza ketika Ghazi berbaring di kasurnya itu.

"Kerumah si pelakor." Jawabannya dengan frontal.

Keza menghela nafas lelah, ia kembali teringat apa yang sudah tantenya lakukan terhadap keluarga Rehan dan Zalva.

"Kenapa bunda ke sana?" Tanya Keza penasaran. "Bunda dapet kabar kalau beliau sakit, mangkanya bunda jenguk." Balas Ghazi yang kini sudah fokus dengan handphonenya.

"Kenapa bunda masih peduli sih." Kesal Keza.

"Kalau bukan bunda siapa lagi yang peduli? suaminya aja gak peduli tuh. Eh maksud gue mantan suami." Ucap Ghazi membuat Keza bingung.

"Maksud lo gimana bang?"

"Lo gak tau kalau beberapa waktu yang lalu mereka cerai?"

"Gilak, lo serius?"

"Serius lah ngapain gue bercanda."

Keza dibuat diam akan ucapan sang kakak, kemana saja dirinya hingga baru tau berita tersebut?

"Ja gue mau ngomong serius sama lo." Ucap Ghazi yang kini sudah berada di posisi duduk dan menatapnya.

"Gaya lo ngomong serius." Cibir Keza.

"Gue beneran serius Keza Abiandra." Ucap Ghazi dengan menekan nama lengkap sang adik.

"Oo–oke oke apa yang mau lo omongin, gue siap dengerin."

"Gue minta sama lo buat berhenti kerja dan fokus sama kuliah lo." Mendengar hal tersebut tentu saja Keza menolak.

"Ngaco lo, kalau gue berhenti kerja mana bisa gue bayar kuliah."

"Gue yang bakal tanggung biaya kuliah lo." Keza terdiam menatap sang kakak.

"Ja.. buat kali ini tolong dengerin apa kata gue, bunda khawatir sama lo."

"Gue baik-baik aja, gak ada yang perlu di khawatir."

"Sableng! lo gak sadar apa kalau sekarang badan lo kurusan kaya gak pernah di kasih makan, gue tau lo pasti juga cape kan kuliah sambil kerja."

Ketika ia akan membalas ucapan Ghazi tiba-tiba saja kepalanya merasakan sakit kembali.

"Mending sekarang lo keluar deh dari kamar gue, tiba-tiba kepala gue pusing. Gue mau istirahat." Usir Keza membuat Ghazi kesal dan pergi meninggalkan Keza.

"Gue tau niat lo baik bang, tapi gue gak mau nyusahin lo." Gumam Keza ketika Ghazi sudah keluar dari kamarnya.

•••

See u next chapter!



ABISATYA | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang