6. senja kala itu

476 32 2
                                        


EYYOWWW

HAPPY READING

&

SORRY FOR TYPO

••

15:30 WIB.

Sekarang Naufal sedang berbaring di kasur sembari menatap gerak detik jam yang menempel di dinding kamarnya.

"Makin diliat bakalan makin lama" celetuk Nofal yang masuk sambil membawa banyak camilan dan minuman kaleng.

"Nunggu jam 5 aja lama banget" jawab Naufal tak mengalihkan pandangan.

"Nih" Nofal menyodorkan minuman soda di depan wajah Naufal,
untungnya diterima dengan baik.

Kemudian, Naufal bangkit dan mulai memakan camilan yang dibawa Nofal.

"Tadi kenapa?" Nofal memulai percakapan.

"Kapan?" Jawab Naufal masih sibuk dengan camilan di tangan Nofal.

"Baru dateng tadi" ucap Nofal.

"Oh, gak ada" jawab nya santai.

"Kenapa muka Lo merah tadi?"

"Waktu keluar mobil muka Lo gak merah, dan saat gue masuk Lo malah jalan duluan ke kamar. Kenapa gak samperin ayah dulu?" Tanya Nofal.

"Gue lagi capek aja itu, nanti gue samperin ayah" jawab Naufal setelah camilan di dalam mulutnya habis.

"Jadi ke pantai?" Tanya Naufal.

"Kalau Lo maunya gak jadi ya gapapa" lanjutnya.

"Lo kenapa sih, dari tadi kayaknya gak mood banget" tanya balik Nofal.

"Gue? Gue biasa aja" tunjuk Naufal Ke dirinya sendiri.

"Kita ke pantai tunggu jam setengah 5 aja, sekalian makan dulu nanti" ucap Nofal kemudian berjalan keluar kamar sembari membawa sampah camilan tadi.

"Masih ada 1 jam an lagi" gumam Naufal kemudian bangkit untuk ke kamar mandi.

//

Seorang remaja terduduk di bawah duduk di bawah shower yang sengaja di hidupkan dengan mode air dingin.

Tak ada isakan, hanya ada air mata yang tersamarkan oleh air dari shower di atas kepalanya.

Perlahan, tangan itu merambat ke arah cutter kecil yang tersembunyi di antara alat mandi lain.

"Maaf" gumamnya lalu menyayatkan cutter itu brutal dengan pola abstrak.

Darah dari tangannya mulai mengalir dan membuat air di bawahnya menjadi warna merah terang.

Tak ada pergerakan lagi, ia hanya memandangi tangan sebelahnya lagi. Masih ada sisa pola yang ia lakukan kemarin.

"Maaf can" gumam nya lagi.

Perlahan, ia mulai menutupkan matanya dengan tangan yang masih setia mengeluarkan darah.

"Kamu itu kalau udah tau gak usah dilakuin, sekarang apa? Cuma nyusahin aja kerjaannya. Harusnya kamu yang jagain dia, kamu itu udah harus bersyukur di beri kesehatan sama tuhan, harusnya kamu aja yang sakit, bukan anak saya!"

"Kamu harus ke rumah sakit sekarang, dia butuh donor. Sekarang atau saya gak akan ampuni kamu"

"Kamu itu gak usah merasa paling sakit, dia lebih sakit dari pada kamu"

Abu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang